JATIMTIMES - Bulan Syawal menjadi waktu yang sangat dianjurkan untuk berpuasa enam hari setelah menyelesaikan puasa Ramadan. Namun, bagaimana jika masih punya utang puasa Ramadan? Bolehkah langsung puasa Syawal atau harus qadha dulu?
Menurut Ustaz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam, Durjan, Kokop, Bangkalan, umat Islam yang memiliki tanggungan puasa wajib dari Ramadan sebaiknya menyelesaikannya terlebih dahulu sebelum mengambil puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.
“Qadha puasa Ramadhan harus lebih diutamakan daripada puasa enam hari di bulan Syawal,” tulis Ustadz Sunnatullah, dikutip dari NU Online, Selasa (8/4/2025).
Ia menjelaskan, jika seseorang meninggalkan puasa Ramadan karena uzur syar’i seperti sakit, haid, atau dalam perjalanan, maka tetap wajib mengganti puasanya. Namun jika meninggalkannya tanpa alasan yang dibenarkan, maka ia tidak boleh mendahulukan puasa sunnah apapun, termasuk puasa Syawal.
Sementara itu, puasa enam hari di bulan Syawal memang memiliki keutamaan luar biasa. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan dia telah berpuasa selama setahun penuh.” (HR Muslim)
Namun penting dipahami, pahala itu hanya berlaku jika seseorang telah menyempurnakan puasa wajib Ramadan. Dalam hal ini, qadha menjadi kewajiban yang tidak bisa ditunda.
Hal ini juga sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 184:
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ١٨٤
“…Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin…”
(QS Al-Baqarah: 184)
Ustaz Sunnatullah juga merujuk pada pendapat Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzzab yang menyebut bahwa orang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadan tanpa uzur harus segera menggantinya dan tidak diperbolehkan mendahulukan puasa sunnah apapun.
Sementara bagi yang berhalangan karena uzur, masih dibolehkan puasa Syawal terlebih dahulu, asalkan qadha tetap dilaksanakan sebelum datangnya Ramadan tahun berikutnya.
Namun sejumlah ulama seperti Imam Ibnu Hajar Al-Haitami memiliki pandangan yang lebih hati-hati. Dalam Tuhfatul Muhtaj, ia menyebut bahwa meski seseorang memiliki uzur, tetap makruh hukumnya mendahulukan puasa Syawal sebelum mengganti puasa Ramadan. Bahkan, menurutnya, pahala puasa Syawal tidak akan diperoleh secara sempurna.
Pandangan serupa datang dari Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali. Dalam kitab Lathaiful Ma’arif, ia menegaskan bahwa yang paling baik adalah menyelesaikan qadha puasa terlebih dahulu. Bahkan, ia menilai seseorang tidak akan mendapatkan keutamaan puasa Syawal jika masih memiliki tanggungan puasa Ramadan.
“Hadits tentang keutamaan puasa Syawal hanya berlaku bagi mereka yang telah menyempurnakan puasa Ramadan,” tulis Ibnu Rajab.
Kesimpulannya, agar pahala puasa Syawal bisa didapatkan secara utuh dan sesuai tuntunan, sebaiknya utang puasa Ramadan dilunasi terlebih dahulu. Setelah itu, baru melanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal.
Sebagai panduan, berikut adalah lafal niat qadha puasa Ramadan:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Jadi, sebelum buru-buru menjalankan puasa Syawal, pastikan dulu kewajiban puasamu dari Ramadan sudah dilunasi, ya! Semoga informasi ini bermanfaat.
Bagaimana Hukum Dahulukan Puasa Syawal daripada Qadha Puasa Ramadan?
Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya
admin
1 min read
