free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Letto Ramaikan Blitar Djadoel, Wali Kota Lepas Sekat dan Berbaur dengan Penonton

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin bersama personel Letto di atas panggung Blitar Djadoel 2025. Turut hadir Romy Soekarno, anggota DPR RI sekaligus cucu Bung Karno, serta Yudi Meira, anggota DPRD Kota Blitar. Kehadiran mereka menambah semarak konser yang menyatukan seni, budaya, dan kebersamaan lintas generasi. (Foto: Bagian Umum Setda Kota Blitar)

JATIMTIMES - Pada Sabtu malam, 21 Juni 2025, Alun-alun Kota Blitar menjelma menjadi ruang perayaan penuh cahaya dan dentuman suara. Namun yang paling terasa bukan sekadar gemerlap panggung, melainkan denyut kebersamaan yang mengalir hingga ke sudut-sudut lapangan. 

Di antara ribuan pasang mata yang tertuju ke panggung utama Blitar Djadoel 2025, Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin tampak berdiri menyatu dengan warga. Didampingi sang istri, Khariza Rizqi Umami, ia menikmati konser Letto tanpa sekat—tanpa jarak, menyatu bersama warga di tengah alunan musik dan sorak sorai penonton.

Baca Juga : Pernah Gagal di Rel KA, Pria Tulungagung Tutup Mata Selamanya dengan Cara Ini

Letto, grup musik asal Yogyakarta yang dikenal dengan lirik-lirik puitis dan penuh makna, menjadi magnet utama dalam malam keempat gelaran Blitar Djadoel 2025. Lagu-lagu seperti “Ruang Rindu”, “Sebelum Cahaya”, hingga rilisan terbaru “Sebening Senja” mengalun membelah kerinduan kolektif lintas generasi yang memadati alun-alun kota.

 “Saya dan istri hadir nonton konser ini. Ini bentuk dukungan kami terhadap kegiatan seni budaya yang terbukti mampu menyatukan warga dan menghidupkan ekonomi kreatif Kota Blitar,” ujar Mas Ibin, sapaan akrab Wali Kota Blitar, di sela acara.

Konser Letto menjadi puncak emosi dalam festival yang dikemas dalam nuansa tempo dulu ini. Blitar Djadoel 2025 tidak sekadar perayaan, melainkan strategi kebudayaan yang dikawinkan dengan penguatan ekonomi rakyat. Tercatat ada lebih dari sepuluh kegiatan yang digelar sepanjang lima hari pelaksanaan Blitar Djadoel, yang berlangsung pada 18 hingga 22 Juni 2025. Ragam acaranya mencakup Blitar Memorabilia, Pasar Kangen, Lomba Fashion Show, hingga pameran UMKM, dinas koperasi se-Jawa Timur, dan forum kerja sama dagang antardaerah.

Tak hanya Letto, panggung hiburan juga diisi oleh nama-nama seperti Fira Cantika, Dike Sabrina, Ajeng Febria, dan grup musik Deblong. Di hari pembukaan, even ini bahkan dihadiri Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, dan menampilkan The Rockstar serta Gajah Mada. Di hari-hari berikutnya, musik keroncong, orkestra, hingga pemilihan Putra-Putri Batik turut menyemarakkan.

Letto sendiri merupakan grup musik yang sudah berkiprah sejak 2004, dengan formasi inti: Noe sebagai vokalis, Patub pada gitar, Arian di bass, dan Dhedot pada drum. Noe, putra budayawan Emha Ainun Nadjib itu dikenal tidak hanya karena suara khasnya, tetapi juga karena lirik yang sarat makna spiritual dan eksistensial. Sejak merilis album debut Truth, Cry, and Lie hingga Lethologica, Letto telah menelurkan sejumlah lagu yang melekat kuat di benak penikmat musik Indonesia.

Beberapa karya mereka bahkan melahirkan fenomena songlit, yakni lagu yang dijadikan novel. Lagu “Ruang Rindu” pernah menjadi soundtrack sinetron, sementara “Permintaan Hati” diyakini menjadi inspirasi film Till Death Do Us Part arahan Anggy Umbara.

Baca Juga : Pesawat Diancam Bom, PPIH Debarkasi Surabaya Minta Keluarga Jemaah Tetap Tenang

Kehadiran Letto dalam Blitar Djadoel tidak hanya memberi warna pada hiburan, tapi juga menghadirkan jembatan emosional yang menyatukan generasi. Di antara lirik-lirik penuh kontemplasi, penonton menemukan ruang untuk merasa—untuk kembali pada kenangan, dan pada saat yang sama, menyongsong harapan.

Wali Kota Blitar menegaskan, acara seperti Blitar Djadoel akan terus didorong menjadi agenda tahunan yang tidak hanya merayakan warisan budaya, tetapi juga memperkuat posisi Blitar sebagai kota kreatif. Ia menilai, ketika pemerintah hadir dalam ruang-ruang rakyat tanpa sekat, maka kepercayaan publik akan tumbuh secara organik.

 “Kami ingin Blitar Djadoel menjadi ruang temu antar elemen masyarakat. Di sinilah kita bertemu, bertukar gagasan, dan menghidupkan kota lewat ekonomi dan kebudayaan,” ucapnya.

Malam itu, antara suara Noe yang mendayu dan sorak tepuk tangan warga, Blitar menunjukkan wajah terbaiknya. Kota ini tidak sedang bernostalgia. Ia sedang tumbuh—dengan akar budaya yang kuat, dan semangat kekinian yang tak kenal batas.