JATIMTIMES - Tradisi takjil yang sangat populer di bulan Ramadan diartikan sebagai hidangan untuk berbuka puasa, terutama makanan dan minuman manis yang disantap sebelum berlanjut ke menu utama.
Rupanya, arti tersebut adalah sebuah kekeliruan. Dimana makna takjil yang sebenarnya bukanlah mengacu pada hidangan manis untuk berbuka puasa.
Baca Juga : Update Gate 13 Stadion Kanjuruhan: Tak Jadi Dibongkar
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil berarti mempercepat (buka puasa). Hal ini sesuai dengan akar katanya dalam Bahasa Arab, yakni ajila atau menyegerakan. Jadi maksud Ta'jil/Takjil adalah penyegeraan membatalkan puasa dengan makanan pembuka.
Hal ini juga sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang bunyinya "Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka".
Sementara berdasarkan tradisi, buah kurma sebagai makanan pembuka yang harus dikonsumsi terlebih dahulu karena selain manis kurma juga banyak manfaatnya.
Bisa jadi, awal mula kata takjil terbentuk karena orang-orang Arab menyegerakan berbuka puasa dengan kurma. Sehingga, kurma dianggap sebagai salah satu jenis takjil, yang kemudian berkembang menjadi makanan dan minuman kecil untuk memulai berbuka puasa.
Setelah mengetahui makna takjil yang benar, tidak ada salahnya jika kita belajar mengenai sejarah adanya takjil di Indonesia. Dilansir dari laman milik Muhammadiyah berikut sejarah Takjil di Indonesia.
Sejarah Takjil di Indonesia
Istilah takjil terdapat pada catatan milik Snouck Hurgronje dalam 'De Atjehers', yaitu laporannya saat mengunjungi Aceh pada tahun 1981-1982. Dalam catatan tersebut, dijelaskan penduduk Aceh telah menyiapkan menu berbuka puasa (takjil) di masjid untuk masyarakat dengan menu ie bu peudah atau bubur pedas.
Catatan lain menyebutkan, pada pertengahan abad ke-15 budaya takjil ini sudah digunakan oleh Wali Songo sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam di nusantara. Namun, catatan ini masih dianggap belum kuat karena tidak adanya bukti atau sumber yang relevan.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat selalu mengadakan budaya/tradisi takjil setiap bulan Ramadan.
Masih merujuk pada laman Pemkot Surakarta, semakin berubahnya zaman olahan berupa makanan/kuliner semakin banyak, sehingga makna takjil memiliki arti yang lebih luas yaitu sebagai hidangan pembuka saat berbuka puasa.
Sajian menu yang bervariasi mulai dari yang digoreng, direbus, gurih, manis, hingga segala jenis makanan ringan akhirnya masuk ke dalam menu takjil yang siap dilahap saat berbuka.
Hingga kini, masyarakat mengenal istilah takjil sebagai menu untuk berbuka puasa yang sering ditemukan pada pasar Ramadan atau penjual yang menjajakan dagangan berupa takjil di saat ngabuburit atau waktu menuju berbuka puasa.
Sajian Takjil Khas Bulan Ramadan
Sajian menu takjil untuk berpuasa saat ini sangat bervariatif dan mudah untuk ditemukan. Pasalnya, setiap bulan Ramadan tiba banyak pasar Ramadan atau kampung Ramadan yang menyediakan berbagai olahan kuliner khas untuk berbuka puasa.
Biasanya para pedagang takjil ini akan siap pada sore hari, waktu menuju buka puasa. Selain membeli, kamu juga bisa membuat olahan takjil untuk berbuka puasa untuk mengisi waktu menunggu waktu berbuka.
Jenis takjil sangat banyak, ada yang diolah dengan cara digoreng, direbus, dibakar, hingga dikukus. Walaupun identik dengan rasa manis, namun sajian takjil memiliki banyak variasi rasa seperti asin, gurih, hingga pedas.
Takjil Khas Ramadan di Indonesia
Baca Juga : DPKPCK Kabupaten Malang Bentuk Petugas TFL, Pastikan Program Bedah Rumah Tepat Sasaran
Mengutip dari laman Kemenparekraf RI dan Pesona Indonesia, berikut beberapa menu takjil khas Ramadan yang sering dijumpai.
1. Kolak Biji Salak
Kudapan asal DKI Jakarta ini seringkali ditemukan di bulan Ramadhan. Menu ini bukan terbuat dari biji buah salak seperti namanya, melainkan terbuat dari bahan utama ubi jalar yang direbus lalu dihaluskan dengan tapioka dan dibentuk bulat-bulat kecil menyerupai bentuk biji buah salak.
2. Es Pleret
Es Pleret merupakan minuman khas dari Kota Blitar, Jawa Timur. Minuman ini berbahan dasar santan, gula, dan kue basah berwarna merah-putih yang disebut pleret.
Pleret terbuat dari campuran tepung kanji dan tepung beras yang diberi isian gula merah cair di dalamnya. Sehingga ketika digigit akan menciptakan sensasi rasa manis dan gurih yang meleleh di mulut. Selain kue basah tadi, ada juga cendol dan potongan serabi yang dijadikan bahan tambahan dalam es pleret.
3. Es Pisang Ijo
Menu ini sering ditemukan di banyak tempat, namun asalnya dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Seperti namanya, menu ini berbahan dasar pisang yang dibalut kulit berwarna hijau terbuat dari tepung kue atau biasa disebut dengan nagasari.
Kemudian dipotong-potong dan disajikan dengan bubur sumsum dengan tambahan sirup berwarna merah. Jangan lupa untuk menambahkan es batu agar semakin segar.
4. Jalakotek
Jajanan berbahan dasar tepung tapioka ini berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Bentuknya menyerupai pastel dan biasanya berisi potongan sayur dan daging ayam kemudian digoreng. Teksturnya hampir serupa dengan olahan cireng isi, namun untuk isinya seperti isian risoles sayur.
5. Bubur Pacar Cina
Makanan khas Betawi ini sering dijumpai di banyak tempat. Seperti namanya, olahan ini berbahan dasar pacar cina yang direbus dan dicampur dengan bubur sumsum, santan, gula pasir, garam, dan daun pandan.