JATIMTIMES - Puluhan massa Aksi Kamisan Malang kembali menggelar mimbar bebas di depan Balai Kota Malang, Kamis (6/3/2025). Mereka membawa tuntutan isu perempuan dalam rangka menjelang peringatan International Women's Day (IWD) atau hari perempuan sedunia pada 8 Maret 2025.
Massa membawa payung hitam, spanduk, dan poster saat aksi kamisan memperingati hari perempuan internasional. Dalam aksi tersebut mereka menuntut kesetaraan upah tanpa melihat gender sekaligus mengampanyekan penghentian kekerasan verbal maupun fisik terhadap perempuan.
Baca Juga : Kasus TPPO CPMI di Kota Malang Masuk Tahap Dua, Dinsos-P3AP2KB Beber Kondisi KorbanÂ
Menurut informasi, aksi tersebut mengundang lebih dari 30 organisasi mahasiswa dan masyarakat sipil di Malang Raya. Komite Aksi Kamisan Malang sengaja menggelar mimbar bebas sekaligus untuk memberikan ruang menyampaikan keresahan bagi para perempuan dari berbagai latarbelakang.
"Berkenaan dengan momentum International Womenâs Day 2025, penting kiranya untuk segenap gerakan masyarakat sipil yang ada di Malang Raya guna melakukan penyikapan sebagai bentuk masifikasi terhadap isu pengarusutamaan gender dalam menyikapi momentum ini," kata Koordinator Aksi, Anandito, Kamis (6/3/2025).
Dikatakan, Komite Aksi Kamisan Malang menginisiasi aksi yang disebut merupakan Aksi Kamisan Malang ke-109. Jaringan solidaritas masyarakat sipil dilibatkan untuk mengangkat banyak isu terkait hak-hak perempuan.
Mulai dari dunia kerja dengan hak-hak normatif yang belum terpenuhi, isu kekerasan yang masih banyak korban kekerasan berbasis belum terselesaikan dan mendapat keadilan. Hingga isu kesetaraan dan menghapus budaya patriarki.
Baca Juga : Kejari Kota Malang Terima Pelimpahan Tersangka Perdagangan Orang, Dijerat Pasal Berlapis
"Kami mengangkat grand issue Perempuan di Garis Depan: Akselerasi Perlawanan Anti Penindasan. Bersama dengan ini, kami juga mengundang rekan-rekan jejaring untuk turut bersolidaritas," tambahnya.
Rangkaian orasi politik, hingga pembacaan puisi dari sejumlah massa aksi disampaikan dalam aksi tersebut. Selain itu, pemutaran musik lagi Bayar-bayar-bayar dari band Sukatani juga dilakukan sebagai solidaritas kebebasan ekspresi atas kekerasan yang dialami seniman. Aksi ditutup dengan pembacaan sikap dan jargon menjelang waktu berbuka puasa.