free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

Haul Bung Karno ke-55, Wali Kota Blitar: Hidupkan Pancasila dan Trisakti, Jangan Lupakan Sejarah

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
KH. Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq), KH. Muhtar Lubby, dan Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin (Mas Ibin) khusyuk dalam doa bersama saat acara Selamatan Akbar Haul Bung Karno ke-55 di Kota Blitar, Jumat malam (20/6/2025).

JATIMTIMES — Menjelang malam, langit Kota Blitar mulai temaram ketika ribuan warga memadati kawasan Perempatan PGSD. Di sana, semangat kebangsaan dan spiritualitas rakyat menyatu dalam Selamatan Akbar Haul Bung Karno ke-55 yang digelar pada Jumat malam, 20 Juni 2025. 

Di tengah lantunan hadrah, doa, dan tumpeng selamatan, Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin atau akrab disapa Mas Ibin, menyampaikan pesan penting: haul bukan hanya seremoni, melainkan cermin karakter bangsa.

Baca Juga : Berangkatkan Ratusan Peserta M 111 2025, Wali Kota Malang Komitmen Wujudkan Ngalam Tahes

“Kegiatan haul ini harus menjadi refleksi. Bukan sekadar ritual tahunan, tapi momentum kita semua untuk meneladani Bung Karno dalam membangun karakter bangsa yang kuat,” ujar Mas Ibin dalam sambutannya yang disampaikan dengan penuh semangat di hadapan ribuan warga dan tamu undangan.

Acara Selamatan Akbar Haul Bung Karno ke-55 juga diwarnai oleh kehadiran sejumlah tokoh nasional dan daerah yang turut memberikan makna mendalam pada peringatan tersebut. Hadir di tengah ribuan masyarakat, terlihat Wali Kota Surabaya, Wakil Bupati Sleman, serta Anggota DPR RI Romi Soekarno yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Bung Karno. 

Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah pun tampak hadir, bersama anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dan mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mewakili sambutan dari Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Dari jajaran kepala daerah, Bupati Blitar Rijanto dan Bupati Nganjuk Marhaen Jumadi ikut serta menyemarakkan haul. Hadir pula Sukmawati Soekarnoputri, mewakili keluarga Bung Karno, yang keberadaannya memperkuat nilai emosional sekaligus historis dalam ziarah kebangsaan ini.

Acara yang dimulai pukul 18.00 WIB itu dibuka dengan lantunan hadrah, dilanjutkan pembacaan Yasin dan tahlil. Tak kurang dari 5.000 tumpeng disiapkan untuk dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol kebersamaan, syukur, dan gotong royong—nilai-nilai yang diperjuangkan Bung Karno sepanjang hidupnya. Tepat pukul 20.00 WIB, lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dengan khidmat, membangun atmosfer nasionalisme yang menggugah.

Mas Ibin menegaskan, tumpeng yang dibagikan dalam haul ini bukan sekadar jamuan, melainkan pesan simbolik tentang betapa pentingnya menjaga semangat persatuan dan budaya bangsa. “Tumpeng adalah ambeng kebudayaan. Ia mewakili rasa syukur rakyat, simbol gotong royong, dan kekayaan budaya lokal yang dijunjung Bung Karno,” katanya.

Wali Kota Blitar yang juga dikenal sebagai tokoh muda religius itu menyebut Bung Karno bukan hanya tokoh kemerdekaan, tetapi simbol pemersatu bangsa dan dunia. “Bung Karno tak hanya membawa kita ke gerbang kemerdekaan, tapi juga menyatukan bangsa yang selama ratusan tahun dipecah belah penjajah,” katanya. Lebih dari itu, Bung Karno juga dikenal sebagai pemimpin global yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa lain dan konsolidasi dunia menuju tatanan yang lebih adil.

Dalam sambutannya, Mas Ibin mengingatkan bahwa Bung Karno adalah sosok orator ulung, pemikir revolusioner, dan visioner. Ia tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan fisik, tetapi juga membangun fondasi karakter bangsa dan identitas nasional. “Visi kenegaraan dan nilai-nilai yang digagas Bung Karno seperti Pancasila dan Trisakti harus terus kita hidupkan, terutama oleh generasi muda,” ujar dia.

Puncak acara haul ditandai dengan pengajian akbar oleh KH. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq dari Yogyakarta. Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq menekankan bagaimana ajaran Bung Karno sejalan dengan kultur bangsa Indonesia dan Islam Nusantara yang moderat, ramah, dan nasionalis. Ceramah yang berlangsung hingga pukul 21.55 WIB itu menyedot perhatian warga yang memadati jalan-jalan utama di sekitar lokasi acara.

Menurut Mas Ibin, haul kali ini menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk mengingat kembali jasa Bung Karno dan menginternalisasi nilai-nilainya dalam kehidupan berbangsa. “Mari kita jadikan momentum ini untuk menyegarkan semangat persatuan dan kolaborasi. Kita bangun Kota Blitar yang maju, Blitar yang menjadi kota masa depan,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, atas dukungan penuh terhadap penyelenggaraan haul, serta apresiasi khusus kepada Said Abdullah yang telah membantu suksesnya acara ini. “Tanpa Bung Karno, bangsa ini belum tentu merdeka. Tanpa Bung Karno, Blitar tidak akan punya kebanggaan apa pun. Karena itu, generasi mendatang wajib tahu siapa beliau,” tegasnya.

Mas Ibin menutup sambutannya dengan sebuah pesan nasionalis yang menggema: “Jika engkau ingin melihat pendiri bangsa, datanglah ke Kota Blitar untuk menziarahi beliau. Jika engkau ingin melihat masa depan bangsa, jangan sekali-kali melupakan sejarah!”

Melalui penyelenggaraan haul yang merakyat ini, Pemerintah Kota Blitar sekali lagi meneguhkan komitmennya untuk menjaga warisan sejarah, memperkuat karakter bangsa, dan menjadikan Bung Karno bukan sekadar tokoh masa lalu, tetapi cahaya penuntun masa depan.

Haul Bung Karno 2025 di Blitar tidak hanya menjadi peringatan sejarah, tetapi juga lembaran hidup baru bagi rakyat untuk menapaki Indonesia Emas 2045 dengan jati diri yang kokoh, nasionalisme yang hidup, dan semangat pembangunan yang tak pernah padam.

Ganjar: Bung Karno Hidup di Hati Rakyat, Api Perjuangannya Tak Pernah Padam

 Haul Bung Karno ke-55 yang digelar terbuka di Kota Blitar tak sekadar menjadi peristiwa peringatan wafatnya Proklamator. Ia menjelma menjadi panggung refleksi kebangsaan dan momentum untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan yang diwariskan oleh Presiden pertama Republik Indonesia.

Acara yang dipusatkan di Perempatan PGSD Kota Blitar ini dihadiri puluhan ribu warga dari berbagai daerah. Mereka datang dengan penuh khidmat dan semangat, membawa doa serta harapan bagi masa depan bangsa. Di antara mereka, sekitar 5.000 tumpeng dibagikan secara cuma-cuma dalam tradisi kenduri sebagai wujud syukur dan cinta pada sosok Bung Karno.

Dalam kesempatan itu, mewakili Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Beny Sampirwanto, menyampaikan bahwa Bung Karno adalah sosok pemersatu. “Semua tahu, Bung Karno berjasa besar. Pancasila yang beliau rumuskan mampu menyatukan ratusan suku di Nusantara,” ujar Beny.

Ia juga mengingatkan kembali pesan penting Bung Karno soal Trisakti: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Menurut Beny, ajaran ini tak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga menjadi pilar dalam menghadapi tantangan global masa kini.

Baca Juga : Selaras dengan Visi Kota Kediri, Mbak Wali Apresiasi Karya Kreatif Mataraman 2025

Sementara itu, Ganjar Pranowo didaulat membacakan sambutan dari Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Ganjar menyebut bahwa Megawati sebenarnya sangat ingin hadir langsung dalam haul terbuka pertama ini, namun harus mengikuti acara secara daring dari Jakarta. Ia menyampaikan bahwa haul tahun ini menjadi catatan penting dalam sejarah ziarah kebangsaan, karena untuk pertama kalinya masyarakat diajak bersama-sama secara terbuka mengenang jasa Bung Karno.

“Kalau acara seperti ini digelar rutin setiap tahun, Kota Blitar akan menjadi magnet bangsa. Orang akan berbondong-bondong datang, tidak sekadar ziarah, tetapi juga menyerap nilai-nilai perjuangan Bung Karno,” ujar Ganjar menyampaikan pesan Megawati.

Ganjar juga menekankan bahwa 5.000 tumpeng yang disiapkan oleh panitia bukan sekadar jamuan. Lebih dari itu, ia menyebut tumpeng-tumpeng tersebut sebagai simbol cinta rakyat terhadap pemimpin besar bangsa. Menurutnya, tumpeng itu menjadi api yang terus menyala dan membakar semangat perjuangan seluruh rakyat Indonesia.

Wajah haru dan bangga tampak dari ribuan peserta haul. Tak hanya warga Blitar, namun masyarakat dari berbagai penjuru Pulau Jawa hingga luar daerah turut hadir dalam acara yang sarat makna tersebut. “Hari ini, Bung Karno hadir di hati rakyat. Ia tidak pernah benar-benar pergi, karena api perjuangannya terus menyala,” tandas Ganjar.

Haul Bung Karno 2025 bukan sekadar ritual. Ia telah menjadi forum refleksi nasional, tempat di mana sejarah, rakyat, dan nilai-nilai luhur kebangsaan menyatu. Kota Blitar, sebagai Bumi Bung Karno, kembali menegaskan dirinya sebagai pusat spiritual kebangsaan — tempat di mana Indonesia belajar mengingat, mendoakan, dan melanjutkan perjuangan.

Gus Muwafiq: Bung Karno Adalah Lalu Lintas Gagasan Bangsa

Malam mulai turun di Kota Blitar, namun semangat ribuan orang yang memadati kawasan Perempatan PGSD tidak meredup sedikit pun. Dalam suasana khidmat Haul Bung Karno ke-55, ceramah kebangsaan yang disampaikan KH. Ahmad Muwafiq — atau akrab disapa Gus Muwafiq — justru menjadi titik nyala baru dalam menghidupkan kembali api pemikiran sang Proklamator.

Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq tak hanya mengurai sisi spiritual perjuangan Bung Karno, tetapi juga menjabarkan peran strategisnya dalam membentuk identitas kebangsaan Indonesia. Menurutnya, Bung Karno adalah figur langka yang mampu merangkum seluruh aliran gagasan bangsa — dari agama, budaya, ekonomi, hingga geopolitik internasional — dalam satu tubuh kenegaraan.

“Bung Karno itu bukan hanya pemikir, tapi tempat lalu lintas gagasan bangsa ini bertemu,” ujar Gus Muwafiq dalam nada yang khas dan menggelitik. Ia mencontohkan bagaimana sang Proklamator tak pernah mengasingkan unsur apapun dalam masyarakat. Musik tradisional, Elvis Presley, bahkan istilah ‘Islam Sontoloyo’, semua pernah disentuh oleh Bung Karno dalam pidato dan tulisannya.

Ceramah Gus Muwafiq tidak berhenti pada pernyataan monumental. Ia menyinggung pentingnya mengenang perjuangan dan leluhur. “Jangan lupa mendoakan orang-orang yang membawa iman kepada kita. Bahkan Rasulullah pun punya danyang — pelindung — di Mekkah,” katanya. Simbol spiritualitas lokal itu ia tarik sejajar dengan semangat revolusi yang diperjuangkan Bung Karno: membumi dan membangkitkan jati diri bangsa.

Gus Muwafiq menyebut bahwa satu-satunya bangsa yang benar-benar merdeka karena perang fisik adalah Indonesia. “Kita ini tukang gelut. Surabaya itu kalah cacak menang cacak. Belanda salah besar ngajak gelut,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin. Ia menekankan bahwa keberanian dan keberpihakan Bung Karno kepada rakyat tidak lahir dari ruang kosong, tapi dari pemahaman historis yang dalam atas watak bangsanya sendiri.

Menurut Gus Muwafiq, Bung Karno tidak berdiri sebagai satu profesi atau kelompok. Ia bukan hanya kiai, bukan hanya politisi, bukan semata budayawan. Tapi menjadi titik temu dari seluruh identitas tersebut. “Negara-bangsa membutuhkan struktur paling mapan yang bisa mewakili semua lapisan. Bung Karno menjelma jadi ruang bersama itu,” ujarnya.

Haul Bung Karno tahun ini memang berbeda. Diselenggarakan secara terbuka untuk rakyat, pemerintah Kota Blitar berupaya menjadikannya ruang refleksi bersama — bukan sekadar ritual tahunan. Ceramah Gus Muwafiq menegaskan bahwa nilai-nilai Bung Karno masih relevan dan terus menyala di tengah arus zaman yang berubah.

Wali Kota Blitar, H. Syaqul Muhibbin, sebelumnya juga menekankan pentingnya menjadikan haul ini sebagai momentum pembangunan karakter bangsa. “Bung Karno adalah simbol pemersatu. Melalui kegiatan seperti ini, kita terus menghidupkan api nasionalisme dan cita-cita kebangsaan yang beliau wariskan,” ujarnya.

Dari podium sederhana di tengah lautan tumpeng dan doa, Gus Muwafiq mengajak bangsa ini untuk tidak lupa: Bung Karno telah merangkum semuanya — dan kita punya tanggung jawab untuk terus menghidupkan gagasannya.