JATIMTIMES - Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2025 telah resmi dimulai sejak 23 April 2025. Namun, baru dua hari pelaksanaan, panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 telah menemukan 14 kasus kecurangan yang dilakukan oleh peserta ujian.
Meskipun jumlah kasusnya sangat kecil dibandingkan jumlah peserta secara keseluruhan, panitia menegaskan akan mengambil tindakan tegas terhadap semua bentuk pelanggaran.
Baca Juga : Bukti Transfer Palsu Bermodus AI Marak Beredar, Ini Ciri dan Cara Menghindarinya!
Ketua umum dan penanggung jawab SNPMB Edurat Wolok dalam live Youtube SNPMB ID pada Jumat (25/4/2025) menjelaskan bahwa berbagai modus baru kecurangan yang ditemukan menunjukkan bahwa para pelaku telah memanfaatkan teknologi secara tidak etis.
Bentuk-bentuk kecurangan ini melibatkan perangkat keras dan perangkat lunak yang sulit terdeteksi oleh pengawasan konvensional. Eduart Wolok mengungkapkan apa saja modus terbaru kecurangan UTBK SNBT 2025
Berikut Beberapa Modus Kecurangan yang Terungkap:
1. Perekaman Layar (Desktop Recording)
Beberapa peserta diketahui merekam soal ujian langsung dari layar komputer menggunakan aplikasi perekam desktop yang terpasang secara tersembunyi.
Cara ini dilakukan untuk menyimpan soal dan menyebarkannya setelah ujian berlangsung.
2. Remote Desktop
Modus ini melibatkan pihak ketiga yang mengendalikan komputer peserta dari jarak jauh menggunakan akses remote desktop. Dengan cara ini, ujian seolah dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli.
3. Penggunaan Kamera Mikro di Tubuh
Beberapa peserta menyembunyikan kamera mikro pada bagian tubuh tertentu, seperti di balik behel gigi atau di bawah kuku. Kamera-kamera ini berukuran sangat kecil sehingga sulit terdeteksi oleh pengawas.
4. Kamera Mikro di Pakaian
Selain pada tubuh, kamera mikro juga disembunyikan di pakaian peserta, seperti pada kancing baju dan ikat pinggang. Perangkat ini dirancang agar tidak memicu alarm saat melewati alat deteksi logam.
5. HP Tersembunyi di Sepatu atau Ditempel di Tubuh
Modus klasik ini kembali muncul, di mana peserta membawa ponsel tersembunyi di dalam sepatu atau menempelkannya di bagian tubuh yang tidak terdeteksi oleh pengawas.
6. Pemilihan Lokasi Ujian Jauh dari Domisili
Baca Juga : Pantau Gelar Karya P5RA dan Science Fair 2025, Kasi Penma Kemenag Kota Malang Acungi Jempol
Tim SNPMB juga menemukan adanya peserta yang secara mencurigakan memilih lokasi ujian yang sangat jauh dari sekolah atau tempat tinggalnya.
Misalnya, siswa yang berasal dari Makassar justru memilih lokasi ujian di Kalimantan, padahal pilihan kampusnya berada di Jawa.
Dalam beberapa kasus, pemilihan lokasi ini diduga dilakukan untuk mempermudah kerja sama dengan pihak tertentu yang mendukung kecurangan.
Seluruh kasus yang ditemukan saat ini masih dalam proses investigasi mendalam, termasuk kemungkinan keterlibatan pihak eksternal, baik dari dalam sistem pendidikan maupun dari jaringan lain yang menawarkan jasa kecurangan.
Sanksi Bagi Peserta yang Ketahuan Curang
Peserta UTBK SNBT 2025 yang terbukti melakukan kecurangan akan menghadapi sanksi tegas, bahkan bisa berujung pada pidana. Hal ini ditegaskan langsung oleh Wakil Ketua I Tim Penanggung Jawab SNPMB, Muryanto Amin.
"Kalau itu terjadi, maka itu dikasih sanksi. Sanksinya bahkan bisa sampai ke pidana," ujar Muryanto dalam konferensi pers di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Rabu (23/4/2025) lalu.
Panitia SNPMB telah memetakan potensi kecurangan sejak tahap pendaftaran hingga pelaksanaan. Berbagai langkah mitigasi juga sudah disiapkan, termasuk sistem monitoring yang mencakup darat, laut, dan udara. Muryanto menyebutkan bahwa keamanan server pengawas juga telah diperkuat.
Jika ada peserta yang melanggar aturan, proses hukum bukanlah kemungkinan, melainkan konsekuensi. "Sanksinya itu berat. Bahkan sampai ke polisi dan bahkan ada sampai yang dipidana," tegasnya.
Sementara itu, Dirjen Dikti Khairul Munadi menambahkan bahwa selain pengawasan sistem dan SOP, panitia juga menanamkan nilai kejujuran kepada peserta. "Sebetulnya kita juga bersama-sama ingin menumbuhkan budaya jujur... bagaimana lulus dari godaan ke curang," ucapnya.
Dengan pengawasan yang makin ketat dan risiko hukum yang tinggi, peserta diimbau untuk mengikuti ujian dengan jujur dan disiplin.