JATIMTIMES - Inovasi terkait upaya ekspor oleh pelaku usaha tengah diupayakan Pemkot Batu tahun ini. Pasalnya, nilai ekspor di Kota Batu tercatat masih rendah hingga triwulan pertama. Hal ini terjadi di tengah perekonomian UMKM yang turut memucat.
Pengelola Pusat Layanan Usaha Terpadu-Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) Kota Batu Yossi Hendrawan mengungkapkan, capaian ekspor Kota Batu pada Januari-Maret 2025 diketahui sekitar Rp 160 juta. Lebih rendah dibandingkan tahun lalu dengan rentang waktu yang sama, yakni Rp 942 juta.
Baca Juga : Kasus Asusila Mahasiswa UIN-Mahasiswi UB, Polisi Segera Panggil Terduga
"Kalau berkaca dari tahun sebelumnya, akan ada peningkatan permintaan pada triwulan berikutnya," katanya saat dikonfirmasi, belum lama ini.
Dikatakannya, pada triwulan pertama tahun ini baru disumbang oleh satu eksportir kripik buah dan sayur pada bulan Maret lalu. Yakni satu kontainer atau 2.500 kilogram dengan nilai ekspor mencapai Rp 160 juta menuju Singapura.
Menurut catatannya, pada triwulan pertama tahun lalu hanya ekspor satu kontainer saja. Kemudian meningkat menjadi 3-5 kontainer. Permintaan didominasi oleh keripik apel, stroberi, nangka dan buah naga.
Yossu berujar, setidaknya dalam setahun kegiatan ekspor di Kota Batu menyentuh angka 20 feet atau berkisar 30 ton. Dengan rata-rata per triwulan mencapai 6-7 ton ekspor.
"Kalau tahun ini masih wait and see, karena biasanya permintaan meningkat pada pertengahan tahun," tutur Yossi.
Sementara, Wali Kota Batu Nurochman mengatakan, perlu adanya inovasi terkait upaya ekspor oleh pelaku usaha. Salah satunya dengan membuka kerja sama dengan industri eksportir untuk menampung produk lokal Kota Batu.
Baca Juga : Venue BMX di Kota Batu Belum Siap untuk Porprov IX Jatim 2025, Diganti Venue Tambahan
"Peran pemerintah harus hadir melakukan pendampingan kepada pelaku UMKM. Khususnya untuk pengarahan agar bisa menembus pasar internasional," kata Nurochman, terpisah.
Menurut dia, upaya itu bisa dilakukan dengan tidak hanya langsung menggunakan skema bussines to bussines (B2B). Melainkan menempel pada eksportir yang sudah besar atau terbilang stabil.
Wali kota yang akrab disapa Cak Nur itu menilai jika produk ekspor perlu memenuhi standar dan sejumlah persyaratan yang cukup kompleks.
"Kami dorong UMKM yang sudah ekspor untuk menularkan ilmunya, dengan begitu pelaku usaha lain turut mulai belajar mengekspor produk," pungkasnya.