JATIMTIMES - Universitas Brawijaya (UB) kembali menegaskan posisinya sebagai pelopor inovasi pendidikan tinggi. Hal ini dibuktikan dengan memaparkan model integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam sistem akademik pada International Symposium of 12 Countries, 12 Universities di Nanjing University of Posts and Telecommunications (NJUPT), Tiongkok belum lama ini.
Rektor UB, Prof. Widodo, menjadi salah satu pembicara kunci dalam sesi diskusi bertema “Artificial Intelligence on Empowering Higher Education Cooperation”, yang dihadiri pimpinan universitas dari 12 negara.
Baca Juga : Polemik Tarif Impor Trump, Pakar Unair Tekankan Negosiasi Jadi Solusi Terbaik
Dalam forum strategis ini, Prof. Widodo membeberkan empat pilar utama pendekatan UB dalam mengadopsi AI. Yakni kurikulum berbasis AI, sistem akademik berbasis data, lingkungan riset terdigitalisasi, dan kolaborasi internasional melalui teknologi. “AI bukan sekadar alat, melainkan katalisator kolaborasi global yang inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya.
Pertama, UB telah merancang kurikulum yang memastikan seluruh mahasiswa tanpa memandang disiplin ilmu menguasai dasar-dasar AI untuk mendukung pembelajaran dan inovasi. Kedua, universitas memanfaatkan AI untuk menganalisis capaian akademik mahasiswa, memetakan potensi individu, dan memantau kualitas program studi secara real-time.
Ketiga, UB membangun ekosistem riset berbasis AI melalui AI Centre dan superkomputer yang mendorong terobosan multidisiplin. Terakhir, UB menggagas kolaborasi internasional dengan konsorsium 12 universitas, termasuk pertukaran dosen, riset bersama, dan pengembangan platform pembelajaran digital lintas negara.
Prof. Widodo menekankan prinsip human-centered AI teknologi harus memperkuat kerja sama, bukan menciptakan kesenjangan. “Pendidikan tinggi masa depan harus adil, kolaboratif, dan berorientasi pada solusi global,” ujarnya. Forum ini dihadiri perwakilan dari Tiongkok, Thailand, Filipina, Prancis, Rusia, hingga Uzbekistan, menandai komitmen kolektif untuk transformasi pendidikan berbasis teknologi.
Hendrix Yulis Setyawan, Kepala UPT Reputasi UB, menambahkan bahwa partisipasi dalam simposium ini adalah langkah strategis untuk memantapkan posisi UB sebagai hub inovasi digital di kancah global. “Integrasi AI bukan hanya soal efisiensi, tapi juga infrastruktur untuk memperluas jejaring riset internasional,” jelasnya.
Baca Juga : Gatot Suprapto, Mahasiswa 57 Tahun Lulus dari FH Unmer Madiun dengan IPK 3,8
Dengan model ini, UB tidak hanya merespons tantangan era digital, tetapi juga aktif membentuk arsitektur pendidikan tinggi yang lebih adaptif dan terinterkoneksi. Langkah ini sejalan dengan visi UB untuk menjadi universitas berkelas dunia yang mengedepankan teknologi dan kolaborasi tanpa batas.
Simposium ini merupakan bagian dari konsorsium 12 universitas dari Tiongkok, Thailand, Filipina, Belarus, Kazakhstan, India, Rusia, Malaysia, Nepal, Uzbekistan, dan Prancis. Sementara itu, terkait wacana pembangunan Madrasah Terpadu di Islamic Center, hingga saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut dari pihak terkait.