Ratu Pandan Sari: Perempuan di Balik Penaklukan Giri Kedaton oleh Mataram Abad ke-17
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
13 - May - 2025, 07:34
JATIMTIMES - Dalam historiografi klasik Jawa, terutama melalui Babad Tanah Jawi dan Serat Kandha, keberadaan tokoh perempuan sering kali disisihkan dalam narasi militeristik dan politik maskulin. Namun, episode penaklukan Giri Kedaton oleh Mataram pada tahun 1636 membuka lembaran baru dalam telaah sejarah perempuan dalam kekuasaan, spiritualitas, dan perang. Di tengah kerasnya konflik antara kekuatan kerajaan dan otoritas keagamaan yang membangkang, muncullah sosok Ratu Pandan Sari, istri dari Pangeran Pekik, yang tampil sebagai tokoh sentral dalam keberhasilan ekspedisi militer ke pusat spiritual Islam pesisir timur Jawa. Narasi ini bukan sekadar romansa perang, tetapi penyingkapan struktur kuasa simbolik antara dinasti Mataram dan para wali penerus Sunan Giri.
Giri Kedaton, yang didirikan oleh Sunan Giri, merupakan pusat spiritual dan pendidikan Islam yang berpengaruh di Jawa Timur. Sebagai keturunan Wali Songo, penguasa Giri memiliki otoritas spiritual yang sering kali menyaingi kekuasaan politik Kesultanan Mataram. Sultan Agung, penguasa Mataram, berambisi menyatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaannya, termasuk Giri Kedaton. Namun, otoritas spiritual Giri membuatnya sulit untuk ditaklukkan.
Baca Juga : Tarlan Meninggal Usai Menari di Karawitan Bersih Desa Segawe
Penaklukan Giri Kedaton bukan hanya soal perluasan wilayah. Sultan Agung menghadapi kendala besar dalam integrasi kekuasaan spiritual Islam yang masih otonom dari pengaruh keraton. Giri Kedaton, yang dipimpin oleh keturunan Sunan Giri yang keras kepala, menjadi simbol kekuatan keagamaan yang enggan tunduk pada Mataram. Ketegangan ini bersifat psiko-politis. Dalam keadaan sakit dan tertekan secara batin karena kegagalannya menundukkan Giri, Sultan Agung memanggil adiknya, Ratu Pandan Sari, dan meminta bantuan suaminya, Pangeran Pekik, bangsawan Surabaya keturunan Sunan Ampel.
Historiografi Meinsma (1874:139) mencatat bahwa hanya Pangeran Pekik yang dinilai memiliki kekuatan spiritual setara untuk menghadapi Panembahan Giri. Bahkan, dalam argumentasi simbolik, kekuatan rohaniah Pangeran Pekik lebih tinggi karena leluhurnya adalah guru dari nenek moyang pemimpin Giri.
Keputusan untuk mengirim Pangeran Pekik ke Giri bukanlah hasil dari intrik istana biasa, melainkan dimediasi langsung oleh Ratu Pandan Sari...