Krisis Amanah: Tanda Zaman yang Terancam dalam Perspektif Hadits Nabi
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
23 - Apr - 2025, 10:08
JATIMTIMES - Dalam sabda-sabda Rasulullah SAW, hilangnya sifat amanah (kepercayaan) disebut sebagai salah satu pertanda akhir zaman. Fenomena ini bukan sekadar krisis moral, tetapi sebuah peringatan profetik yang menggambarkan degradasi nilai kemanusiaan. Bagaimana narasi agama mengisyaratkan hal ini, dan apa relevansinya dengan realitas modern?
Dalam kitab Al-Fitan, Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi SAW tentang proses hilangnya amanah secara gradual. Rasulullah menggambarkannya seperti bara yang membakar hati manusia: "Seseorang tidur sejenak, lalu amanah dicabut dari hatinya, menyisakan bekas seperti bintik. Saat ia tidur lagi, bekas itu berubah menjadi luka bakar yang kosong, hanya berisi air." Metafora ini menegaskan bahwa amanah bukan sekadar tanggung jawab sosial, melainkan fondasi iman yang terkikis ketika manusia abai pada nilai spiritual.
Baca Juga : Tirai, Taplak, dan Takhta Priayi: Historiografi Akhir Kasus Brotodiningrat dalam Kemelut Madiun (1899–1901)
Rasulullah melanjutkan: "Di pagi hari, manusia berdagang, tetapi hampir tak ada yang menunaikan amanah." Ironisnya, masyarakat justru memuji figur yang tampak bijak, padahal hatinya "tak memiliki iman meski seberat biji sawi". Kritik ini mengarah pada budaya image over substance penampilan lahiriah diagungkan, sementara integritas batin diabaikan.
Dalam dialog dengan seorang Badui, Rasulullah SAW menyebut penyia-nyiaan amanah sebagai pemicu akhir zaman. Saat ditanya maksud "disia-siakannya amanah", beliau menjawab tegas: "Ketika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya." (HR Bukhari).
Pernyataan ini bukan sekadar kritik terhadap nepotisme, tetapi juga peringatan tentang sistem yang mengorbankan kompetensi demi kepentingan pragmatis.
Ibnu Katsir dalam An-Nihayah memperkuatnya dengan riwayat Imam Ahmad: "Kiamat takkan datang sebelum setiap kabilah dipimpin oleh orang hina di antara mereka." Di sini, "kehinaan" merujuk pada ketiadaan kapasitas moral dan intelektual sebuah gambaran yang relevan dengan fenomena pemimpin korup atau kebijakan yang mengabaikan keadilan.
Baca Juga : Baca Selengkapnya