Pemkab Bondowoso Hidupkan Kembali Brand Kopi Daerah Lewat BRK Reborn
Reporter
Abror Rosi
Editor
Dede Nana
14 - May - 2025, 05:54
JATIMTIMES - Brand Bondowoso Republik Kopi (BRK) merupakan identitas resmi milik Pemerintah Kabupaten Bondowoso yang telah terdaftar secara legal di Kementerian Hukum dan HAM. BRK bukan sekadar nama, tetapi simbol gerakan untuk mengangkat kualitas kopi lokal agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas dan memberi kesejahteraan bagi para petani.
Inisiatif ini pertama kali diluncurkan pada masa kepemimpinan Bupati Amin Said Husni. Pemerintah kala itu menggandeng berbagai pihak, mulai dari perbankan sebagai penyedia permodalan, lembaga penelitian seperti Puslitkoka, hingga pelaku industri kopi untuk meningkatkan kualitas dan daya saing kopi Bondowoso. Hasilnya, kopi dari lereng Ijen-Raung dan Hyang Argopuro telah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG), sebagai pengakuan atas keunikan asal-usul dan kualitasnya.
Baca Juga : 455 ASN Tahun 2024 di Situbondo Terima Petikan Surat Keputusan Bupati
Deklarasi BRK secara resmi dilakukan pada 22 Mei 2016, dalam sebuah acara coffee morning di halaman Arabica Homestay, Kecamatan Ijen. Namun, sayangnya, inisiatif ini sempat redup dan tidak mendapat perhatian di masa pemerintahan berikutnya (2018–2023).
Kini, Bupati Bondowoso Abdul Hamid Wahid bertekad menghidupkan kembali semangat BRK melalui gerakan BRK Reborn. Ia ingin memastikan seluruh rantai pasok kopi dari hulu hingga hilir terlibat secara aktif. Tak hanya petani, tetapi juga UMKM, pelaku pengolahan kopi, dan sektor jasa ikut berperan dalam ekosistem ini.
Bupati Hamid menyadari bahwa merek Bondowoso masih belum dikenal secara global. Ia menuturkan pengalamannya saat berada di Jerman, di mana nama Bondowoso belum terdengar di kalangan pecinta kopi Eropa. Karena itu, ia ingin memperkenalkan daerahnya melalui produk unggulan kopi.
Lebih lanjut, pemerintah berencana melakukan pembenahan menyeluruh mulai dari budidaya, teknik pengolahan, hingga penyajian kopi. Bahkan, Dinas Pertanian daerah telah mencanangkan pengembangan varietas kopi khas yang unik.
Namun demikian, Bupati Hamid menyoroti tantangan di sektor hilir. Ia menilai, banyak petani hanya menjual hasil panen mentah tanpa mengolahnya menjadi produk bernilai tambah. Padahal, jika kopi diolah lebih lanjut dan ditargetkan untuk segmen pasar premium, potensi keuntungannya jauh lebih besar...