JATIMTIMES - Harga bitcoin melonjak hingga menembus angka 103.000 dolar AS atau sekitar Rp1,6 miliar pada Jumat (9/5/2025) waktu Asia. Lonjakan ini terjadi seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, meningkatnya minat dari institusi besar, dan meredanya ketegangan dagang global.
Hingga Jumat sore, melonjaknya harga bitcoin trending dalam penelusuran Google. Banyak yang mencari tahu informasi rinci terkait kenaikan harga bitcoin.
Dilansir dari Decrypt.co, Jumat (9/5/2025), lonjakan harga bitcoin terjadi bersamaan dengan naiknya harga altcoin utama dan saham-saham global. Para pelaku pasar menyambut positif sejumlah sinyal yang menunjukkan potensi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat serta adanya kesepakatan dagang awal antara AS dan Inggris yang memicu optimisme baru di pasar global.
Padahal sehari sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuannya. Meski demikian, pasar berjangka tetap optimistis.
Alat pemantau suku bunga milik CME, FedWatch, memperkirakan kemungkinan sebesar 70% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Juli dan 95% kemungkinan setidaknya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga sebelum Oktober.
Presiden AS Donald Trump juga kembali melontarkan kritik terhadap Ketua The Fed Jerome Powell. “Powell adalah orang bodoh,” kata Trump pada Kamis.
Baca Juga : Nilai Tukar Petani Jatim Turun 1,92 Persen, Terdalam di Pulau Jawa
Ia menambahkan bahwa pemotongan suku bunga “akan seperti bahan bakar jet bagi perekonomian.”
Untuk diketahui, harga bitcoin mencapai level tertinggi $103.460 pada Jumat pagi waktu Asia, naik lebih dari 6% dalam 24 jam terakhir. Altcoin seperti Ethereum bahkan mencatat kenaikan lebih tinggi, dengan lonjakan 20% setelah menembus $2.200 untuk kali pertama sejak Maret.
Solana dan Cardano juga ikut naik lebih dari 10%. Sementara itu, harga emas justru turun lebih dari 2%, menandakan adanya peralihan dari aset lindung nilai tradisional ke aset berisiko tinggi seperti kripto.
“Arus dana menunjukkan optimisme yang meningkat saat para trader bersiap untuk potensi kenaikan lebih lanjut,” tulis QCP Capital dalam sebuah catatan.
Namun QCP Capital juga mengingatkan agar tetap waspada. “Sampai bitcoin bisa ditutup di atas level $100.000 dalam grafik harian, kami melihat imbal hasil terbatas dari mengejar momentum di level saat ini.” tambah keterangannya.
Kini, setelah bitcoin berhasil bertahan di atas level $100.000, para trader mulai memosisikan diri untuk potensi kenaikan lanjutan. Harapannya akan ada lebih banyak kesepakatan dagang antara AS dan sekutunya.
Sebelumnya pada Kamis, Presiden Trump mengumumkan kesepakatan dagang baru dengan Inggris yang ia sebut sebagai kesepakatan “besar”, yang pertama sejak ia kembali menjabat. Perjanjian ini mencakup beberapa penyesuaian tarif dan pelonggaran kuota untuk ekspor mobil dan baja asal Inggris.
Namun, beberapa analis masih meragukan dampak ekonominya. “Realitas ekonomi dari kesepakatan ini pada dasarnya sangat, sangat kecil,” ujar ekonom Justin Wolfers kepada penyiar publik Australia, ABC.
Tapas Strickland, kepala ekonomi pasar dari NAB, salah satu bank besar Australia, menyebut pakta dagang AS-Inggris tersebut “hanya sebatas kerangka kerja”.
Meski begitu, pasar menyambut positif potensi meredanya tensi dagang. Indeks saham AS menunjukkan kenaikan. Di antaranya S&P 500 naik 0,6% dan Nasdaq naik 1,1%. Sebaliknya, indeks saham Inggris FTSE 100 justru turun tipis 0,3%, mencerminkan sentimen yang lebih hati-hati di London.
Laporan terbaru dari ARK Invest untuk bulan April menguatkan keyakinan bahwa Bitcoin makin kuat sebagai aset pelindung nilai. Dalam laporan itu disebutkan adanya arus masuk bersih sebanyak 29.800 BTC ke dalam ETF spot Bitcoin di AS, angka tertinggi sejak November lalu. Selain itu, cadangan bitcoin di bursa kripto turun menjadi 14% level terendah sejak tahun 2018.
“Pergerakan harga ini memperkuat pandangan bahwa bitcoin seharusnya dipertimbangkan sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian global,” kata ARK Invest dalam laporannya.