JATIMTIMES - Kepergian musisi sekaligus komedian muda Gustiwiw masih menyisakan duka mendalam. Pria bernama asli Gusti Irwan Wibowo itu meninggal dunia pada usia 25 tahun setelah sebelumnya didiagnosis mengidap tekanan darah tinggi yang berdampak pada fungsi jantungnya.
Ibunda Gustiwiw, Sri Yulianti, menyampaikan bahwa anaknya sempat mengeluh sakit kepala sebelum akhirnya ditemukan tidak bernyawa. Menurut cerita sang ibu, Gusti bahkan sempat terjatuh di kamar mandi sebelum dinyatakan meninggal. “Sempat kata temannya pusing, terus setelah dokter diagnosis tensinya tinggi terus jadi jantung,” kata Yulianti, dikutip Instagram Kumparan, Senin (16/6/2025).
Baca Juga : Diumumkan Hari ini, Berikut Arti Kode Pengumuman PPPK 2024 Tahap 2
“Walaupun dibilangin di kamar mandi itu sudah nggak ada nadinya, tapi saya tetap positif thinking, boleh dong sebagai manusia berharap, namanya seorang ibu ya. Saya berharap ada keajaiban Allah,” lanjutnya.
Mengutip laman resmi Siloam Hospital, tekanan darah tinggi atau hipertensi didefinisikan sebagai kondisi di mana tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, yang diukur saat tubuh dalam keadaan istirahat.
Kondisi ini sering disebut sebagai silent killer karena tidak menimbulkan gejala yang langsung terasa oleh penderitanya. Meski demikian, dampaknya bisa sangat serius, terutama pada jantung.
Tekanan darah tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan otot jantung menebal dan menjadi kaku, yang membuat kerja jantung memompa darah menjadi lebih berat. Lama-kelamaan, ini bisa memicu gagal jantung.
Selain itu, tekanan tinggi dalam pembuluh darah juga berisiko merusak dinding pembuluh darah jantung (koroner). Kerusakan ini memungkinkan terbentuknya plak yang bisa menyumbat aliran darah, sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner atau serangan jantung.
Kardiolog dr Vito Damay, SpJP(K), menjelaskan bahwa hipertensi memang memiliki dampak luas pada sistem kardiovaskular. Salah satu yang paling umum adalah pembesaran jantung (kardiomegali), yang bisa terjadi secara perlahan dan tanpa disadari.
"Ini bisa membuat orang mengalami kardiomegali. Awalnya bisa tidak terasa signifikan, cepat lelah mungkin salah satu yang paling awal dialami," ujar dr Vito, dikutip detikhealth, Senin (16/6/2025).
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan gangguan irama jantung atau munculnya gumpalan darah di ruang jantung. Gumpalan tersebut bisa berpindah ke otak dan memicu stroke.
“Iskemia pada otot jantung ini juga dapat menyebabkan konslet kelistrikan jantung yang fatal dan mendadak,” jelasnya.
Baca Juga : Tak Bisa Login Aplikasi JMO untuk Cek BSU 2025? Ini Penyebab dan Solusinya
Menurutnya, plak yang terbentuk di pembuluh darah koroner bisa pecah sewaktu-waktu. Jika ini terjadi, suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung bisa langsung terhenti.
“Hal ini menyebabkan serangan jantung, kerusakan permanen pada otot jantung, bahkan bisa menyebabkan henti jantung secara mendadak,” tambah dr Vito.
Sementara itu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Makhyan Jibril Al-Farabi, Sp.JP, mengingatkan bahwa serangan jantung mendadak sering kali didahului gejala tertentu. Beberapa tanda awal yang perlu diperhatikan antara lain nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, keringat dingin, serta tubuh terasa sangat lelah usai beraktivitas.
Menurut dr. Jibril, penting bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin, terutama bagi mereka yang telah memasuki usia 30 tahun dan memiliki faktor risiko tertentu.
“Di usia 30-an ke atas, biasanya proses penumpukan plak di pembuluh darah jantung mulai terjadi. Jadi, sudah saatnya lebih waspada,” ujar dr. Jibril, dikutip Kompascom, Senin (16/6/2025).
Ia juga menekankan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah masalah jantung. Hal ini mencakup pola makan yang seimbang, aktivitas fisik secara teratur, berhenti merokok, mengelola stres dengan baik, serta melakukan pemeriksaan medis jika memiliki keluhan atau riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
“Kalau faktor risikonya bisa dikendalikan, kemungkinan terkena penyakit jantung tentu bisa lebih ditekan,” tutup dr. Jibril.