free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Kolektif Pemuda di Kota Batu Khawatir Rencana PLTPB Geotermal Arjuno-Welirang Mengancam Sumber Mata Air

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pemuda di Kota Batu melakukan aksi upacara sekaligus kritik krisis lingkungan di Kota Batu.(Foto: Prasetyo Lanang/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Rusaknya sumber mata air di Kota Batu menjadi masalah yang dikhawatirkan warga. Tak terkecuali kolektif pemuda yang khawatir karena adanya rencana proyek strategis nasional (PSN) Geotermal Arjuno-Welirang di Kota Batu. Proyek energi itu dinilai mengancam kualitas lingkungan, sehingga menuai penolakan.

Diketahui dari data Kementerian ESDM yang disosialisasikan di Kota Batu tahun 2024 lalu, ada manifestasi air panas untuk pembangkit listrik di Kota Batu pada titik yang ditetapkan Wilayah Kerja Panas Bumi (WTP) Arjuno-Welirang. Lokasinya di wilayah sekitar wisata Cangar.

Baca Juga : Reni Astuti: Pers Harus Tetap Independen, Kritis, dan Dilindungi

 

Kolektif pemuda di Kota Batu dari berbagai komunitas peduli lingkungan dan aktivis mengemukakan kekhawatirannya. Di antaranya adalah Komunitas Jurnal Warga Gunung, Titik Dua Kolektif, Area Baca Selasa, juga bekerja sama dengan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jatim.

"Kota Batu termasuk ke dalam proyek strategi nasional pembangunan Geotermal. Ada di beberapa titik salah satunya di Arjuno-Welirang sebagian wilayah Kota Batu dan sebagiannya Mojokerto. Untuk realisasinya, desas desusnya pada 2030 mendatang," urai Ciwen Ilusi, anggota Titik Dua Kolektif Kota Batu saat ditemui, belum lama ini.

Salah satu dasar masalahnya adalah sumber mata air yang semakin hilang di Kota Batu dalam beberapa tahun terakhir. Dari data yang dihimpun dari catatan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jatim, Kota Batu sudah mengalami penyusutan drastis sumber mata air. Dalam 15 tahun terakhir, sumber mata air aktif yang semula berkisar 111 titik hanya tersisa separuhnya. Yakni 58 sumber air di tiga kecamatan.

Di Kecamatan bumiaji dari 57 titik mata air menjadi 28 titik. Di Kecamatan Batu dari 32 titik menjadi 15 titik. Dan di Kecamatan Junrejo dari 22 titik menjadi 15 titik. Begitu pula dengan hutan di Kota Batu. Dari 11.227 ha hutan di kota batu, 5.900 hektare mengalami kerusakan, mencapai 50 persen luasan hutan yang ada.

"Informasi terakhir, untuk Geotermal rencananya akan direalisasikan pemerintah tahun 2030," sebutmya.

Untuk itu, sambung Ciwen, terkait masalah pembangunan Geotermal yang nantinya bisa merusak lingkungan mulai banyak dibahas mulai sekarang oleh puluhan kelompok aktivis lingkungan hidup Kota Batu. Ia beranggapan, di Kota Batu ternyata masih banyak rencana-rencana yang tidak diketahui oleh masyarakat.

Baca Juga : Magang ke Jepang di Tengah Skripsi, Mahasiswa  STIE Malangkucecwara Buktikan Tak Ada Kata Terlambat

 

"Artinya, harapan kami bisa memantik kawan-kawan yang lain. Usaha untuk memberikan kesadaran masalah lingkungan. Pada intinya, kami tidak setuju dengan pembangunan Geotermal," tegasnya.

Mulai dari membuat berbagai tulisan, kampanye media sosial, kolektif pemuda di Kota Batu terus menyuarakan masalah lingkungan. Yakni dari masalah yang dekat dengan warga seperti air bersih, suhu udara yang tak sedingin dahulu, hingga pembangunan pariwisata yang dinilai ugal-ugalan termasuk pertimbangan urgensi Geotermal.

Selain itu ada kekhawatiran pula proyek Geotermal nantinya bisa menimbulkan bencana lain seperti kebocoran gas. Dengan pipa besar yang terpasang, seperti di Dieng, Jawa Tengah, juga soal berkurangnya kualitas air oleh karena percampuran zat.

"Geotermal dinarasikan pemerintah jadi energi terbarukan, tapi ternyata tidak, lantaran boros pada air, dan mengancam sumber mata air. Perlu dikawal terus," imbuhnya.