JATIMTIMES – Apa yang semula menjadi kritik tajam di ruang digital kini berbuah dialog terbuka di ruang publik. Itulah yang tergambar dari pertemuan antara Wali Kota Blitar H Syauqul Muhibbin dan wisatawan Alfiatur Rizky, Minggu (15/6/2025), di kawasan wisata Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota Blitar.
Alfi, yang sebelumnya sempat viral karena mengunggah keluhan soal tarif parkir dan retribusi di kawasan PIPP, kini justru diajak langsung oleh wali kota Blitar yang akrab disapa Mas Ibin untuk meninjau kondisi terkini di lapangan. Dalam suasana santai, keduanya berjalan bersama menyusuri area PIPP, sekaligus meninjau lokasi yang sempat menjadi sorotan publik.
Baca Juga : Modus Baru Peredaran Rokok Ilegal di Magetan, Satpol PP dan Tim Gabungan Bergerak hingga Pelosok Desa
Mas Ibin menyebut, masukan dari Alfi bukanlah bentuk cibiran, melainkan ekspresi kepedulian terhadap pelayanan publik di Kota Blitar. “Hari ini saya bersama Mbak Alfi, yang beberapa waktu lalu sempat viral. Hari ini kita bikin viral lagi, tapi dalam suasana positif. Beliau tempo hari menyampaikan unek-unek soal parkir dan retribusi. Sekarang sudah kami pisahkan,” kata Mas Ibin dalam pernyataan yang disampaikan kepada media.
Menurut Mas Ibin, pemerintah daerah telah melakukan perbaikan dengan memisahkan tarif parkir dan retribusi masuk kawasan wisata, sebagaimana menjadi pokok kritik Alfi sebelumnya. "Saya tekankan kepada teman-teman, ini harus jelas. Kalau hanya parkir di sini (PIPP), monggo. Kalau ke objek wisata, seperti makam Bung Karno, nanti dihitung retribusinya," ujar dia.
Langkah konkret pun segera diambil. Mas Ibin memastikan bahwa papan informasi tarif resmi akan dipasang di area strategis sebagai bentuk transparansi kepada pengunjung. Untuk diketahui, tarif parkir bus di kawasan PIPP kini sebesar Rp18.000 untuk durasi 8 jam. Sementara, retribusi masuk ke kawasan makam Bung Karno ditetapkan Rp4.000 per orang. Artinya, pengunjung yang hanya berhenti dan parkir di PIPP tidak akan dikenakan retribusi tambahan, selama tidak masuk ke area makam.
Bagi Alfi, tanggapan cepat Pemkot Blitar merupakan bentuk responsibilitas yang layak diapresiasi. Ia menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Blitar Mas Ibin yang telah mendengarkan keluhannya dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi kebijakan. “Berarti sudah disendirikan. Untuk loketnya pun sudah dipisah. Terima kasih kepada Bapak Wali Kota yang sudah mendengarkan. Jadi, untuk teman-teman, monggo, kalau mau belanja saja ke PIPP itu boleh, hanya bayar parkir. Tidak dikenakan retribusi,” ujar Alfi.
Pertemuan di PIPP itu sekaligus menjadi momen penting bagi Pemkot Blitar dalam memperkuat wajah Kota Blitar sebagai destinasi ramah wisatawan. Dengan pendekatan terbuka dan responsif terhadap kritik, Mas Ibin menunjukkan bahwa pelayanan publik bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga komunikasi yang sehat antara warga dan pemerintah.
Baca Juga : Pakubuwana II: Raja Terakhir Kartasura, Pendiri Surakarta dari Trah Sunan Kudus
Menurut Mas Ibin, kawasan PIPP masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan, tidak hanya sebagai pusat perdagangan, tetapi juga simpul informasi pariwisata yang representatif. Ia berharap, transparansi dalam tata kelola tarif akan memberi kenyamanan lebih bagi para wisatawan yang datang, terutama dari luar kota.
“Masukan seperti ini yang kita butuhkan. Kami berterima kasih, karena justru dengan adanya kritik, kami bisa tahu mana yang harus diperbaiki. Pemerintahan tidak boleh alergi terhadap kritik, asal disampaikan dengan niat baik dan data yang benar,” ujar Mas Ibin menutup pernyataannya.
Kisah Alfi dan Mas Ibin di PIPP bukan sekadar pertemuan dua individu, tetapi cermin bagaimana partisipasi publik bisa menjadi jembatan untuk perbaikan tata kelola. Di Kota Blitar, kritik yang membangun kini benar-benar mendapat tempat.