LP Ma'arif Kota Malang Berinovasi Hadirkan Konsep Mal Pendidikan
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
10 - May - 2025, 08:01
JATIMTIMES – Di tengah dinamika dunia pendidikan yang terus bergerak cepat, LP Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) Kota Malang meluncurkan terobosan visioner “mal pendidikan”. Konsep ini tidak sekadar menjadi jargon, melainkan upaya nyata untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pendidikan holistik akademik, karakter religius-nasionalis, dan keterampilan hidup yang selama ini kerap terfragmentasi.
Gagasan ini diungkapkan langsung oleh Prof Dr H Nur Ali MPd, ketua LP Ma’arif NU Kota Malang, dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Madrasah (MKKSM) di MA Al Hayatul Islamiyah Kedungkandang, Sabtu (10/5/2025).
Baca Juga : 7 Spot Instagramable di Malang untuk Liburan Long Weekend, Dijamin Estetik
Prof Nur Ali memaparkan, inisiatif “mal pendidikan” lahir sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah, seperti rencana Sekolah Rakyat dan tuntutan masyarakat akan pendidikan yang tidak hanya terjangkau, tetapi juga menyentuh aspek spiritual dan keterampilan praktis. “Sekolah Rakyat atau sekolah gratis itu penting, tapi tidak cukup hanya menyediakan akses akademik. Masyarakat butuh pendidikan yang membentuk karakter religius, nasionalis, dan humanis sekaligus,” tegasnya.
Ia menambahkan, konsep ini juga menjadi solusi atas kesenjangan sistem pendidikan global. Dijelaskan, negara maju kerap fokus pada pendidikan humanis berbasis teknologi, tapi sering abai terhadap nilai religius. Sebaliknya, sistem pendidikan berbasis agama di beberapa negara kurang adaptif terhadap kebutuhan sosial. "Nah, kami ingin LP Ma’arif menjadi jembatan antara keduanya,” jelasnya.
Lebih lanjut, bahwa mal pendidikan LP Ma’arif dibangun di atas dua pilar utama yang saling melengkapi, yakni transformasi Ilahiyah yang menjadi penguatan pendidikan agama melalui program tahfiz Al-Quran, kajian Kitab Kuning, dan internalisasi nilai-nilai keislaman yang moderat. Kemudian, transformasi insaniyah, terkait pengembangan ilmu umum, keterampilan teknis, serta ekstrakurikuler berbasis minat siswa.
“Ini ibarat mal. Masyarakat bisa memilih ‘menu’ pendidikan sesuai kebutuhan anak mereka. Ada yang ingin fokus pada hafalan Al-Quran, ada yang minat di bidang sains, atau bahkan olahraga. Semua tersedia di sini,” ujar Nur Ali dengan analogi yang gamblang...