JATIMTIMES — Sebuah mobil dinas berwarna hitam mengilap, Toyota Alphard AG 1, meluncur perlahan meninggalkan Kantor Urusan Agama (KUA) Kepanjenkidul, Senin pagi, 28 April 2025. Di dalamnya, sepasang pengantin muda tampak sumringah. Satria dan Niken, warga Jalan Melati Gang V No. 6C, baru saja mengikrarkan janji suci pernikahan dalam balutan program andalan Pemerintah Kota Blitar: Nikah SAE.
Senyum mengembang dari wajah Niken ketika mengenang momen itu. “Mobilnya nyaman sekali. Rasanya seperti mimpi diantar dengan mobil Wali Kota. Terima kasih Mas Wali. Semoga program ini dikenal lebih luas dan makin banyak yang daftar,” ujarnya penuh rasa haru, beberapa jam setelah akad.
Baca Juga : 5 Cara Mengolah Daun Sirih untuk Sakit Tenggorokanyang Efektif
Program Nikah SAE — akronim dari Selamat, Aman, dan Efektif — digagas oleh Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, atau yang akrab disapa Mas Ibin. Ia mencetuskan ide ini sebagai bentuk kehadiran negara di tengah masyarakat, bukan hanya dalam hal administratif, tetapi juga dalam aspek personal dan emosional warganya.
Mas Ibin, dalam berbagai kesempatan, menyebut bahwa pernikahan bukan sekadar acara formal, tetapi sebuah transisi hidup yang sarat tanggung jawab. “Pernikahan itu sangat penting. Ternyata menjadi jomblo itu menyiksa bagi sebagian orang. Banyak yang ingin menikah tapi terhalang biaya atau prosesnya rumit. Maka dari itu, kita fasilitasi,” katanya kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Pernyataan itu bukan basa-basi. Lewat Nikah SAE, Pemerintah Kota Blitar menanggung sejumlah kebutuhan pasangan, mulai dari pengurusan administrasi, fasilitas transportasi seperti mobil dinas, hingga voucer menginap gratis di hotel berbintang di Kota Blitar. Bagi sebagian orang, ini mungkin tampak seperti simbol. Namun bagi Satria dan Niken, ini adalah bentuk nyata cinta pemerintah pada rakyatnya.
Satria sendiri mengaku awalnya tidak menyangka prosesnya akan semudah ini. “Saya pikir akan rumit, ternyata petugasnya sigap, semuanya dijelaskan dengan rinci, dan kami bahkan diberi hadiah menginap gratis. Rasanya seperti selebritas,” ujarnya dengan nada geli.
Bagi Pemerintah Kota Blitar, Nikah SAE bukan sekadar proyek seremonial. Program ini dirancang untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat — khususnya generasi muda — dalam menghadapi tantangan hidup modern. Tak sedikit pasangan yang menunda pernikahan karena kendala biaya, kekhawatiran akan kesiapan, atau ribetnya urusan birokrasi.
Dalam program ini, pasangan yang telah memenuhi syarat langsung diarahkan ke jalur aman dan nyaman: bebas biaya, difasilitasi penuh, dan tetap sah secara hukum dan agama. Bahkan, mereka disuguhi pengalaman romantis yang selama ini hanya bisa diimpikan oleh pasangan biasa — diantar dengan mobil Alphard, disambut layaknya tamu kehormatan.
Tak heran, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep, yang juga putra bungsu Presiden Joko Widodo, dibuat kagum saat dipaparkan mengenai program ini. Dalam kunjungannya ke Blitar belum lama ini, Kaesang memuji inisiatif Pemkot Blitar sebagai bentuk inovasi pelayanan publik yang menyentuh aspek emosional warga.
Kisah Satria dan Niken hanyalah satu dari sekian pasangan yang telah menikmati program Nikah SAE. Di balik kerendahan hati mereka, tersimpan pelajaran penting: romantisme bukan soal kemewahan, tapi soal perhatian dan kepedulian. Dan kali ini, negara turun tangan, bukan dengan dokumen dan stempel semata, tapi dengan empati dan penghormatan.
Di Kota Blitar, pernikahan tak lagi harus mahal dan ribet. Cukup dengan kesiapan hati dan kelengkapan administrasi, pasangan muda bisa melangkah ke pelaminan tanpa beban berlebihan. Tak ada pesta mewah, tapi ada kehangatan yang nyata. Tak ada kemegahan berlebihan, tapi ada ketulusan dalam setiap tahapannya.
Baca Juga : Jejak Ingabehi Wira Patra: Penguasa Blitar di Era Amangkurat II
Mas Ibin sendiri berharap, Nikah SAE bisa menjadi contoh nasional. “Saya ingin masyarakat merasa bahwa pemerintah hadir dalam setiap fase kehidupan mereka, termasuk yang paling pribadi sekalipun,” ujarnya dalam satu sesi wawancara dengan media.
Lebih jauh, ia menambahkan bahwa program ini juga mendorong pembentukan keluarga yang terencana dan terdata. Dari aspek pemerintahan, ini membantu pengelolaan data kependudukan dan perlindungan hukum. Namun dari sisi sosial, ini membangun rasa percaya dan kedekatan antara warga dan pemerintah.
Pemerintah juga berencana memperluas program ini dengan pendampingan lanjutan bagi pasangan yang baru menikah — mulai dari edukasi keuangan rumah tangga, konsultasi kesehatan, hingga kelas parenting. Semua dirancang untuk memastikan bahwa pernikahan yang dimulai dengan baik juga akan dijalani dengan bekal yang memadai.
Pada akhirnya, Nikah SAE bukan sekadar soal ijab kabul. Ia adalah pernyataan: bahwa pemerintah hadir bukan hanya sebagai pengatur, tetapi juga sebagai penyokong mimpi. Bahwa cinta dua anak manusia, seperti Satria dan Niken, bisa menjadi awal dari perubahan besar — selama ada tangan yang merangkul dan memfasilitasi.
Di panggung Kota Blitar yang sedang bergerak menuju masa depan, program ini adalah satu bait romantis dari puisi besar bernama pelayanan publik. Dan mungkin, suatu saat nanti, generasi mendatang akan mengenang bahwa cinta di kota ini pernah difasilitasi negara — lengkap dengan senyum, mobil dinas, dan voucher hotel.