free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Mahasiswi UIN Malang Bahas Strategi Optimalkan Pembelajaran Akidah Akhlak untuk Gen-Z

Penulis : Khairina Maghfirah Semester 4 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), Khairina Maghfirah. (Foto: istimewa)

JATIMTIMES - Generasi Z yang hidup di tengah ledakan teknologi dan arus globalisasi budaya menghadirkan tantangan baru bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Dalam konteks ini, pembelajaran akidah akhlak menjadi hal yang sangat krusial namun juga semakin kompleks. 

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), Khairina Maghfirah, mengupas tuntas fenomena ini dalam karya ilmiahnya berjudul Transformasi Pendidikan Islam: Mengoptimalkan Pembelajaran Akidah Akhlak pada Gen-Z. Ia menyebut, karakter Gen-Z yang khas membutuhkan pendekatan baru dalam menyampaikan ajaran Islam agar bisa dipahami dan diamalkan secara maksimal. 

Baca Juga : Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang Maksimalkan Anggaran Rp 314 Milliar untuk Perbaikan Jalan dan Jembatan 

 

“Generasi Z merupakan kelompok yang lahir dan tumbuh di era kemajuan teknologi digital yang sangat pesat serta berada dalam pusaran globalisasi budaya yang masif,” tulis Khairina, mahasiswa semester 4, dalam penelitiannya.

Dalam kajiannya, Khairina menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan kualitatif. Ia menganalisis literatur, jurnal ilmiah, dan berbagai sumber akademik lain untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan krusial dalam pembelajaran akidah akhlak. 

“Hasil kajian menunjukkan bahwa tantangan utama dalam pembelajaran akidah akhlak pada Gen-Z meliputi dominasi pengaruh media sosial yang membentuk cara pandang dan perilaku mereka, terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial akibat arus globalisasi, serta masih digunakannya metode pembelajaran konvensional yang kurang diminati oleh peserta didik,” jelasnya. 

Adapun Gen-Z yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dengan karakteristik unik seperti melek teknologi, berpikir kritis, visual-oriented, dan cepat bosan dengan metode belajar tradisional. Mereka cenderung lebih suka pendekatan yang interaktif dan personal. 

“Mereka memiliki akses luas terhadap informasi, namun belum tentu mampu memfilter mana yang benar atau salah,” tulis Khairina. Di sinilah, pendidikan akidah dan akhlak harus berperan sebagai filter nilai untuk membentuk identitas spiritual dan moral mereka. Menurut Khairina, pendidikan Islam tidak hanya berperan sebagai penyampai teori keagamaan, tetapi lebih dari itu, juga harus mampu membentuk kepribadian peserta didik agar memiliki karakter yang berlandaskan nilai-nilai Islam. 

“Pendidikan Islam tidak hanya bertugas mentransfer ilmu agama secara teoritis, tetapi juga bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian dan karakter peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai keimanan dan akhlak mulia.” jelasnya. 

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pembelajaran akidah dan akhlak sangat penting sebagai fondasi utama kepribadian Muslim. 

“Akidah bukan hanya sekadar keyakinan kepada Allah dan rukun iman lainnya, melainkan juga menjadi dasar berpikir dan bersikap dalam kehidupan. Generasi Z yang hidup di tengah gempuran informasi dan gaya hidup liberal sangat membutuhkan fondasi akidah agar tidak mudah terombang-ambing oleh arus globalisasi dan relativisme moral.” tulis Khairina. 

“Pendidikan akidah dan akhlak memiliki kontribusi besar dalam membentuk peradaban Islam yang unggul dan beradab. Generasi muda dengan integritas moral dan spiritual yang tinggi akan tumbuh menjadi pemimpin yang adil, inovatif, dan peduli terhadap umat,” tambah keterangan dalam kajian ilmiahnya. 

Baca Juga : Polres Ngawi Berhasil Ungkap Kasus Peredaran Sabu dan Pil Koplo  

 

Khairina menekankan bahwa inilah esensi dari pendidikan Islam. “Membentuk insan kamil yang seimbang antara kecerdasan intelektual, spiritual, dan sosial.” tegasnya. Untuk menjawab tantangan tersebut, Khairina menawarkan beberapa strategi yang dinilai efektif dalam konteks karakter Gen-Z.


1. Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

Menurut Khairina, penggunaan platform digital seperti aplikasi pembelajaran, media sosial, dan video interaktif dapat membuat materi akidah dan akhlak lebih menarik dan mudah dipahami oleh Gen-Z. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. 

2. Pembiasaan dan Keteladanan

Khairina mengungkapkan bahwa menerapkan kebiasaan positif seperti tadarus Al-Qur'an, dzikir, dan salat berjamaah dapat membentuk karakter spiritual siswa. 

"Selain itu, guru dan orang tua harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian menunjukkan bahwa keteladanan dari pendidik sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa.” jelasnya. 

3. Kolaborasi antara Sekolah dan Orang Tua

Khairini mengungkapkam bahwa kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat penting dalam membentuk akhlak Gen-Z. Komunikasi yang baik antara keduanya dapat memastikan konsistensi dalam penerapan nilai-nilai Islam di rumah dan di sekolah. Hal ini sesuai dengan temuan yang menunjukkan bahwa kolaborasi antara pendidik dan orang tua dapat meningkatkan efektivitas pendidikan karakter. 

Sementara itu, Khairini menilai bahwa peran guru dalam konteks ini sangat krusial. Bukan sekadar penyampai materi, guru dituntut menjadi pembimbing dan teladan spiritual yang bisa menginspirasi siswa untuk menjalani ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

“Guru memiliki peran sentral dalam mengajarkan akidah dan akhlak kepada Gen-Z. Mereka tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan teladan. Kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran, memahami karakter siswa, dan menerapkan metode yang sesuai sangat menentukan keberhasilan pendidikan akidah dan akhlak.” pungkas Khairina.