free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Tausiah Menag di Ziarah Bung Karno: Kemerdekaan Tak Datang dari Anggaran, Tapi Jiwa Besar

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin dan sejumlah tokoh nasional memanjatkan doa di pusara Bung Karno dalam Ziarah Kebangsaan Haul Bung Karno ke-55 di Kompleks Makam Bung Karno, Kota Blitar, Sabtu (21/6/2025). (Foto: Bagian Umum Setda Kota Blitar)

JATIMTIMES - Sabtu pagi yang teduh, 21 Juni 2025, kompleks Makam Bung Karno di Kota Blitar dipadati ribuan peziarah. Di antara mereka, hadir Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, yang turut memimpin pembacaan tahlil dalam rangka Ziarah Kebangsaan, puncak peringatan Haul Bung Karno ke-55.

Di bawah pendapa beratap joglo, suasana khidmat menyelimuti jalannya prosesi. Wajah-wajah khusyuk terlihat memanjatkan doa di sisi pusara Sang Proklamator. Sejumlah tokoh nasional hadir, mulai dari Ketua DPD PDIP Jawa Timur Said Abdullah, cucu Bung Karno Romy Soekarno, hingga Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin. Kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan perwujudan penghormatan rakyat kepada pemimpin besar bangsa yang jejak perjuangannya masih terasa hingga kini.

Baca Juga : Florian Wirtz Resmi Gabung Liverpool: Transfer Termahal dalam Sejarah Premier League dan Sepak Bola Jerman

Usai tahlil, Menteri Agama diminta menyampaikan tausiah. Di hadapan hadirin yang larut dalam suasana spiritual, Nasaruddin menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang pentingnya menghargai sejarah dan meneladani para pahlawan.

“Sejarah tidak akan pernah melupakan orang besar,” katanya membuka tausiah. Ia mengingatkan, bangsa yang melupakan tokoh-tokoh besarnya, justru sedang menyiapkan kehancuran bagi dirinya sendiri. Bung Karno, menurutnya, bukan hanya seorang proklamator, tapi simbol pengorbanan dan keberanian dalam melawan penjajahan.

Nasaruddin menekankan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hasil dari kelimpahan materi, melainkan dari keteguhan jiwa dan keberanian moral. “Bung Karno memerdekakan bangsa ini tanpa anggaran negara, hanya dengan kekuatan visi dan keberanian,” ujarnya. Kalimat itu menjadi pengingat bahwa nilai-nilai perjuangan tak selalu diukur dengan logistik, tetapi lebih pada integritas dan ketulusan.

Dalam pandangannya, Bung Karno adalah sosok yang mandiri, tidak menggantungkan diri pada bangsa manapun—baik Barat maupun Timur. “Beliau adalah pribadi yang percaya diri. Dan siapa pun yang ingin disegani, harus punya keyakinan kuat pada dirinya sendiri,” tambahnya. Baginya, kepercayaan diri adalah fondasi kepemimpinan, sebagaimana dicontohkan Bung Karno sepanjang hidupnya.

Tak hanya itu, Menag juga menyoroti bagaimana semangat kemandirian Bung Karno tetap relevan di tengah tantangan bangsa saat ini. Ia mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak bergantung pada bantuan luar, tetapi memperkuat jati diri dan berdiri di atas kaki sendiri. “Itulah pelajaran paling berharga dari Bung Karno: menjadi bangsa yang mandiri dan bermartabat,” ujarnya.

Tausiah Nasaruddin ditutup dengan doa agar Haul ke-55 Bung Karno ini menjadi energi spiritual bagi bangsa Indonesia. Ia berharap, semangat dari ziarah kebangsaan ini dapat memperkuat moral rakyat dalam menghadapi tantangan zaman. “Semoga Bung Karno memberi kekuatan batin untuk kita semua,” ucapnya.

Baca Juga : Haul Bung Karno Dihadiri Menag dan Sejumlah Tokoh, Jadi Momen Berakhirnya Stigma Terkait G30S/PKI

Peringatan Haul Bung Karno di Blitar tahun ini berlangsung meriah dan menyentuh. Rangkaian kegiatan telah dimulai sejak Jumat (20/6), diawali dengan semaan Alquran dan doa lintas agama di pagi hari. Malam harinya, digelar selamatan akbar dengan 5.000 tumpeng yang menyatukan warga, tokoh agama, dan pejabat dari berbagai daerah.

Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, menyebut bahwa haul tahun ini menjadi momentum persatuan dan refleksi kebangsaan. “Ini bukan sekadar mengenang masa lalu, tapi menjadi panggilan moral untuk melanjutkan perjuangan Bung Karno,” tuturnya.

Dari Kota Blitar, semangat nasionalisme kembali digelorakan. Ziarah kebangsaan bukan hanya mengenang, tetapi membangkitkan—mengajak seluruh rakyat untuk tetap berpijak pada nilai-nilai perjuangan, mandiri, dan percaya diri. Dan dari pusara Bung Karno, kembali mengalir pesan abadi: kemerdekaan lahir dari keberanian jiwa, bukan limpahan anggaran.