JATIMTIMES - Arema FC kecewa berat dengan aksi pelemparan bus yang ditumpangi pemain dan ofisial Persik Kediri usai pertandingan pekan ke-32 Liga 1 2024/2025. Peristiwa itu terjadi pada Minggu (11/5/2025) malam.
General Manager (GM) Arema FC, Yusrinal Fitriandi mengaku sangat kecewa melihat hal tersebut. Bahkan, ia juga menyoroti berbagai aspek penyelenggaraan pertandingan dan mempertimbangkan untuk tidak bermain di Stadion Kanjuruhan dalam waktu dekat.
Baca Juga : Hujan Sebabkan Longsor di Ngantang, BPBD Datangkan Ekskavator
“Kita kecewa dengan beberapa stakeholders pertandingan kemarin,” ujar Yusrinal melalui pernyataan resmi klub, Senin (12/5/2025).
Pria yang akrab disapa Inal itu menjelaskan bahwa selama tiga tahun pihaknya berupaya mempertahankan eksistensi klub. Dan berbagai upaya dilakukan untuk dapat kembali bermain di rumah sendiri.
“Sementara itu banyak pihak tiada henti mencaci maki klub, yang di satu sisi klub berusaha bertahan dan tabah menghadapi padahal klub mengalami masa sulit dengan keterbatasan dana, karena tidak ada pemasukan lantaran harus terusir, rasanya hanya cukup sisa tenaga, semangat dan niat tulus mempertahankan klub ini. Kami terasa sudah berdarah darah, sekuat daya dan upaya kami lakukan, namun hasilnya seakan-akan kita tidak dihormati di sini,” tegas Inal.
Inal pun merasa saat ini sudah hilang dukungan suporter selama tiga tahun terakhir. Dan ketika kembali ke Stadion Kanjuruhan, ekspektasi tinggi yang diterima tim.
“Kami mengingatkan suporter itu pendukung, tiga tahun mereka tidak dapat memberi dukungan ke Arema FC, begitu kita pulang, alih-alih dukungan yang didapat tapi justru tuntutan kesempurnaan yang berlebihan harus dituruti,” keluh Inal.
Lebih lanjut, Inal juga menyoroti pihak keamanan terkait standar pengamanan pertandingan. Pihaknya meminta adanya evaluasi. Karena ia menilai saat ini, kesempurnaan dibebankan kepada Arema FC.
“Laga kemarin itu level renpam high risk match, dan Arema FC sudah penuhi semuanya. Kami prihatin kejadian pelemparan bus Persik terjadi di area zona 4 diluar area stadion yang menjadi konsen pihak keamanan,” ungkapnya.
Berdasarkan sisi produksi pertandingan, Inal menjelaskan manajemen telah melakukan berbagai peningkatan sesuai dengan regulasi dan kebutuhan rencana pengamanan (renpam). Dua laga terakhir Arema FC saat gelar Charity Games dan lawan Persik Kediri, penyelenggaraan menelan dana lebih Rp 1 miliar.
“Dari sisi produksi semua upgrading kita lakukan mulai ring 1, ring 2, sampai ring 4 sesuai regulasi dan kebutuhan renpam. Kami memahami semua harus dilakukan untuk kepentingan dan keamanan jalannya pertandingan, kami memahami ini 'Stadion Kanjuruhan’,” imbuh Inal.
Baca Juga : Peringatan Waisak 2025 di Kampung Buddha Wonomulyo: Bukti Nyata Toleransi Antarumat Beragama
Kini, manajemen Arema FC merasa menjadi pihak yang selalu disalahkan atas berbagai permasalahan yang timbul termasuk pelemparan bus tim tamu. Inal juga merasa pihaknya selalu menjadi bahan cercaan, seolah pelaku utamanya pelemparan bus, entah itu oknum atau seseorang atau kelompok yang merasa bahwa perilakunya tidak salah.
“Sekali lagi kejadiannya terjadi di area zona 4 diluar kawasan stadion dan jauh dari kewenangan Panpel. Semestinya bisa diantisipasi,” tutur Inal.
Yusrinal mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas insiden pelemparan bus Persik Kediri. “Polisi harus tangkap dan ungkap pelaku dan motif pelemparan bus Persik Kediri. Jika pelaku kecewa dengan terkait penyelenggaraan atau kecewa karena Arema FC kalah, kenapa tidak dilimpahkan ke kami?,” ujar Inal.
Inal pun berharap semua pihak untuk introspeksi diri. Sehingga, perubahan dilakukan pada semua pihak.
“Semua harus berubah, manajemen sudah selalu jalankan semua arahan dan masukan. Berbagai forum komunikasi pun sudah kami lakukan antar stakeholder. Ayo berpakta integritas, jangan semuanya salah manajemen, intropeksilah,” tegas Inal.
Karena itulah, lanjut Yusrinal, Arema FC menpertimbangkan terkait masa depan Singo Edan dalam sisa kompetisi Liga 1 musim ini, terutama mengenai kemungkinan tidak bermain di kandang sendiri.