Menaklukkan Benteng Spiritual Jawa: Historiografi Penyerbuan Pangeran Pekik ke Giri Kedaton, 1635–1636
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Nurlayla Ratri
23 - Apr - 2025, 02:25
JATIMTIMES - Penaklukan Giri Kedaton oleh Pangeran Pekik pada tahun 1635–1636 bukan semata-mata peristiwa militer, melainkan sebuah operasi ideologis, spiritual, dan politik yang kompleks. Dalam historiografi Jawa, sebagaimana tergambar dalam "Babad Tanah Djawi", "Serat Kandha", dan disinggung pula oleh Meinsma (1874), peristiwa ini mencerminkan ketegangan antara kekuasaan politik Mataram yang dipersonifikasikan oleh Raja dan Pangeran Pekik di satu sisi, dan otoritas spiritual Giri Kedathon di sisi lain.
Latar Belakang Konflik: Giri dan Mataram dalam Perebutan Legitimasi
Baca Juga : Aktor Fachri Albar Kembali Ditangkap Polisi karena Kasus Narkoba
Melansir berbagai sumber, Giri Kedaton sejak abad ke-15 telah menjadi pusat otoritas keagamaan Islam di Jawa. Didirikan oleh Sunan Giri, keturunan langsung dari Maulana Ishaq, Giri berkembang menjadi panutan ulama dan raja-raja lokal, dan dalam banyak kesempatan menjadi "pemberi legitimasi" atas tahta-tahta duniawi. Sebaliknya, Kesultanan Mataram, yang tumbuh sebagai kekuatan politik dan militer terbesar di Jawa Tengah pada awal abad ke-17 di bawah Sultan Agung, berambisi menyatukan tanah Jawa bukan hanya secara teritorial, tapi juga secara ideologis.
Namun, Giri menolak tunduk kepada hegemoni Mataram. Sang panembahan Giri menolak memberi baiat kepada Raja Mataram, dan tetap mempertahankan posisi spiritual yang otonom. Menurut Serat Kandha dan Babad Tanah Jawi, peristiwa ini berakar dari kemarahan Sultan Agung terhadap Panembahan Giri yang enggan tunduk pada kekuasaan Mataram.
Bagi sang Raja, keberadaan Giri sebagai satu-satunya otoritas yang tidak takluk merupakan ancaman langsung terhadap visi unifikasi Jawa. Namun, pendekatan militer menghadapi tantangan spiritual: tiada seorang pun bangsawan Mataram yang berani menyentuh Giri karena khawatir akan tulah dan kutukan. Maka, hanya seorang yang memiliki garis spiritual setara – bahkan lebih tinggi – yang dapat menundukkan Giri: Pangeran Pekik.
Pangeran Pekik dan Mandat Penaklukan
Pangeran Pekik adalah figur sentral dalam rekonsiliasi politik Jawa abad ke-17. Ia lahir sebagai Raden Bagus Pekik, putra Panembahan Jayalengkara, penguasa terakhir Kesultanan Surabaya yang keturunannya tersambung ke Sunan Ampel, wali penyebar Islam terpenting di Jawa. Sebagai ulama dan bangsawan, Pangeran Pekik dijuluki Panembahan Pekik, Gagak Emprit, dan Imam Faqih...