free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

BPJS Ketenagakerjaan Ramaikan Blitar Djadoel 2025 Lewat Pendopo Lawas dan Edukasi Digital

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin saat mengunjungi stan BPJS Ketenagakerjaan Blitar bertema "Pendopo Lawasan" dalam gelaran Blitar Djadoel 2025 di Alun-Alun Kota Blitar.

JATIMTIMES - Di antara deretan stand bernuansa klasik di halaman Aloon-Aloon Kota Blitar, satu sudut tampak mencolok. Di sana, meja dan kursi kayu jati tertata rapi, dinding dihias ornamen gebyok, dan toples-toples kaca berisi jajanan tempo dulu seolah membawa pengunjung ke ruang tamu rumah Jawa era lampau. Stand itu milik BPJS Ketenagakerjaan Blitar, yang tahun ini tampil total dalam menyemarakkan agenda tahunan Blitar Djadoel 2025.

Bertajuk “Ruang Tamu Pendopo Lawasan”, tampilan stand BPJS Ketenagakerjaan ini bukan hanya dekorasi semata. Di balik nuansa nostalgia yang dihadirkan, terdapat misi edukatif dan sosial yang ditanamkan. 

Baca Juga : Simpatisan Kick Boxing Indonesia Banyuwangi Siapkan Reward bagi Peraih Medali 

Kepala BPJS Ketenagakerjaan Blitar, Eris Aprianto, menjelaskan bahwa partisipasi pihaknya dalam event Blitar Djadoel bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari strategi membangun kesadaran publik terhadap pentingnya jaminan sosial ketenagakerjaan.

"Setiap tahun kami hadir di Blitar Djadoel. Di 2025 ini, kami mengusung tema rumah Jawa jadul agar lebih dekat dengan pengunjung, sekaligus memberikan pelayanan informasi terkait program BPJS Ketenagakerjaan dan pengenalan aplikasi JMO," ujar Eris kepada media. 

Ia menyebut, pendekatan budaya menjadi cara efektif untuk menyampaikan informasi layanan publik kepada masyarakat luas, terutama dalam suasana yang menyenangkan.

Agar pengunjung tertarik, lanjut Eris, stand BPJS Ketenagakerjaan juga menyiapkan beragam hadiah menarik dan jajanan lawas secara gratis bagi siapa pun yang menunjukkan aplikasi JMO (Jamsostek Mobile) di ponselnya. 

"Kami ingin mengajak masyarakat lebih akrab dengan teknologi layanan kami. Aplikasi JMO mempermudah akses informasi dan layanan, dan ini kami kenalkan lewat pendekatan budaya," tambahnya.

Blitar Djadoel 2025, yang berlangsung dari 18 hingga 22 Juni, menjadi momentum penting dalam kalender budaya dan ekonomi Kota Blitar. Digagas oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Blitar, perhelatan ini mengusung tema “Nggugah Rasa, Ngelingake Lelakon”, sebuah ajakan untuk menghidupkan kembali memori kolektif masyarakat melalui budaya dan sejarah lokal.

Event ini juga menjadi ajang promosi ekonomi rakyat. Ratusan stan dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lembaga vertikal, hingga pelaku UMKM ikut ambil bagian. Mereka menyuguhkan produk tradisional, kuliner khas, dan tampilan bernuansa tempo dulu yang menjadi daya tarik pengunjung dari berbagai daerah.

Pada pembukaan resmi yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin menyampaikan bahwa Blitar Djadoel adalah bagian dari rangkaian peringatan Bulan Bung Karno. Lebih dari itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, termasuk lembaga negara dan UMKM, dalam mendorong geliat ekonomi lokal.

Baca Juga : 125 Desa di Jatim Tak Punya Kades, Komisi A DPRD: Jangan Dibiarkan Berlarut

Saat berkunjung ke stand BPJS Ketenagakerjaan, Mas Ibin—sapaan akrab wali kota—mengapresiasi partisipasi aktif instansi tersebut. Ia menilai keikutsertaan BPJS Ketenagakerjaan dalam festival ini bukan hanya mendukung sektor budaya, tetapi juga memperkuat ekosistem ekonomi masyarakat. 

“Pelibatan lembaga seperti BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pelayanan publik bisa hadir dengan cara yang menyenangkan dan membumi,” ucapnya saat memberi sambutan.

Bagi BPJS Ketenagakerjaan, Blitar Djadoel bukan hanya panggung budaya, melainkan juga ruang partisipatif untuk menyampaikan visi pelayanan sosial kepada masyarakat. Melalui tampilan stan yang dirancang seperti pendopo lawas, mereka membangun narasi bahwa jaminan sosial bukan hanya urusan administrasi, tetapi juga bagian dari keseharian dan masa depan masyarakat pekerja.

Langkah ini mempertegas posisi BPJS Ketenagakerjaan sebagai lembaga yang adaptif terhadap zaman, tanpa kehilangan sentuhan lokalitas. Karena sejatinya, membangun kesadaran publik tidak harus selalu di balik meja kantor. Kadang, justru dimulai dari sejumput nostalgia di ruang tamu pendopo lawas.