free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Agama

Sultan Murad IV dan Kisah Wali Allah yang Tersembunyi di Balik Miras dan Pelacur

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Ilustrasi (pixabay)

JATIMTIMES - Di tengah kejayaan Kekaisaran Ottoman, terdapat cerita yang menyentuh hati tentang seorang Sultan yang tegas dan penuh kontroversi. Sultan Murad IV, yang memimpin dari tahun 1623 hingga 1640, dikenal tidak hanya karena kebijakan kerasnya, tetapi juga karena kisah pertemuannya dengan seorang wali Allah yang memiliki kehidupan penuh kontradiksi. 

Cerita ini, yang tercatat dalam buku Subjects of the Sultan: Culture and Daily Life in the Ottoman Empire oleh Suraiya Faroqhi, mengungkapkan sisi lain dari sosok Sultan Murad IV, yang meskipun terkenal dengan ketegasan dalam menegakkan hukum, ternyata memiliki sisi kelembutan dalam melihat kemanusiaan.

Baca Juga : Rahasia Kunyit dan Madu untuk Kesehatan Lambung yang Terbukti Ilmiah

Lahir pada 27 Juli 1612, Sultan Murad IV memulai masa pemerintahannya pada usia yang sangat muda, hanya 11 tahun. Menggantikan pamannya, Sultan Mustafa I, yang mengalami masalah kesehatan mental, Murad IV naik tahta dengan latar belakang yang tidak mudah. Ketika ia masih anak-anak, ibunya, Kosem Sultan, memimpin sementara hingga ia cukup umur. Sayangnya, masa pemerintahan ibunya diwarnai dengan korupsi dan pemberontakan yang merusak stabilitas kekaisaran.

Namun, ketika Murad IV akhirnya dewasa, ia mengambil alih kekuasaan dan melakukan reformasi besar-besaran. Di bawah pemerintahannya, ia dikenal sangat tegas dalam menegakkan hukum dan memberantas penyalahgunaan kekuasaan. Sultan Murad IV tidak hanya berfokus pada penguatan wilayah kekaisaran melalui ekspansi, tetapi juga memerangi korupsi dan kejahatan di dalam negeri. Salah satu kebijakan paling terkenal adalah pelarangan keras terhadap alkohol, tembakau, dan kopi, dengan hukuman berat bagi siapa pun yang melanggar.

Namun, di balik kekuasaan dan ketegasannya, Sultan Murad IV memiliki sisi lain yang jarang diketahui orang. Suatu malam, dalam penyamaran sebagai rakyat biasa, ia keluar dari istana bersama kepala pengawalnya untuk mengamati kehidupan masyarakat. Mereka berjalan di jalanan Istanbul, hingga mereka menemukan seorang pria yang tergeletak di lorong sempit, tampaknya sudah meninggal dunia.

Sultan Murad IV, yang merasa prihatin, bertanya kepada warga sekitar mengapa tidak ada yang mau mengangkat jenazah pria tersebut. Seorang warga menjawab bahwa pria itu terkenal dengan kebiasaan menenggak alkohol dan berzina. Mendengar hal ini, Sultan Murad IV terdiam sejenak, lalu bertanya lagi, "Apakah dia bukan bagian dari umat Nabi Muhammad?"

Reaksi tersebut membuat warga sekitar terdiam, dan akhirnya mereka bersama-sama mengangkat jenazah pria itu menuju rumahnya. Setibanya di rumah, mereka bertemu dengan istri pria tersebut yang sedang berduka. Sang istri menangis dan berkata, "Semoga Allah SWT merahmatimu, wahai Wali Allah." Ungkapan ini membuat Sultan Murad IV terkejut. Ia tidak menyangka bahwa orang yang dianggap hina oleh masyarakat ternyata memiliki amal yang tak diketahui banyak orang.

Istri pria tersebut menceritakan bahwa meskipun suaminya dikenal sebagai peminum keras dan sering mengunjungi tempat pelacuran, ia memiliki kebiasaan yang luar biasa. Setiap malam, suaminya pergi ke toko minuman keras untuk membeli alkohol, namun bukannya menikmatinya, pria tersebut justru membuangnya ke dalam toilet sambil berkata, "Aku telah meringankan dosa kaum Muslimin." Selain itu, ia juga memberi uang kepada para pelacur, dengan mengatakan, "Malam ini kalian sudah saya bayar, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi," sambil berharap dapat meringankan dosa mereka.

Baca Juga : 5 Rahasia Jamu Tradisional untuk Membersihkan Pembuluh Darah yang Terbukti Ampuh!

Sang istri juga menceritakan kecemasan yang sering ia rasakan, bahwa suatu saat nanti, ketika suaminya meninggal, tak ada seorang pun yang akan mau mengurus jenazahnya. Namun, suaminya justru menjawab dengan penuh keyakinan, "Jangan takut, nanti kalau aku mati, aku akan disholati oleh Sultanku, kaum Muslimin, para ulama, dan para wali."

Mendengar cerita tersebut, Sultan Murad IV sangat terharu dan menyadari bahwa kisah hidup pria itu adalah contoh sejati dari penebusan dosa. Dengan tangis di mata, Sultan Murad IV mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya kepada sang istri. "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikan, menshalatkannya, dan menguburkannya," kata Sultan Murad IV.

Atas perintah Sultan Murad IV, proses pemakaman pria tersebut dilakukan dengan penuh penghormatan, dihadiri oleh ulama, wali Allah, dan masyarakat setempat. Sebuah pengingat bahwa dalam kehidupan, amal baik yang tersembunyi sering kali lebih bernilai daripada penilaian manusiawi yang tampak di permukaan.