Raden Jaka Tingkir: Dari Yatim Pengging Menjadi Kaisar Jawa
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
16 - May - 2025, 09:05
JATIMTIMES - Dalam lembaran sejarah Nusantara, nama Raden Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya menempati posisi istimewa sebagai figur transformatif yang menjembatani era kejayaan Demak dengan kemunculan Mataram Islam. Perjalanan hidupnya, dari seorang anak yatim di Pengging hingga menjadi pendiri Kesultanan Pajang, merupakan narasi epik yang sarat dengan intrik politik, spiritualitas, dan legitimasi kekuasaan. Babad Tanah Jawi menggambarkan momen sakral ketika wahyu keprabon turun kepadanya:
"Cinarita Jumungah marêngi | lingsir wêngi saking lèr kang cahya | nalika wahyu dhawuhe | muncar kadya andaru | manjing marang Dyan Jaka Tingkir | waridah ing karajan | wus angalih pulung | pulungira Sultan Dêmak | nganti sangat mring putrangkat Jaka Tingkir | eca panendranira." (Sekar Asmaradana pupuh 40, Babad Tanah Jawi)
Baca Juga : Jangan Dianggap Remeh, ini Keutamaan Berwudhu Sebelum Tidur
Ayat ini menandai legitimasi spiritual atas kekuasaan yang kelak diemban oleh Jaka Tingkir, menegaskan bahwa kepemimpinannya bukan semata hasil intrik politik, melainkan juga kehendak ilahi.
Menurut pupuh ke-40 Sekar Asmaradana dalam Babad Tanah Jawi, tampak Wahyu Ratu—yang oleh para pujangga digambarkan sebagai cahaya langit menyerupai andaru—turun menyongsong Raden Jaka Tingkir, menyelinap masuk dalam tubuhnya, menjadikannya pengemban takdir besar: penegak trah baru kekuasaan Jawa. Peristiwa mistis ini menandai transfigurasi Mas Karebet—nama kecil Raden Jaka Tingkir—dari anak yatim yang malang menjadi Sultan Hadiwijaya, penguasa pertama Keraton Pajang dan pelopor dinasti baru pasca-keruntuhan Demak.
Mas Karebet lahir pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal, di ujung masa keemasan Majapahit yang mulai runtuh akibat kemunculan kekuatan baru: Kesultanan Demak. Ia adalah putra dari Raden Kebo Kenanga—yang lebih dikenal sebagai Ki Ageng Pengging—penguasa wilayah Pengging dan keturunan langsung Sri Makurung Prabu Handayaningrat. Dari garis ibunya, Retno Pembayun, Mas Karebet juga merupakan cucu Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.
Meskipun berasal dari darah bangsawan, hidup Mas Karebet jauh dari kemewahan. Ketika usianya baru menginjak dua tahun, sang ayah tewas dalam peristiwa tragis. Ia gugur tertusuk keris oleh Sunan Kudus saat ekspedisi militer Demak menghancurkan Pengging, yang dituduh memberontak. Duka belum usai, tak lama kemudian ibunya, Rara Alit, wafat karena kesedihan yang mendalam...