Ketika Bayi Bisa Bicara dan Menjadi Saksi: Kisah Hikmah di Balik Fitnah
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
21 - Jun - 2025, 10:38
JATIMTIMES - Dalam sejarah Islam, terdapat kisah-kisah luar biasa yang memperlihatkan betapa kuasa Allah SWT melampaui batas nalar manusia. Salah satunya adalah kisah tiga bayi yang mampu berbicara meski masih dalam buaian. Peristiwa ini bukan sekadar mukjizat, tetapi juga pelajaran mendalam tentang kejujuran, pengorbanan, dan keteguhan hati dalam menghadapi fitnah.
Kisah ini bersumber dari hadis sahih riwayat Muslim, di mana Rasulullah SAW menyampaikan bahwa hanya ada tiga bayi yang dapat berbicara atas izin Allah saat masih dalam buaian. Mereka adalah: Nabi Isa bin Maryam, bayi dalam kisah Juraij, dan seorang bayi yang sedang menyusu ibunya.
Baca Juga : Giri Menobatkan Trunajaya Jadi Raja Jawa: Lahirnya Panembahan Maduretna
Juraij dikenal sebagai laki-laki saleh yang mengabdikan hidupnya untuk beribadah. Ia membangun sebuah tempat ibadah yang sederhana dan mengisi harinya dengan salat serta zikir. Namun, ujian datang dari sosok yang paling dekat: ibunya sendiri. Saat Juraij tengah melaksanakan salat sunnah, ibunya memanggilnya.
Dalam hati, Juraij bimbang melanjutkan ibadah atau memenuhi panggilan sang ibu. Ia memilih meneruskan salatnya. Hal ini berulang hingga tiga kali. Ibunya pun kecewa dan berdoa kepada Allah, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapatkan ujian berupa fitnah dari seorang wanita pelacur."
Doa seorang ibu tak bisa dianggap remeh. Tak lama, muncul seorang wanita pelacur cantik yang berniat menjatuhkan nama baik Juraij. Ia mencoba merayunya, namun gagal. Kemudian, pelacur itu menggoda seorang penggembala dan berzina dengannya. Saat mengandung dan melahirkan, ia menyebarkan kabar bohong bahwa anak tersebut adalah hasil hubungan dengan Juraij.
Amarah masyarakat pun memuncak. Tempat ibadah Juraij dihancurkan, dan ia dituduh berzina tanpa bukti. Tanpa membela diri secara emosional, Juraij hanya meminta izin untuk salat. Seusai salat, ia menghampiri bayi itu dan bertanya, “Wahai bayi, siapa ayahmu sebenarnya?”
Maka, dengan izin Allah, bayi itu pun berkata, “Ayahku adalah si fulan, seorang penggembala.” Masyarakat pun tersadar atas kesalahan mereka. Mereka menyesal dan ingin membangun tempat ibadah Juraij dari emas. Namun, Juraij menolak, dan meminta agar bangunan itu dikembalikan sebagaimana semula, sederhana, dari tanah liat.
Kisah menakjubkan lainnya datang dari seorang bayi yang sedang menyusu. Suatu hari, sang ibu melihat seorang pria lewat dengan pakaian rapi dan menunggang hewan yang gagah...