JATIMTIMES - Bulan Muharram 2025, yang menandai awal Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, akan jatuh pada tanggal 27 Juni 2025. Sebagian orang percaya bahwa tidak boleh menikah di bulan Muharram.
Beberapa kepercayaan turun-temurun meyakini bahwa pasangan yang menikah di bulan Muharram akan menghadapi nasib buruk.
Baca Juga : Tahap I Sudah Disalurkan, Lantas Kapan BSU Periode ke-II Cair? ini Link Resmi Pengecekannya
Nasib buruk ini beragam, mulai dari masalah keuangan, kecelakaan, penyakit serius, hingga kematian. Maka tidak mengherankan jika biasanya menjelang bulan Dzulhijjah berakhir, akan ada banyak pesta pernikahan.
Lantas benarkah tidak boleh menggelar pernikahan di malam 1 Suro atau Muharram? Berikut penjelasannya sesuai dengan kepercayaan Islam dan Jawa.
Hukum Menikah di 1 Suro Menurut Islam
Masyarakat Jawa menghindari menyelenggarakan acara pernikahan pada 1 Suro. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, menikah pada 1 Suro ini membawa malapetaka dan kesialan pada pernikahan tersebut.
Pada masa Rasulullah SAW, sempat ada larangan untuk melangsungkan pernikahan di bulan Muharram karena ada mitos dapat mendatangkan bala. Nabi Muhammad pun tidak sependapat dengan mitos semacam itu.
Untuk menghilangkan mitos tersebut, Nabi Muhammad SAW kemudian memilih untuk menikahkan putrinya di bulan Muharram. Pandangan Rasulullah juga disebarkan oleh pemuka agama Islam lainnya, seperti Ustaz Khalid Basalamah.
"Ada keyakinan sebagian orang, menurut mereka bulan yang panas, ini saya pernah dengar, sehingga mereka tidak mau menikah di bulan Muharram, tidak mau pindah rumah di bulan Muharram," ucap Ustaz Khalid Basalamah dikutip dari video Short YouTube bimbingansalaf3786 Rabu (25/6/2025).
Menurut Ustaz Khalid, keyakinan seperti ini tidak diperbolehkan. Sebab sejatinya, menikah adalah aktivitas positif secara syariat Islam dan bulan Muharram adalah bulan yang sangat baik.
"Di bulan ini justru paling mulia kalau Anda menikah. Bulan Muharram bulan yang mulia. Anda boleh menikah, Anda boleh pindah rumah, Anda boleh memulai usaha," terang Ustaz Khalid Basalamah.
Ia menambahkan, "Yang tidak boleh sama sekali (adalah) thiyarah, menggantungkan nasib pada waktu (tertentu), ini yang tidak boleh ketika menganggap ada kesialan (pada bulan Muharram)".
Selain itu, tidak disebutkan dalam hadis maupun Alquran mengenai adanya larangan menikah pada bulan Muharram atau Suro. Itu artinya, jika ingin menggelar hajatan pada bulan tersebut boleh-boleh saja.
Hukum Menikah pada 1 Suro menurut Jawa
Guru Besar Ilmu Budaya dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Bani Sudardi kepercayaan mengenai dampak negatif jika menikah di bulan Suro sebenarnya sangat bergantung pada sugesti dan cara pandang masyarakat itu sendiri.
"Soal dampaknya, itu bisa ada dan bisa tidak. Tapi karena orang sudah percaya, maka akan muncul pandangan-pandangan lain yang mendukung," ujar Prof. Bani dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/6/2025).
Ia mencontohkan, ketika ada pasangan yang menikah di bulan Suro lalu mengalami masalah rumah tangga di kemudian hari, maka secara otomatis masyarakat akan mengaitkannya dengan waktu pernikahan tersebut.
"Misalnya, nanti dibilang rumah tangganya tidak sejahtera karena menikah di bulan Suro. Padahal, masalah rumah tangga bisa saja terjadi pada siapa pun dan kapan pun, termasuk yang menikah di bulan Sapar atau Mulud. Tapi karena ini bagian dari kepercayaan, maka interpretasi selalu diarahkan ke situ," terangnya.
Sehingga, menurut Prof. Bani, menikah di bulan Suro tidak menjadi masalah, tergantung keyakinan dan cara pandang masyarakat itu sendiri.
Lebih dari sekadar pernikahan, larangan ini juga meluas pada kegiatan lain seperti membangun rumah, menggelar khitanan, atau mengadakan hajatan yang bersifat ramai dan meriah. Semuanya dianggap kurang tepat dilakukan di bulan yang diyakini penuh makna spiritual dan kesakralan tersebut.
Prof. Bani menegaskan bahwa meskipun dampaknya tidak bersifat mutlak, keyakinan ini tetap kuat di kalangan masyarakat karena telah menjadi bagian dari sistem nilai dan cara pandang hidup orang Jawa.
"Yang dikhawatirkan bukan hanya kejadian nyata, tapi juga sugesti yang muncul setelahnya. Dan ketika sudah percaya, maka segala sesuatu akan diarahkan ke situ," pungkasnya.