free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Badai PHK Melanda, Ini Tips Menyiapkan Bantalan Finansial agar Tetap Aman 

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Ilustrasi PHK. (Foto: Shutterstock)

JATIMTIMES - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus menghantui para pekerja di Indonesia. Hampir tak ada industri yang luput dari gelombang efisiensi ini, mulai dari sektor perbankan, teknologi informasi (IT), media, hingga tekstil. 

Terbaru, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat sebanyak 18.610 pekerja terkena PHK hanya dalam dua bulan pertama tahun 2025 ini. 

"Pada periode Januari s.d. Februari tahun 2025 terdapat 18.610 orang tenaga kerja ter-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang dilaporkan. Tenaga kerja ter-PHK paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah yaitu sekitar 57,37 persen," demikian tertulis dalam laporan Kemnaker. 

Angka tersebut menandakan pentingnya persiapan menghadapi kemungkinan terburuk. Salah satu hal yang wajib dimiliki oleh setiap pekerja saat ini adalah dana darurat. Tak hanya sebagai bantalan keuangan, dana ini juga menjadi penyelamat saat penghasilan mendadak hilang. 

Lantas, bagaimana cara menyiapkan bantalan finansial tersebut agar hidup tak oleng saat PHK datang tiba-tiba?

1. Dana Darurat Minimal 6 Kali Pengeluaran
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno menyebutkan bahwa dana darurat idealnya setara dengan enam kali pengeluaran bulanan, terutama bagi pekerja yang sudah berkeluarga. Sementara bagi lajang atau yang baru mulai bekerja, cukup tiga kali pengeluaran bulanan. 

"Dana darurat adalah aset likuid kita yang memang sengaja untuk meng-cover risiko terjadinya PHK," kata Mike seperti dikutip dari CNNIndonesia. 

Mike menambahkan, jika seseorang memiliki utang, maka jumlah dana darurat yang harus dikumpulkan harus mencakup pengeluaran bulanan plus cicilan. 

2. Pangkas Gaya Hidup Konsumtif
Masih menurut Mike, gaya hidup yang konsumtif bisa jadi penghambat dalam menyiapkan dana darurat. Maka dari itu, para pekerja harus mulai memangkas pengeluaran yang tidak penting agar lebih banyak dana yang bisa disisihkan. 

"Gaya hidup kalau tidak dilakukan Anda tidak menderita kok. Cuma ada beberapa kenikmatan hidup yang dikurangi saja," ujarnya. 

Ia mencontohkan, kebutuhan dasar seperti listrik dan internet tetap terpenuhi, makanan bergizi tetap bisa dinikmati. Tapi aktivitas seperti belanja barang tidak penting atau liburan harus ditahan dulu. 

Senada, Perencana Keuangan dan Founder Rekadana Rina Dewi Lina juga menegaskan bahwa pengeluaran gaya hidup perlu ditahan. Terutama yang bersifat konsumtif seperti langganan hiburan, upgrade gadget, hingga traveling demi alasan “self reward”. Namun, Rina mengingatkan pentingnya tetap menyiapkan dana untuk nongkrong alias hangout. 

"Wajib menyiapkan dana untuk (hangout) khusus untuk menjalin networking, karena pekerjaan bisa didapat dari sini," jelasnya. 

3. Buka Usaha Sampingan
Langkah lain yang tak kalah penting adalah membangun sumber pendapatan tambahan. Menurut Rina, usaha bisa dimulai dengan modal kecil, misalnya menjual makanan beku rumahan, warung sarapan, atau katering sehat. 

"Kalau punya skill saatnya dijadikan usaha, seperti mengajar online, membuat produk digital, dan berjualan di media sosial. Saatnya berinvestasi leher ke atas, meningkatkan skill untuk berjualan, seperti belajar jualan online atau live streaming," tuturnya. 

Perencana Keuangan MRE Andi Nugroho juga menyarankan memulai bisnis sesuai kebutuhan masyarakat sekitar. Misalnya, menjual sembako, pakaian, voucher game, atau bahkan membuka jasa digital seperti SEO, pembuatan website, hingga manajemen media sosial. 

4. Simpan Dana Darurat di Instrumen yang Likuid
Penempatan dana darurat juga tak bisa sembarangan. Budi Rahardjo, Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning, menekankan pentingnya memilih instrumen yang stabil, aman, dan mudah dicairkan. 

"Sehingga prioritas kita memang bukan untuk pertumbuhannya, tapi adalah likuiditas dan keamanan nilai pokoknya," kata Budi. 

Aset yang dimaksud antara lain uang tunai, emas, tabungan harian, deposito jangka pendek, hingga reksa dana pasar uang. 

Mike Rini menambahkan bahwa kombinasi beberapa instrumen bisa digunakan untuk menyimpan dana darurat. 

"Cara menyimpan dapat dilakukan dengan melakukan setoran rutin bulanan dari gaji ke tabungan, melakukan penempatan dana secara berkala ke deposito bulanan atau melakukan pembelian reksa dana pasar uang, sampai tercapai target dana daruratnya," terangnya. 

5. Jangan Dipakai untuk Hal Hiburan
Budi mengingatkan bahwa penggunaan dana darurat hanya boleh dilakukan untuk kondisi mendesak dan tidak tercover oleh asuransi. Dana ini bukan untuk hiburan atau belanja konsumtif. 

"Atau untuk menutupi pengeluaran tahunan yang seharusnya bisa direncanakan, misalnya pengeluaran untuk liburan atau pembayaran pajak tahunan," tegasnya. 

6. Idealnya 6-12 Kali Pengeluaran Bulanan
Secara umum, dana darurat disarankan berada di kisaran 6–12 kali pengeluaran bulanan. "Bagi yang belum menikah, dana darurat bisa 3–6 kali pengeluaran per bulan. Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga berkisar 6–12 bulan." jelas Mike. 

Sementara itu, Budi mencontohkan jika diasumsikan penghasilan UMR bulanan misalnya Rp5 juta dengan rata-rata pengeluaran Rp3 juta per bulan, maka kebutuhan dana darurat mengacu kepada rata-rata pengeluaran orang atau keluarga tersebut. Yaitu dapat berkisar antara Rp9 juta hingga Rp18 juta. 

Untuk mengumpulkannya, cukup sisihkan minimal 10 persen dari pendapatan tiap bulan. 

7. Bangun Jaring Pengaman Karier
Dikutip dari Forbes, di era saat ini, PHK bukan lagi soal “apakah”, tapi “kapan”. Maka, membangun jaring pengaman karier menjadi langkah bijak. 

Mulailah dengan meningkatkan keterampilan yang banyak dibutuhkan, membangun portofolio digital, aktif di LinkedIn, serta menjalin relasi secara proaktif di industri sesuai bidang pekerjaan kamu. 

Bahkan dari usaha sampingan atau proyek freelance bisa berkembang menjadi karier penuh waktu jika ditekuni dengan serius. 

8. Negosiasikan Paket Pesangon
Jangan asal terima tawaran pesangon. Menurut Forbes, karyawan berhak menegosiasikan isi paket pesangon agar lebih menguntungkan. Tak hanya soal gaji, tapi juga layanan penempatan kerja, asuransi, opsi saham, hingga PTO (paid time off). 

9. Dapatkan Rekomendasi LinkedIn Sebelum Keluar
Sebelum benar-benar keluar, pastikan kamu meminta rekomendasi dari atasan di profil LinkedIn. Hal ini sangat membantu untuk menambah nilai saat melamar pekerjaan baru. 

10. Ajukan Tunjangan Pengangguran Segera
Asuransi pengangguran dirancang untuk mendukung pekerja yang kehilangan pekerjaan secara mendadak. Maka dari itu, begitu ada pengumuman PHK, segera ajukan tunjangan ini.
Idealnya, permohonan diajukan dalam waktu seminggu sejak hari terakhir bekerja. 

11. Melamar Pekerjaan Secara Strategis
Tak perlu panik dan langsung kirim ratusan lamaran. Forbes menyarankan untuk melamar pekerjaan secara strategis dan personal. Sesuaikan resume dengan posisi yang dilamar, hubungi perekrut, dan bangun komunikasi langsung dengan manajer perekrutan. Pendekatan ini dinilai lebih efektif dibanding mengirim lamaran massal tanpa arah. 

12. Jaga Kesehatan Mental dan Emosional
PHK memang berat secara emosional, maka jangan abaikan kesehatan mental. Hadapi perasaan kecewa dengan jujur, beri waktu untuk pulih, dan manfaatkan momen ini untuk bersama keluarga atau orang-orang terdekat. 

Dengan persiapan yang matang dan sikap positif, kehilangan pekerjaan bisa jadi momentum menemukan peluang baru yang lebih baik. 

Itulah beberapa cara menyiapkan bantalan finansial tersebut agar hidup tak oleng saat PHK datang tiba-tiba. Semoga informasi ini membantu.