5 Mitos Malam 1 Suro yang Masih Banyak Dipercaya Masyarakat
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
13 - Jun - 2025, 06:46
JATIMTIMES - Malam 1 Suro dikenal sebagai malam sakral bagi masyarakat Jawa. Malam ini juga lekat dengan berbagai mitos yang diwariskan secara turun-temurun dan masih diyakini hingga kini.
Untuk diketahui, Suro merupakan bulan pertama dalam penanggalan Jawa yang menandai pergantian tahun dalam kalender Jawa. Dalam penanggalan Jawa, bulan Suro bertepatan dengan bulan Muharram dalam kalender Hijriah.
Baca Juga : Kemenag Kota Malang Raih Skor LKE Tertinggi, Semakin Mantap Menuju WBK
Tradisi Suro diwariskan secara turun-temurun dan tetap dilestarikan hingga kini, terutama di kalangan masyarakat Kejawen dan komunitas spiritual Jawa. Tak sedikit kepercayaan dan mitos yang muncul seiring berjalannya waktu.
Mito-mitos ini menjadikan malam 1 Suro sebagai salah satu malam paling sakral dalam kalender tradisional Jawa. Berikut ini lima mitos paling populer yang masih dipercaya masyarakat terkait malam 1 Suro, dilansir dari berbagai sumber.
1. Tidak Boleh Mengadakan Pernikahan atau Hajatan
Menggelar pernikahan atau hajatan besar saat malam 1 Suro dianggap tabu. Masyarakat percaya bahwa bulan Suro bukanlah waktu yang baik untuk merayakan kebahagiaan secara lahiriah. Alih-alih berpesta, malam ini lebih cocok untuk menyepi, berdoa, dan melakukan laku spiritual.
Larangan ini juga dikaitkan dengan sejarah dan kisah spiritual, seperti tragedi pembunuhan Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud yang menurut tradisi Kejawen terjadi pada bulan Suro. Karena itu, mengadakan hajatan pada waktu ini dianggap tidak sesuai dengan nilai sakral Malam 1 Suro.
2. Dilarang Keluar Rumah
Salah satu mitos yang paling dikenal adalah larangan keluar rumah pada malam 1 Suro. Masyarakat Jawa meyakini bahwa malam ini menjadi waktu di mana energi spiritual dan kekuatan gaib berada pada puncaknya. Banyak makhluk halus, arwah leluhur, hingga sosok-sosok tak kasat mata dipercaya berkeliaran di bumi pada malam ini.
Kepercayaan ini membuat banyak orang memilih untuk tetap berada di rumah guna menghindari potensi "pertemuan" dengan entitas supranatural. Bahkan dalam ajaran Kejawen, malam ini lebih cocok digunakan untuk instrospeksi dan tirakat, bukan aktivitas di luar rumah.
3...