JATIMTIMES - Sistem Aplikasi Digitalisasi Aset Wisata Desa atau lebih dikenal dengan sebutan Sadewa Desa yang telah dikembangkan oleh tim dari Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya dan akan diterapkan di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo dan Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang berhasil dipresentasikan dalam konferensi internasional di Filipina.
Ketua Tim Hibah dari Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya Susenohaji menyampaikan, konferensi internasional ini menjadi salah satu ajang forum ilmiah bergengsi di dunia yang diikuti hampir semua negara di asia dan negara Inggris. Acara konferensi internasional yang diikuti oleh 312 peserta ini menjadi agenda tahunan bertemunya para aktor pariwisata dunia, akademisi, birokrat pemerintahan, pengusaha pariwisata, media dan para pegiat pariwisata dari berbagai negara.
Baca Juga : BSU Bisa Diambil di Kantor Pos, Begini Cara dan Persyaratan Pencairannya
Akademisi yang akrab disapa Aji ini menjelaskan, dalam konferensi internasional bertajuk "5th International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH)" yang berlangsung selama lima hari dimulai dari tanggal 16 sampai 20 Juni 2025 di Bayleaf Hotel Cavite dan Lyceum of The Philippines University (LPU), tim Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya berhasil meloloskan enam paper pada acara tersebut.
Aji menyebut, Sistem Aplikasi Digitalisasi Aset Wisata Desa berhasil lolos untuk dua paper yang berjudul "Pentahelix Approach Toward Digital Indonesian Village: Creating Digital System Development in the Tourism Sector" yang dipresentasikan oleh dirinya dan paper berjudul "Designing Digitalization of Tourist Objects/spots to Support Sustainable Tourist Villages" dipaparkan oleh Amelia Ika Pratiwi.
"Sadewa Desa berhasil mencuri perhatian juri dalam event ini karena satu-satunya makalah yang mengangkat tema keberhasilan implementasi sistem Smart Tourism sebagai sebuah inovasi digital yang menjanjikan daya tarik baru bagi wisatawan untuk menikmati obyek-obyek wisata di desa," ujar Aji dalam keterangannya kepada JatimTIMES.com, Minggu (6/7/2025).
Menurut Aji, ke depan paper riset aplikasi seperti yang telah disusun oleh tim dari Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya yakni Sistem Aplikasi Digitalisasi Aset Wisata Desa ini diharapkan dapat menjadi bagian materi paper yang akan ditradisikan dalam ICRTH di tahun-tahun selanjutnya.
"Sadewa Desa dinilai juri akan mampu membangun interaksi pengalaman yang unik, atraktif, menarik dan fun bagi wisatawan karena dibangun dengan memadukan sistem tracking dan animasi berbasis Augmented Reality (AR) dan konten digital aset desa sebagai obyek wisata yang dapat dieksplore oleh wisatawan," kata Aji.
Pihaknya menyebut, bahwa tim juri telah menilai bahwa Sadewa Desa merupakan inovasi baru real smart tourism yang akan melengkapi sistem e-tourism yang sudah berkembang untuk bidang marketing, ticketing hingga pembayaran.
Selain itu, para akademisi yang hadir juga mengapresiasi simulasi Sadewa Desa yang dipaparkan Aji. Di antaranya Prof. Lee dari Sejong University, Korea Selatan dan tim dari Secretary Minister for Tourism, Creative Industry and Performing Arts, Ministry of Tourism, Creative Industry and Performing Arts Sarawak.
"Mereka berharap Sadewa Desa bisa diterapkan pada obyek-obyek wisata di kedua negara tersebut," tutur Aji.
Lebih lanjut, dalam konferensi internasional tersebut, Aji juga mendapatkan pertanyaan dari chairperson seminar Sochea Nhem dari Kamboja dan panelis konferensi Diah Retno Wulandaru dari Universitas Gadjah Mada terkait dengan cara kerja Sadewa Desa agar tidak menghilangkan sajian paket-paket wisata yang selama ini menjadi sumber ekonomi para guide.
"Pertanyaan ini sangat menarik, yaitu bahwa sajian konten digital obyek wisata yang ditampilkan dalam bentuk media video, teks, gambar dan audio menarik memiliki durasi waktu maksimal tiga menit. Sehingga tidak semua informasi obyek wisata dapat ditampilkan secara digital," ujar Aji.

Selain itu, informasi konten didesain untuk menarik keingintahuan wisatawan dan disajikan dengan teknik spot informations dan eksploratif. Sehingga untuk menggali lebih dalam harus tetap menggunakan paket-paket wisata desa yang sebelumnya sudah ada.
"Apalagi konten tentang cerita rakyat yang sangat menarik dan panjang dengan nilai-nilai di dalamnya pada setiap aset/obyek wisata, maka wisatawan harus ikut paket wisata. Sinergi muatan/konten wisata ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan wisata di desa," jelas Aji.
Sementara itu, Aji juga tidak lupa membagikan sovenir pembatas buku yang dapat diakses secara simulatif oleh peserta tentang lima jenis aset atau obyek wisata di Desa Gubugklakah dan Desa Sanankerto. Peserta konferensi pun sangat antusias melakukan eksplore obyek wisata melalui barcode yang sudah tersedia dan memberikan komentar secara online.
Baca Juga : Hadirkan Dai dan Pelawak Kondang, Santunan Anak Yatim di Desa Wates Dipadati Ribuan Jamaah
Selain itu, tim dari Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya juga memberikan cindera mata berupa paket postcard sebanyak lima buah, masing-masing yang sudah disertai digitalisasi konten aset atau obyek wisata desa, di antaranya yaitu obyek wisata alam gunung bromo dan coban pelangi, wisata seni budaya jaranan dan tari topeng, serta obyek wisata pohon yaitu pohon beringin.
"Cindera mata digital ini diharapkan akan dipasang di kampus dan kantor pemerintahan lembaga yang dapat diakses oleh masyarakat, sehingga menjadi media promosi wisata yang menarik bagi desa di Indonesia. Peserta juga disediakan peta digital untuk melakukan eksplore berbagai obyek wisata secara digital," beber Aji.
Pihaknya menyampaikan, pemberian sovenir dan peta wisata digital Desa Gubugklakah ini bertujuan agar para peserta bisa merasakan langsung dan interaktif pengalamannya untuk mengeksplorasi obyek-obyek wisata desa secara mudah dan atraktif dengan melalui kamera handphone. Selain itu, peserta juga dapat menikmati animasi dan gaming dari konten Sadewa Desa dengan mengumpulkan koin dan memberikan komentar.
Sebagai informasi, Digitalisasi Aset Obyek Wisata Desa diterapkan pada lima kategori aset, yaini aset sumber daya alam (coban pelangi, coban bidadari, dan lain sebagainya), aset pohon (pohon beringin, cemara gunung, dan lain sebagainya), aset kuliner (kentang krawu, dll), aset seni dan budaya (punden tungguan, kampoeng koena, dan lain sebagainya), aset edukasi (pertanian cabai, pertanian kentang, dan lain sebagainya), produk UMKM (tas rajutan, sandal enceng, dan lain sebagainya).
"Uji coba dilakukan di Desa Gubugklakah yang merupakan desa penyangga TNBTS dari jalur Kabupaten Malang. Setiap aset wisata memiliki format/struktur/muatan informasi yang berbeda karena karakteristik aset dan cerita rakyat yang berbeda. Akan tetapi, secara umum informasi tersebut mencakup informasi umum (detail), sejarah, manfaat dan cerita rakyat yang melingkupinya," jelas Aji.
Konten informasi yang disajikan memadukan empat bentuk media, yaitu berupa teks, video, audio dan gambar. Desain konten disusun secara sistematis, komprehensif dan atraktif, sehingga menarik untuk media edukasi bagi wisatawan. Konten digital akan dinikmati oleh wisatawan dengan modern, interaktif, atraktif dan menyenangkan. Sajian obyek atau spot wisata berbasis digital dapat meningkatkan daya tarik wisata baru di desa dan sekaligus meningkatkan komprehensifitas dan kualitas edukasi obyek wisata bagi wisatawan.
Aji yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya itu menyampaikan, hibah ini bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi digital sebagai diversifikasi sajian obyek atau spot wisata, sehingga wisatawan dapat memperoleh informasi lengkap tentang obyek wisata secara digital yang atraktif dan menarik. Konten informasi yang disajikan secara interaktif berupa paduan teks, video, audio dan gambar dapat menjadi media edukasi modern dan sangat komprehensif bagi pengunjung.
Pihaknya berharap, ke depan semakin banyak wisatawan berkunjung ke Desa Gubugklakah dan Desa Sanankerto untuk menginap lama di desa karena keingintahuan untuk mengeksplorasi seluruh obyek wisata yang ada di desa.
"Saya bermimpi, Desa Gubugklakah dan Desa Sanankerto Kabupaten Malang dapat menjadi pionir dalam integrasi berbagai teknologi digital bagi pengembangan obyek wisata desa, dan menjadi training center pengembangan dan penerapan teknologi digital bagi pariwisata. Saya yakin pengembangan desa wisata adalah cara terbaik untuk meningkatkan dan memeratakan pendapatan bagi masyarakat secara berkelanjutan," pungkas Aji.