free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Kebun Kopi di Kabupaten Malang Dilirik Pihak Swasta, Ditarget Dorong Produktivitas Naik 18 Persen

Penulis : Hendra Saputra - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Sejumlah produk kopi hasil kebun di Kabupaten Malang (foto: Hendra Saputra/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Perkebunan di Kabupaten Malang menarik perhatian banyak pihak. Karena potensi besarnya mampu dijadikan sejumlah produk. Salah satunya di Desa Ketindan, Kabupaten Malang yang saat ini memiliki harapan baru untuk meningkatkan hasil panen. Melalui sentuhan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI), produktivitas kopi robusta diproyeksi mampu meningkatkan hingga 18 persen pada tahun pertama. 

Pemkab Malang tak sendiri, mereka didukung oleh program Gandrung Tirta yang diusung GoTo Impact Foundation (GIF) melalui platform Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0. 

Baca Juga : Kandang Ayam di Nglegok Ludes Terbakar Saat Hujan Deras, Konsleting Listrik Diduga Jadi Biang Kerok

Gandrung Tirta hadir sebagai model agribisnis kopi berkelanjutan berbasis inovasi teknologi dan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani, pemuda, dan ibu rumah tangga. 

Di Desa Ketindan, dari sekitar 200 petani kopi fine robusta, tingkat produktivitasnya saat ini masih sekitar 43 persen. Angka ini mencerminkan tantangan produktivitas kopi di Indonesia secara umum, yang meski menjadi produsen terbesar keempat dunia, masih berada di peringkat ke-14 dalam hal produktivitas. 

Nasrullah Aziz, perwakilan konsorsium Gandrung Tirta, menjelaskan bahwa pendekatan berbasis teknologi akan berdampak langsung pada kualitas dan efisiensi budidaya. 

“Penerapan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani dalam praktik budidaya kopi berkelanjutan (Good Agricultural Practices) hingga 80 persen, serta mendorong peningkatan produktivitas kopi sebesar 18 persen pada tahun pertama,” ungkap Nasrul. 

Seiring dengan itu, pendapatan petani juga diproyeksikan meningkat hingga 15 persen. Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, menekankan pentingnya inovasi yang berakar dari masyarakat. 

“Selama lima tahun bergerak bersama 138 changemakers, kami mempelajari bahwa perubahan sistemik dan berkelanjutan bukan hanya tentang menghadirkan solusi yang tepat sasaran, tapi bagaimana masyarakat bisa berdaya agar inovasi terus tumbuh di masa depan,” kata Monica. 

Monica juga menyampaikan bahwa Gandrung Tirta merupakan contoh konkret inovasi kolektif yang lahir dari kolaborasi lintas sektor di Catalyst Changemakers Lab (CCLab). “Ini merupakan tonggak sejarah baru, tentang bagaimana potensi sumber daya lokal, semangat gotong-royong, dan teknologi, dapat menjadi kekuatan nyata untuk membawa perubahan di suatu wilayah,” tutup Monica. 

Baca Juga : Grand Ballroom Malang Mirama, Solusi Lengkap untuk Venue Meeting hingga Social Event

Gandrung Tirta sendiri merupakan kolaborasi empat organisasi: Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social. Mereka mengembangkan tiga strategi utama: penggunaan teknologi pertanian berbasis IoT dan AI pengelolaan limbah kopi menjadi produk bernilai tambah dan pupuk organik serta pelatihan bagi kelompok tani dan pemuda desa agar siap mengelola agribisnis kopi secara mandiri. 

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang menyambut baik inisiatif ini. Kepala Bappeda Kabupaten Malang , Ir Tomie Herawanto MP menyebut Gandrung Tirta sebagai mitra strategis menuju transformasi ekonomi hijau. 

“Pengembangan agribisnis tidak hanya soal peningkatan produktivitas untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memastikan keberlanjutan daya dukung SDM dan lingkungan,” ujar Tomie. 

Menurut Tomie, program ini sejalan dengan target indeks ekonomi hijau Kabupaten Malang sebesar 66,84 persen pada tahun 2045.