Filosofi Pecel Pitik Makanan Sakral Penutup Ritual Barong Ider Bumi Kemiren Banyuwangi
Reporter
Nurhadi Joyo
Editor
A Yahya
02 - Apr - 2025, 11:28
JATIMTIMES - Gelaran Ritual Adat Barong Ider Bumi di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi tidak lengkap tanpa ditutup dengan selamatan. Dalam tradisi ini, hidangan khas yang selalu hadir adalah Pecel Pitik, kuliner sakral khas Banyuwangi yang menjadi suguhan wajib dalam setiap upacara adat Suku Osing.
Kuliner Pecel Pitik memiliki keistimewaan tersendiri. Meski namanya mengandung kata "pecel", hidangan ini berbeda dari pecel yang dikenal masyarakat pada umumnya yang berbahan dasar bumbu kacang. Pecel Pitik dalam makanan khas Osing menggunakan ayam kampung muda sebagai bahan utamanya.
Baca Juga : 9 Kota Tujuan Wisata Populer di Jawa Timur, Wajib Coba Kuliner Khasnya!
Ayam kampung tersebut dipanggang secara utuh di perapian hingga matang, kemudian disuwir-suwir dan dibumbui dengan berbagai rempah seperti kemiri, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula. Seluruh bumbu tersebut dicampur dengan parutan kelapa muda yang mampu menciptakan cita rasa khas yang unik dan lezat.
Menurut Ketua Adat Suku Osing Desa Kemiren, Suhaimi, bagi masyarakat setempat Pecel Pitik bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam.
Nama Pecel Pitik berasal dari filosofi "kang diucel-ucel saben dinane ingkang apik", yang bermakna bahwa segala sesuatu yang dilakukan warga harus mengarah pada hal yang baik.
"Artinya bahwa apa yang dilakukan warga akan mengarah pada sesuatu yang layak atau hal yang baik," ungkap Suhaimi pada Selasa (1 /4/ 2025).
Pecel Pitik biasanya disajikan bersama nasi putih berbentuk tumpeng, yang melambangkan harapan untuk mengangkat derajat manusia. Beberapa penyajian juga dilengkapi dengan tumpeng serakat, yaitu tumpeng yang berisi berbagai sayur mayur matang sebagai pelengkap.
Dalam proses pembuatannya, ada aturan khusus yang harus dipatuhi. Orang yang memasak Pecel Pitik diyakini tidak boleh banyak berbicara. Selain itu, memasak harus dilakukan dalam keadaan suci, dan makanan tidak boleh dicicipi sebelum ritual adat atau selamatan dimulai.
Baca Juga : Baca Selengkapnya