JATIMTIMES - Masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau turut berdampak pada pertanian bunga di Kota Batu. Pasalnya, panen bunga potong mengalami penurunan saat pancaroba. Di saat yang sama, permintaan bunga untuk berbagai kebutuhan tetap tinggi.
Masalah tersebut salah satunya dihadapi Yulia Florist di Desa Gunungsari Kota Batu. Sebagai petani bunga dan pelaku usaha bunga potong, mereka harus memutar otak untuk memenuhi permintaan kiriman setiap harinya.
Baca Juga : BMKG Rilis Prediksi Puncak Musim Kemarau 2025, Ini Daerah yang Paling Awal Kering
"Kalau pancaroba begini turun panennya. Di antara 400 sampai 500 tangkai sehari. Kalau biasanya 2.000 sampai 3.000 tangkai,"ungkap Mulyati, salah seorang karyawan Yulia Florist Gunungsari saat ditemui, belum lama ini.
Menurut dia, terkadang dalam satu sampai dua lahan tidak ada bunga yang bisa dipanen. Hal tersebut karena kerontokan atau kerusakan yang terjadi pada bunga saat hujan lebat dan angin kencang.
Pihaknya mengakui penyusutan hasil panen akibat pancaroba itu membuat pembudidaya dan penjual bunga potong kewalahan mengatur pesanan. Di tengah permintaan yang terus tinggi, stok bunga menipis. Setiap panen harian ternyata kerap belum mencukupi pesanan.
"Paling banyak kirim untuk pesanan dari Bali. Sekarang harus cari ke sana kemari untuk nggenapi (memenuhi) pesanan," jelasnya.
Para pelaku usaha bunga potong harus bekerja sama dan lakukan pembelian terpisah untuk pemenuhan pesanan yang dikirim. Dalam sehari, Yulia Florist rata-rata harus mengirim bunga sebanyak 5.000 tangkai.
Untuk mengantisipasi kerugian, mereka sedikit menaikkan harga per tangkai untuk satuan dan per ikat. Biasanya bunga dijual Rp1.500 per tangkai, kini menjadi Rp2.000-Rp2.500 per tangkai. Kenaikan harga masih dianggap masih di taraf wajar. Terlebih agar tidak kehilangan pelanggan.
Baca Juga : Lansia Hilang hingga Rumah Roboh akibat Banjir-Longsor di Mojo Kediri
Sebagai informasi, dari data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi bunga dan tanaman hias di Kota Batu sangat tinggi. Bunga jenis mawar mendominasi dengan produksi 80 juta tangkai di tahun 2023, disusul Krisan dengan 22 juta tangkai. Sementara anggrek, di tahun yang sama terbanyak adalah anggrek pot dengan 801 ribu pohon dalam setahun.
Mulyati menyampaikan bahwa situasi penurunan hasil panen juga dirasakan oleh para petani bunga potong lain. Para petani mengeluh ketersediaan tak cukup saat permintaan bunga potong sedang tinggi. Itu terjadi pada semua jenis bunga.
"Hampir semua jenis bunga yang menurun. Kalau paling banyak dibudidayakan memang bunga mawar. Sekarang masih ada saja pesanan meski keperluan dekor sudah tidak banyak," tambahnya.