free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Pencari Ikan Ditemukan Tewas di Sungai Brantas Berjarak 20 Km dari Lokasi Tenggelam

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Petugas gabungan dari Basarnas, BPBD, dan Polsek Srengat saat mengevakuasi jasad SA (21) dari tumpukan sampah Sungai Brantas di wilayah Desa Bangoan, Tulungagung, Selasa malam (8/4/2025). Jasad korban ditemukan sekitar 20 kilometer dari lokasi awal tenggelam di Selokajang, Blitar.

JATIMTIMES Misteri hilangnya SA (21), warga Dusun Maron, Desa Selokajang, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, yang tenggelam di Sungai Brantas saat mencari ikan dengan obat, akhirnya terungkap. Pemuda malang itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, Selasa malam (8/4/2025) sekitar pukul 22.00 WIB, atau satu hari setelah peristiwa tragis itu terjadi.

Andris Dwi Prasetya, Koordinator Lapangan dari Basarnas Pos SAR Malang, membenarkan bahwa jasad SA berhasil ditemukan di wilayah Desa Pakel, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung—sekitar 20 kilometer dari titik awal kejadian.

Baca Juga : Aksi Tawuran di Gang Semampir Viral, Polisi Amankan 4 Remaja Bawa Sajam dan Busur Panah

"Korban ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia. Tubuhnya melepuh, kulit mengelupas, bahkan sulit dikenali secara kasat mata," ujar Andris kepada wartawan, Selasa malam. Meski begitu, identitas korban berhasil dipastikan berdasarkan ciri khusus berupa jari kaki sebelah kiri yang hilang akibat kecelakaan lama. Pihak keluarga pun langsung membenarkan identitas jenazah.

Proses evakuasi jenazah SA ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Andris menjelaskan bahwa saat ditemukan pertama kali oleh seorang buruh tambang yang kebetulan bekerja di sekitar aliran sungai Desa Pakel, tubuh korban langsung terbawa arus ke wilayah Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru. Lokasi tersebut dikenal sebagai titik pengumpulan sampah Sungai Brantas yang kerap membuat arus terhambat.

Petugas pun harus berjibaku selama lebih dari dua jam untuk mengevakuasi jasad SA. Selain banyak tumpukan sampah dan material kayu di lokasi, medan sulit membuat tim SAR tidak bisa menggunakan perahu karet seperti biasa. “Kami benar-benar kerja ekstra. Kondisi sungai penuh lumpur dan sisa sampah rumah tangga yang menyulitkan evakuasi,” tambahnya.

Debit sungai yang meningkat karena curah hujan tinggi juga disebut menjadi penyebab jasad korban bisa terseret sejauh itu. Arus bawah yang deras membawa tubuh SA melintasi belasan kilometer tanpa bisa dicegah. “Ini pelajaran berharga, betapa bahayanya bermain-main di sungai apalagi menggunakan obat pembius ikan,” tegas Andris.

Usai berhasil diangkat, jasad SA langsung dibawa ke RSUD dr. Iskak Tulungagung untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum diserahkan ke pihak keluarga.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, SA tenggelam saat mencari ikan bersama delapan orang temannya di Sungai Brantas wilayah Selokajang, Srengat, Senin siang. Dalam aksinya, mereka menggunakan bahan pembius ikan—praktik ilegal yang sering memakan korban. SA bertugas mengambil ikan yang terapung bersama tiga orang rekannya.

Baca Juga : Halalbihalal Pagerijo Jabotabek Akan Dihadiri Bupati Jombang

Saat menyeberang dari sisi selatan sungai untuk kembali ke utara, SA diduga kelelahan dan sempat berteriak meminta tolong. Namun, tiga temannya yang selamat tidak mampu memberi pertolongan karena derasnya arus, hingga akhirnya SA hilang terseret air.

Kapolsek Srengat Kompol Randy Irawan sebelumnya menyebutkan bahwa pihaknya bersama BPBD Kabupaten Blitar langsung bergerak melakukan pencarian begitu laporan diterima. Namun karena minimnya peralatan, upaya hari pertama belum membuahkan hasil hingga akhirnya Basarnas Pos SAR Malang dikerahkan pada hari kedua.

Warga sekitar sempat dihebohkan dengan kabar ditemukannya jenazah tersebut. Sejumlah warga Desa Selokajang yang mendengar kabar itu langsung mendatangi rumah duka dan menggelar doa bersama.

Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa kegiatan ilegal di alam bukan hanya merusak ekosistem, tapi juga bisa berujung pada tragedi mematikan. Sungai Brantas kembali menegaskan bahwa siapa pun yang meremehkannya, bisa jadi korban berikutnya.