free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

MIN 1 Malang: Sulap Sejarah Jadi Asyik, Literasi Menguat Lewat Kontekstual

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Dede Nana

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Murita Herliningtyas, M.Pd., guru MIN 1 Kota Malang yang berhasil menumbuhkan semangat literasi dan kecintaan pada warisan lokal di kalangan siswa MIN 1 Kota Malang (ist)

JATIMTIMES - Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Malang, siswa kelas IV diajak menyelami jejak sejarah daerahnya secara langsung lewat proyek penulisan buku, bukan sekadar membaca buku teks. Inisiatif kreatif guru IPS Murita Herliningtyas, M.Pd., berhasil menumbuhkan semangat literasi dan kecintaan pada warisan lokal di kalangan siswa MIN 1 Kota Malang.

Murita merasa buku pelajaran standar terlalu berfokus pada cakupan nasional, sehingga materi lokal bagi siswa kelas IV terasa kurang nyambung dengan kondisi setempat. “Di kelas 4 itu kan ada materi asal usul daerahku, sementara buku yang diterbitkan penerbit nasional cakupannya jauh lebih luas,” ujarnya.

2

Menjawab tantangan itu, Murita segera mengajak Paguyuban Orang Tua Siswa (POS) untuk memberi pengalaman lapangan. Lewat dukungan POS, setiap siswa ditemani orang tua berkesempatan mengeksplorasi candi-candi ikonik di Malang Raya, antara lain Candi Badut, Singosari, Jago, dan Kidal. Setiap situs terdata sebagai bagian dari lebih dari 30 situs peninggalan sejarah di wilayah ini.

Baca Juga : Politik Perkawinan dan Takhta yang Terlunta: Drama Krisis Suksesi di Kasunanan Surakarta

Sebelum kunjungan, Murita menyediakan lembar kerja yang memandu anak mencatat temuan: mulai deskripsi lokasi, wawancara singkat dengan pemandu atau penjaga situs, hingga penjelasan konteks sejarah. Setelah itu, ia memberikan template desain laporan agar proses penulisan tak semata menyalin informasi, tetapi memuat narasi pengalaman mereka.

Proses penulisan berlangsung satu bulan, di mana siswa belajar menyusun kerangka laporan, menuangkan kesan pribadi, dan menyunting ulang naskah sebelum dicetak. “Ceritanya memang semacam catatan perjalanan, jadi bukan sekadar ringkasan fakta,” jelas Murita. 

Hasilnya terkumpul menjadi buku berjudul Meniti Jejak Masa Lalu: Mengungkap Peradaban di Malang Raya yang ditulis oleh 28 murid kelas IVA. Setelah proyek, tercatat peningkatan pemahaman sejarah lokal siswa hingga 85 persen berdasarkan kuis akhir, serta tingginya antusiasme saat diskusi kelas. Orang tua pun mengapresiasi metode ini sebagai sarana efektif memperdalam wawasan anak.

Bagi Murita, tujuan lain dari proyek ini adalah menanamkan budaya literasi. Lebih dari itu, ia berharap model ini dapat diterapkan tidak hanya di Malang, melainkan juga di daerah lain. "Saya ingin mereka tidak sekadar membaca, tetapi juga mencipta. Di era global, penting bagi anak-anak mengenal akar budayanya untuk memperkuat rasa nasionalisme.” 

1

Di luar kegiatan di MIN 1, Murita juga merilis buku solo Menembus Batas Khatulistiwa, kumpulan travel writing edukatif hasil perjalanannya ke Singapura (2024) dan Malaysia (2025). Dengan dana sendiri, ia menggandeng rekan guru IPS dan pemerhati sejarah untuk menghadirkan pelajaran global dalam bentuk kisah perjalanan nyata.

Baca Juga : Spoiler Resident Playbook Episode 11, Oi-young dan Gu Do-won Kepergok Pacaran?

Proyek penulisan sejarah lokal dan buku travel writing Murita sama-sama membuktikan bahwa mengajar tak harus terpaku pada ruang kelas, melainkan bisa dimulai dari langkah kaki murid menelusuri jejak masa lalu.