Rehabilitasi Hutan Indonesia Dinilai Belum Efektif, Pakar Kehutanan: Perlu Pendekatan yang Lebih Tepat
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
23 - May - 2025, 09:27
JATIMTIMES - Upaya rehabilitasi hutan di Indonesia saat ini dianggap belum efektif dalam mengatasi kerusakan ekosistem yang semakin parah. Menurut Dr. Tatag Muttaqin, S.Hut., M.Sc., seorang dosen kehutanan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), masalah utama yang dihadapi adalah ketidaksesuaian antara pendekatan yang digunakan dan kebutuhan rehabilitasi itu sendiri.
Alih-alih memfokuskan pada kualitas pemulihan ekosistem, selama ini banyak upaya yang lebih menitikberatkan pada kuantitas pohon yang ditanam.
Baca Juga : Peduli Lingkungan, Karantina Jatim Tanam Ratusan Pohon dan Gelar Pasar Murah
“Pendekatan yang ada saat ini sering kali terjebak pada jumlah pohon yang ditanam, bukan pada tingkat kelangsungan hidupnya. Rehabilitasi hutan tidak bisa hanya sebatas ritual atau kegiatan sesaat. Dibutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai ekosistem dan sejarah tanah tersebut. Tanpa ini, penanaman pohon malah dapat memperburuk kerusakan yang ada,” jelas Tatag, (23/5/2025).
Menurutnya, salah satu kunci dari reboisasi yang efektif adalah dengan mengenali jenis tanaman yang secara alami berkembang di area tersebut. Setiap kawasan memiliki karakteristik yang unik, dan pemilihan bibit yang tepat sangat bergantung pada pemahaman tersebut. Sebagai contoh, di kawasan Batu, jenis tanaman yang sesuai adalah pinus dan eukaliptus, bukan sembarang pohon yang ditanam tanpa mempertimbangkan kondisi alam sekitar.
Tatag juga mengungkapkan bahwa proses reboisasi yang berhasil tidak cukup hanya dengan menanam pohon, melainkan juga melibatkan beberapa tahapan yang harus dilalui. Lima langkah utama yang harus diperhatikan, antara lain identifikasi kondisi lahan dan vegetasi lokal, pemilihan bibit yang sesuai, penentuan waktu tanam yang ideal (terutama saat musim hujan), penanaman, serta perawatan yang berkelanjutan setidaknya selama lima tahun.
"Banyak orang berhenti setelah menanam pohon, namun tanpa pemeliharaan, tingkat kematian pohon sangat tinggi," katanya.
Dalam memilih bibit, Tatag menekankan pentingnya kesesuaian antara bibit dengan iklim, jenis tanah, dan topografi daerah. Sebab, kesalahan dalam pemilihan bibit akan memengaruhi keberhasilan seluruh proses rehabilitasi. "Jumlah pohon yang ditanam bukan masalah utama, tetapi apakah bibit tersebut dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kondisi alamnya," tambahnya...