free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Serba Serbi

Apa Itu Konklaf? Tradisi Sakral dan Tertutup Gereja Katolik untuk Pilih Paus Baru

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Konklaf diadakan di Kapel Sistina, di bawah lukisan Hari Kiamat karya Michelangelo. (Foto: X @Ben3atha)

JATIMTIMES - Gereja Katolik dunia kembali menjadi sorotan setelah kabar duka menyelimuti Vatikan. Paus Fransiskus meninggal dunia usai Hari Paskah, Senin (21/4/2025), sebagaimana dilaporkan The Independent. Kepergian Paus asal Argentina itu menandai dimulainya salah satu tradisi paling sakral dan tertutup dalam Gereja Katolik, yakni konklaf kepausan. 

Proses ini merupakan rangkaian pemilihan Paus baru yang tidak hanya sakral, tetapi juga sarat dengan simbolisme, tata cara ketat, dan kerahasiaan tinggi. Meski berlangsung di balik pintu tertutup, prosesi konklaf tetap menyita perhatian umat Katolik dan dunia internasional. 

Baca Juga : Israel Tiba-tiba Hapus Ucapan Belasungkawa untuk Paus Fransiskus, Kenapa? 

Secara etimologis, konklaf berasal dari kata conclave dalam bahasa Inggris, yang berarti pertemuan rahasia atau tertutup. Dalam konteks Gereja Katolik, konklaf merujuk pada sidang tertutup para Kardinal untuk memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik, yakni Paus. 

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konklaf diartikan sebagai “sidang para kardinal yang diadakan untuk memilih Paus yang baru” atau juga “tempat di mana para kardinal berkumpul untuk melakukan pemilihan tersebut”. 

Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi mekanisme resmi Gereja Katolik dalam menjaga kesinambungan kepemimpinan spiritual dunia Katolik. 

Mengutip Encyclopedia Britannica, proses konklaf digelar di Kapel Sistina, salah satu bagian dari Istana Apostolik di Vatikan. Tempat ini dipilih bukan sekadar karena nilai sejarah dan seni yang tinggi, tetapi juga karena dianggap suci dan mampu menjaga nuansa khusyuk dalam pemilihan Paus. 

Konklaf dimulai 15 hingga 20 hari setelah wafatnya Paus, memberi waktu bagi umat Katolik di seluruh dunia untuk berkabung dan bagi para Kardinal untuk mempersiapkan diri. 

Selama konklaf berlangsung, para Kardinal ditempatkan dalam pengasingan total. Tidak ada akses terhadap media, telepon, maupun internet. Segala bentuk komunikasi dengan dunia luar diputus demi menjamin independensi dan integritas proses pemilihan. 

Hanya orang-orang tertentu saja yang diizinkan masuk ke area konklaf, seperti para Kardinal, sekretaris pribadi mereka, staf liturgi khusus, beberapa dokter, dan petugas pelayanan. 

Dalam konklaf, hanya Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara. Jumlah mereka saat ini mencapai sekitar 120 orang. Meski secara teknis siapa pun yang Katolik dan laki-laki dapat terpilih menjadi Paus, tradisi selama ratusan tahun menunjukkan bahwa yang terpilih hampir selalu berasal dari kalangan Kardinal sendiri. 

Proses dimulai dengan Misa khusus di pagi hari. Setelah itu, para Kardinal memasuki Kapel Sistina dan proses pemilihan dimulai secara tertutup. Komando “extra omnes” (semua yang tidak berkepentingan harap keluar) menjadi aba-aba dimulainya tahap krusial tersebut. 

Setelah semua pintu dikunci, para Kardinal mulai melakukan pemungutan suara secara rahasia. Masing-masing menulis nama kandidat dalam selembar surat suara. Setelah dikumpulkan, surat suara itu dibakar. 

Baca Juga : Jenazah Paus Fransiskus Akan Dimakamkan Sabtu ini

Di sinilah simbol asap memainkan peran penting. Jika belum ada hasil, maka dari cerobong Kapel Sistina akan keluar asap hitam. Namun, jika seorang Paus telah terpilih, maka asap putih akan mengepul, menandai kabar gembira bagi umat Katolik di seluruh dunia, Paus baru telah ditemukan. 

Agar seorang kandidat terpilih menjadi Paus, ia harus memperoleh dua pertiga dari total suara. Jika dalam beberapa putaran belum ada yang memenuhi syarat, proses akan terus berlanjut hingga mengerucut pada dua nama terkuat. 

Dalam sejarah Gereja, ada momen ketika konklaf berlangsung sangat lama. Tercatat pada abad ke-13, konklaf terpanjang pernah berlangsung selama tiga tahun. Bahkan, dalam proses tersebut, tiga Kardinal meninggal dunia karena usia dan tekanan yang berat. 

Kini, aturan konklaf telah diperbarui untuk mencegah proses berlarut-larut. Namun, suasana tetap penuh misteri dan sakral. 

Setelah seorang Kardinal berhasil mengantongi suara mayoritas, langkah selanjutnya adalah menanyakan kesediaannya. Pertanyaan itu diajukan oleh Kardinal Dekan, “Apakah Anda bersedia menerima pemilihan ini?” Jika sang Kardinal menjawab "ya", maka ia langsung memilih nama kepausannya. 

Setelah itu, ia memasuki ruang kecil bernama Room of Tears atau “Ruang Air Mata”, tempat ia mengenakan jubah putih sebagai simbol perubahan peran. Tangis haru dan beban tanggung jawab besar menjadi alasan mengapa ruang tersebut disebut demikian. 

Tak lama, pintu balkon Basilika Santo Petrus dibuka. Seorang Kardinal kemudian muncul dan menyampaikan pengumuman legendaris “Habemus Papam!” yang berarti “Kita memiliki Paus!” 

Paus baru kemudian muncul di hadapan umat, memberikan berkat pertama sebagai pemimpin Gereja Katolik sedunia.