JATIMTIMES - Penggunaan QR Indonesian Standard (Qris) di wilayah kerja Bank Indonesia Malang mengalami perkembangan pesat. Tercatat tahun 2025 di triwulan pertama, penggunaan Qris di Malang Raya, Pasuruan dan Probolinggo naik dua kali lipat para rentang waktu yang sama.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang Dedi Prasetyo menyampaikan, bahwa perkembangan Qris sangat pesat. Selain jumlah pengguna dan Merchant yang naik, nilai transaksi di wilayah kerja BI Malang saja terbilang cukup fantastis.
Baca Juga : Rookie Fun Basketball, Event Pencarian Bibit Atlet Basket di Kota Malang
Dedi mengatakan, Qris menjadi alternatif kanal pembayaran. Belum lama diperkenalkan, kemudahan yang ditawarkan mendapatkan sambutan positif masyarakat luas.
"Di triwulan satu 2025 yakni Januari sampai Maret saja, untuk transaksi tumbuh 105 persen jika dibanding 2024. Jumlahnya 15,8 juta transaksi, itu volume di wilayah BI Malang saja, secara nasional lebih besar lagi," ujar Dedi di sela Seminar Literasi Keuangan di Pondok Pesantren Mambaul Ulum 2 Malang, Sabtu (26/4/2025).
Dedi menambahkan, secara nominal transaksi hingga maret sudah mencapai Rp 1,45 triliun. Ia berharap, dengan perkembangan ini seluruh kalangan masyarakat tidak tertinggal.
"Kami berkepentingan untuk ikut menyampaikan informasi ini kepada masyarakat, termasuk para santri pondok pesantren," katanya.

Ia menekankan agar santri setelah keluar dari pondok bisa memahami lebih dalam, termasuk apa risiko-risikonya. Dikatakannya, dewasa ini penggunaan Qris juga semakin banyak digunakan di masjid-masjid dan lembaga keagamaan atau lembaga sosial untuk donasi dan kebutuhan lain.
Baca Juga : Dewan Minta Pemkot Malang Perketat Pengawasan Pengelolaan Limbah di Penyedia Layanan Kesehatan
Dedi menjelaskan, penggunaan Qris yang diminati menjadi dukungan perputaran ekonomi dalam negeri yang berjalan baik. Ia menyebut masyarakat perlu paham bahwa nantinya berdampak kembali ke masyarakat sendiri. Terlebih jika digunakan untuk transaksi kebutuhan-kebutuhan mendukung ekonomi lokal, seperti kegiatan usaha pada pesantren.
Ia berpandangan, potensi ekonomi di pesantren sangat besar. Perputaran kebutuhan harian santri kalau dihitung jika dipenuhi dari lingkungan sesama pesantren hasilnya dinikmati kembali oleh pesantren dan masyarakat.
"Aset yang bisa dikelola dengan baik keuntungannya mampu berdampak lagi ke pesantren melalui usahanya," tutur Dedi.