JATIMTIMES - Hari ini, Rabu (7/5/2025), Gereja Katolik Roma akan menggelar Konklaf Pemilihan Paus ke-267 di Kapel Sistina. Sebelumnya pada Senin (21/5/2025), kabar duka datang dari Paus Fransiskus yang meninggal dunia pada usia 88 tahun.
Setelah prosesi penghormatan dan pemakamannya dilakukan, kini perhatian dunia tertuju pada pelaksanaan Konklaf yang akan menentukan sosok Paus baru bagi umat. Dalam prosesi ini, salah satu yang selalu menarik perhatian dalam proses Konklaf adalah tanda berupa asap hitam dan putih yang keluar dari cerobong asap Kapel Sistina.
Baca Juga : Pastikan Kesiapan Porprov, DPRD Kota Malang Tinjau Progres Venue Stadion Gajayana
Bukan sembarang asap, ini menjadi tanda atas hasil Konklaf Pemilihan Paus baru. Namun, asap ini mungkin masih asing bagi sebagian orang. Oleh karena itu, banyak yang tidak tahu mengenai makna asap yang muncul saat pemilihan paus baru.
Makna Asap Hitam Pemilihan Paus Baru
Ketika pemungutan suara belum membuahkan hasil atau belum ada satu pun kandidat yang memperoleh dukungan dua pertiga, maka cerobong akan mengeluarkan asap hitam atau fumata nera. Hal ini menjadi isyarat bahwa pemilihan belum mencapai keputusan final.
Dikutip dari The Associated Press, asap hitam menandakan masih adanya perbedaan pandangan di antara para kardinal dan proses penentuan pemimpin gereja masih berlanjut. Umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus dan mereka yang menyaksikan dari berbagai penjuru dunia akan memahami bahwa belum ada pemimpin baru yang dipilih.
Makna Asap Putih Pemilihan Paus Baru
Makna asap putih merupakan kebalikan dari makna asap hitam. Jika seorang Paus telah berhasil terpilih, maka asap putih atau fumata bianca akan tampak dari cerobong Kapel Sistina. Setelah asap putih keluar dari cerobong, lonceng besar di Basilika Santo Petrus akan berbunyi, kemudian nama Paus baru akan diumumkan dari balkon gereja.
Kemunculan asap putih ini membawa pesan dan harapan bagi umat katolik. Hal ini menjadi awal dari masa kepemimpinan rohani yang baru bagi umat Katolik.
Cara Asap Dihasilkan
Asap tersebut tidak muncul begitu saja. Surat-surat suara yang dihasilkan setelah setiap pemungutan suara akan dibakar bersama bahan-bahan kimia tertentu. Campuran bahan inilah yang menghasilkan warna asap yang diinginkan, hitam jika belum ada Paus terpilih, dan putih jika sudah ada hasil.
Dalam sehari, umumnya dilakukan empat kali pemungutan suara, masing-masing pada pagi, siang, sore, dan malam. Oleh karena itu, waktu kemunculan asap biasanya dapat diperkirakan. Misalnya sekitar pukul 10.30 pagi, 12.00 siang, 17.30 sore, atau setelah pukul 7 malam waktu Vatikan.
Tradisi, Simbol, dan Kerahasiaan
Baca Juga : 161 Desa di Jember Sudah Bentuk KMP, Bupati : Siapapun Boleh Mengusulkan Jadi Pengurus
Walau terlihat sederhana, asap ini menjadi satu-satunya bentuk komunikasi resmi dari dalam konklaf ke dunia luar. Prosedurnya dijalankan dalam pengawasan ketat dan dalam suasana tertutup. Para kardinal tidak diperbolehkan membawa perangkat komunikasi dan diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan selama berlangsungnya konklaf. Pelanggaran terhadap aturan ini dapat dikenakan sanksi berat, bahkan bisa berujung pada pengucilan dari lingkungan gereja.
Di balik ketatnya tata cara tersebut, terdapat proses spiritual yang sangat mendalam. Para kardinal tidak hanya bermusyawarah secara rasional, melainkan juga memohon petunjuk melalui doa dan perenungan untuk menentukan pemimpin gereja yang dianggap paling tepat dalam menghadapi tantangan zaman.
Makna asap hitam dan putih dalam pemilihan Paus bukan sekadar tradisi visual, tetapi simbol komunikasi sakral yang menjembatani proses spiritual di dalam konklaf dengan jutaan umat Katolik di seluruh dunia. Dalam kesederhanaan asap itu tersimpan makna mendalam tentang harapan, doa, dan kepercayaan umat terhadap proses pemilihan yang sarat nilai spiritual dan kerahasiaan.
Itulah penjelasan mengenai makna asap hitam dan putih pada pemilihan Paus baru. Semoga bermanfaat!