JATIMTIMES – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang melalui Bidang Kebudayaan menggelar seminar bertajuk “Koleksi Museum Mpu Purwa 2025” pada 18–19 Juni 2025. Bertempat di Museum Mpu Purwa, seminar ini diikuti oleh 200 guru dari berbagai jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta.
Kegiatan ini tak sekadar seminar biasa. Di balik diskusi dan paparan materi dari dua narasumber, Rakai Rino Galeswangi M.Pd dan Nona Nur Medina S.M, M.SM,., terdapat misi besar. Misi ini tentunya untuk membuka tabir koleksi museum yang selama ini belum pernah dipublikasikan kepada publik.

Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana, S.E, M.M, mengungkapkan bahwa masih banyak koleksi Museum Mpu Purwa yang belum diketahui masyarakat. “Banyak koleksi yang belum kami publikasikan. Melalui seminar ini, kami bedah bersama dengan para narasumber dan guru peserta. Setelah itu, koleksi akan kami kurasi dan siapkan untuk dipublikasikan secara bertahap,” ujarnya.

Menurutnya, peninggalan-peninggalan yang belum dipamerkan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi dan otentik. “Benar-benar kuno dan autentik. Kita ingin generasi muda tahu dan menghargai warisan ini,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan, Juli Handayani, S.E., M.M, menambahkan bahwa dalam seminar koleksi ini menghadirkan dua narasumber utama yang berkompeten dalam bidangnya. Mereka menyampaikan informasi seputar arca koleksi maupun cerita sejarah dari arca tersebut.

Program ini juga didukung oleh anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik, yang memungkinkan Disdikbud menghadirkan pengalaman belajar sejarah secara langsung kepada siswa. Peserta seminar sendiri, tidak hanya berasal dari kalangan guru sejarah, tetapi juga guru umum dari tingkat SD hingga SMP.
"Dalam seminar ini, kegiatan dibagi menjadi dua sesi, masing-masing sesi diikuti 100 peserta agar dalam penyampaian materi lebih optimal," katanya.

Pihaknya berharap, para guru dapat menjadi penghubung penting dalam menyampaikan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. “Para guru bisa menularkan materi dari seminar ini kepada siswa. Jadi anak-anak kita bisa lebih mengenal dan mencintai peninggalan budaya bangsa,” tegas Juli.
Lebih dari itu, Juli berharap, kegiatan ini dapat memicu kesadaran kolektif untuk melestarikan warisan budaya. “Kami ingin guru menjadi agen pelestari budaya, bukan hanya lewat pelajaran, tapi juga lewat inspirasi di kelas,” tutupnya.