JATIMTIMES - Kasus gagal bayar platform Peer-to-Peer (P2P) Lending Akseleran kembali memicu keprihatinan publik, kali ini datang dari kalangan investor muda. Seorang warga Surabaya, Anita Carolina, membagikan keluh kesahnya melalui akun TikTok @anitacarolina612 dan menyebut dirinya sebagai salah satu lender yang terdampak.
Dalam video yang viral itu, Anita menjelaskan secara terbuka bahwa dirinya merasa tertipu setelah menaruh kepercayaan pada platform yang menurutnya kala itu diawasi oleh OJK dan merupakan anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Namun kini, ia dan ribuan lender lainnya terancam tidak bisa menarik kembali dana mereka, dengan total nilai gagal bayar mencapai Rp 178 miliar.
"Halo semuanya balik lagi dengan saya Anita, jadi saya salah satu anak muda yang terlibat dalam investasi P2P lending Akseleran yang diawasi oleh OJK dan menjadi anggota AFPI yang sekarang itu lagi terancam dia tuh bakalan zonk alias gagal bayar senilai 178 miliar yang bakal dilemparin ke lender," ujar Anita dalam videonya.
Anita menyampaikan bahwa pada tanggal 29 April 2025, ia hanya menerima payout sebesar Rp 300 ribu, yang menurutnya hanya 0,02% dari total outstanding dana yang ia tanamkan.
"Kemarin di tanggal 29 April itu saya terima payout senilai Rp300.000 di mana payout itu jumlahnya presentasenya itu hanya 0,02% dari total outstanding saya," katanya.
Selama tiga tahun menjadi lender di Akseleran, Anita menyebut total return yang ia peroleh hanya 6,97%, nilai yang menurutnya sama seperti return reksadana pasar uang.
"Return yang saya terima selama 3 tahun itu hanya di 6,97% jadi setara dengan reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, yang saya juga ada ikutin," ucapnya.
Yang lebih mengecewakan, menurut Anita, Akseleran sebelumnya menjanjikan bahwa risiko gagal bayar hanya 1% dari pokok karena adanya jaminan asuransi 99%. Namun, klaim asuransi itu ternyata tidak bisa diandalkan. "Nah, ternyata asuransinya itu tidak mengcover," keluhnya.
Anita juga menyinggung peran influencer keuangan yang memperkenalkan Akseleran kepadanya. Ia mengatakan awalnya tertarik bergabung karena informasi yang ia peroleh dari salah satu influencer terkenal diduga Felicia Putri Tjisaka.
"Saya mengetahui Akseleran dari salah satu seorang yang tanda kutip influencer keuangan. Tapi yang saya alami 7% selama 3 tahun ya, bukan 7% pertahun." katanya.
Namun saat ia mencoba menghubungi influencer tersebut terkait kondisi Akseleran, ia tidak mendapat tanggapan. "Saya DM dia pribadi, terus saya juga WA, itu nggak ada respons. Seolah-olah kamu diam, menutup mata, nggak mau tahu gitu loh kalau Akseleran ini dalam kondisi yang kritis." ujarnya.
Anita juga mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi dari Relationship Manager Akseleran, influencer tersebut sudah tidak lagi mendanai setelah pandemi COVID-19 selesai.
"Padahal di 2022 itu saya (mulai) pendanaan karena dia itu juga usai covid, ternyata dia juga udah lepas setelah covid. Jadi menjadi kayak loh kok gini (merasa tertipu)," katanya.
Lebih lanjut, Anita menyampaikan kekecewaannya atas integritas sang influencer yang kini dipertanyakan.
"Nah buat kalian, apa yang kalian lihat kasus saya dan teman-teman lain dari Akseleran, ini bakalan menjadi cerita yang panjang, kalian bisa lihat di mana integritas seorang yang katanya influencer itu dipertanyakan," ujarnya.
"Bukan karena kita nyalahin kamu (influencer) karena uang yang kita taruh itu bukan, tapi kayak loh kita itu masuk karena kamu sebagai influencer yang terpercaya. Tapi malah begini," tambahnya.
Ia juga mengingatkan generasi muda agar lebih waspada dalam menerima informasi dari sosok-sosok yang dianggap publik figur finansial.
"Buat temen-temen yang lihat video saya dari genZ, terus anak-anak muda yang dibawah-bawah (umur) saya, kalian perlu berhati-hati dengan apa yang kalian lihat dari sosok yang katanya itu influencer, karena bisa jadi itu jebakan Batman." kata Anita.
"Kalau kita yang sekarang itu lagi kesusahan, itu kita harus berjuang sendiri, sementara mereka itu diam aja." lanjutnya.
Lebih dari sekadar kerugian materi, Anita menekankan bahwa kasus gagal bayar Akseleran menyangkut kepercayaan dan semangat anak muda yang ingin berinvestasi dan membangun masa depan.
"Apa yang terjadi di Akseleran saat ini tuh bukan tentang saya yang cuma kehilangan uang 470 juta, tapi lebih ke anak-anak muda ini, jiwa-jiwa anak-anak muda itu, semuanya tuh di fintech. Mereka itu melihat sosok-sosok influencer ini, dan ternyata kalau misalnya ini semua gagal bayar itu Lender semua yang berusaha lagi dan influencer itu udah ilang." jelasnya.
Dalam videonya, Anita menyuarakan harapan agar pemerintah daerah, khususnya Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, ikut turun tangan. Ia menilai anak-anak muda yang menjadi lender justru saat ini menyokong perusahaan-perusahaan besar, bukan sekadar UKM seperti yang dijanjikan.
"Kami menyokong UKM-UKM yang lumayan besar di mana mereka itu ada yang PT yang bergerak di bidang alat-alat pertahanan, mereka membuat kapal selam, membuat mobil-mobil kayak TNI dan lain-lain, ada helikopter juga dan ada kayak pesawat-pesawat tempur, nah tapi dana yang kami berikan sebagai lender ke perusahaan-perusahaan tersebut melalui Akseleran itu sekarang terancam hilang." ujarnya.
Anita pun mempertanyakan ke mana tanggung jawab OJK dan AFPI yang selama ini mengawasi platform seperti Akseleran. Ia berharap ada langkah konkret untuk menyelamatkan para investor muda.
"Saya memohon untuk Pak Armuji, selaku Wakil Walikota Surabaya, pak boleh nggak ini ditolongin... Kami lender itu isinya anak-anak muda semua, dengan berbagai background, kami dari dokter, orang biasa, pekerja profesional dan kalian tuh harus peka terhadap apa yang terjadi di P2P Lending Akseleran." tandasnya.
Anita mengaku telah berulang kali mencoba menyuarakan keluhannya melalui DM dan kolom komentar saat AFPI mengadakan siaran langsung. Sayangnya, menurutnya, tidak ada respons serius.
"Saya tuh udah teriak-teriak secara pribadi melalui DM dan live saat si asosiasi fintech pendanaan bersama Indonesia To Life (afpi), tapi mereka tuh malah ketawa-ketawa seolah-olah dia tuh nggak baca komen saya." tegasnya.
Anita menilai kondisi saat ini sangat tidak adil bagi para lender ritel. Ia khawatir, perusahaan-perusahaan yang mendapat pendanaan justru bisa tetap beroperasi tanpa tanggung jawab.
"Apakah kalau misalnya kayak kejadian begini, itu ya udah lender semua yang tanggung dan perusahaan-perusahaan yang mengambil uangnya senilai 50 M, 48 M, 50 M, 7 M, 15 M, itu bakalan tetap melenggang bebas dan kami semua yang harus gigit jari?" ungkapnya.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama investor muda, Anita meminta agar OJK wilayah Jawa Timur bisa aktif berkoordinasi dengan OJK pusat di Jakarta. Ia menyebut hingga saat ini tidak ada kejelasan soal jadwal pembayaran dari pihak Akseleran.
"Kami cuma di janji-janjiin gitu loh. Oh iya ya habis lebaran, ya oh ya ya habis ini ya, Oh ya ya nanti bulan Juni, ya Oh ya nanti bulan Juli. Nah sementara kami enggak tahu pembayaran mereka bakalan seperti apa, Apakah diberi cek mundur ataukah kemungkinan terjadi lagi bakalan ada cek kosong." katanya.
Di akhir videonya, Anita menyerukan agar semua pihak, terutama pemerintah dan regulator, benar-benar memprioritaskan penyelamatan dana anak-anak muda yang saat ini tengah terancam tenggelam.
"Apakah kasus di Akseleran ini cuma ya udah jadi kasus bye bye anak muda kalian udah kerja keras, biarin kalian kerja lagi atau memang benar-benar kalian buktiin kalau anak muda itu aset negara yang di mana kalian itu harus berjuang buat anak-anak muda ini." pungkas Anita.
Home
Ekonomi
Viral! Lender Muda di Surabaya Keluhkan Gagal Bayar P2P Lending Akseleran, Kehilangan Rp470 Juta
Viral! Lender Muda di Surabaya Keluhkan Gagal Bayar P2P Lending Akseleran, Kehilangan Rp470 Juta
Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Nurlayla Ratri
admin
1 min read
