Pakubuwana II: Raja Terakhir Kartasura, Pendiri Surakarta dari Trah Sunan Kudus

Reporter

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy

16 - Jun - 2025, 09:11

Lukisan realis yang merekonstruksi sosok Sunan Pakubuwana II, raja Kasunanan Surakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang menghadapi krisis besar pada masa Perang Geger Pacinan dan peralihan pusat kerajaan dari Kartasura ke Surakarta. (Foto: Dibuat dengan AI oleh JatimTIMES)


JATIMTIMES - Dalam sejarah panjang Kesultanan Mataram Islam, sedikit tokoh yang menyandang paradoks sekuat sosok Susuhunan Pakubuwana II. Dia adalah penutup dari era Kraton Kartasura sekaligus pendiri Keraton Surakarta Hadiningrat. 

Warisan dan silsilahnya tak hanya menaut pada para bangsawan Jawa Mataraman, tetapi menjalin pula dengan jejak-jejak suci para wali, hingga kepada Maulana Ibrahim Asmarakandi dan bahkan Syekh Jumadil Qubra. Dalam narasi panjang historiografi kerajaan Jawa, Pakubuwana II memegang posisi unik: sebagai pemegang wahyu kedaton terakhir dari Kartasura, dan pemindah legitimasi sakral ke tanah baru: Sala.

Baca Juga : 8 Desa Jadi Contoh Koperasi Merah Putih Tingkat Nasional, Satu dari Jember

Pakubuwana II, atau Gusti Raden Mas Prabasuyasa, adalah figur monumental dalam sejarah Dinasti Mataram Islam. Ia lahir di Keraton Kartasura pada hari Selasa Pahing, 23 Syawal 1634 Hijriah, bertepatan dengan 8 Desember 1711 Masehi. Dalam ranah politik dan spiritual Jawa, Pakubuwana II merupakan raja terakhir yang bertahta di Kartasura dan menjadi pendiri Keraton Surakarta Hadiningrat. Namun, jauh melampaui pencapaiannya sebagai penguasa, jejak nasab Pakubuwana II mengungkapkan keterhubungannya dengan salah satu trah ulama besar Nusantara: Sunan Kudus. Nasab ini bukan sekadar silsilah darah, melainkan jaringan keturunan yang mengikat kekuasaan raja dengan spiritualitas Islam awal di Jawa.

Silsilah ini bermula dari Syekh Jumadil Qubra, seorang tokoh penting dalam penyebaran Islam di dunia Melayu. Dari dua istri beliau, yakni Siti Patimah Kamarumi (putri Sultan Ngabdul Hamid dari negeri Rum) dan Siti Patimah Makhawi (putri Syekh Jakfar Sadik dari Makkah), lahirlah banyak keturunan ulama besar, termasuk Maulana Ibrahim Asmarakandi atau lebih dikenal sebagai Maulana Ngabdul Ngali Ibrahim.

Maulana Ibrahim Asmarakandi menetap di Campa setelah sebelumnya tinggal di Jeddah. Ia menikah dengan Dewi Candrawulan, putri Raja Kiyan dari Campa. Dari perkawinan ini lahirlah Sayid Ngali Rahmat, yang kemudian dikenal di tanah Jawa sebagai Sunan Ngampel Denta atau Sunan Ampel—seorang wali besar yang menetap di Surabaya dan menjadi penghubung penting antara Campa dan Majapahit melalui jaringan pernikahan dengan kalangan bangsawan lokal.

Sunan Ampel memiliki keturunan, salah satunya adalah Nyai Agêng Manyuran yang menikah dengan Sunan Ngudung—putra Kalifah Kusèn, cucu Arya Baribin dari Madura...

Baca Selengkapnya


Topik

Serba Serbi, Pakubuwana II, raja terakhir Kartasura, pendiri Surakarta, Kesultanan Mataram Islam,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
Cincin anniversary bukan sekadar perhiasan - ia adalah simbol yang menceritakan perjalanan cinta yang telah dilalui bersama. Mari kita dalami bagaimana Tips Memilih Wedding Anniversary Ring yang tepat untuk moment spesial Anda.

cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette