JATIMTIMES - Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur (Jatim) Puguh Wiji Pamungkas menaruh perhatian serius pada pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah 2025/2026. Ia menilai, kegiatan ini merupakan momentum strategis dalam membentuk karakter generasi muda.
Karena itu, legislator Fraksi PKS ini menegaskan, MPLS harus dimanfaatkan untuk memperkuat nilai-nilai moral dan etika di kalangan pelajar, khususnya siswa SMA. “Kami mendorong MPLS menjadi ajang penguatan karakter anak-anak. Ini penting sebagai landasan mereka selama bersekolah,” tegas Puguh, Senin (14/7/2025).
Baca Juga : Rasiyo DPRD Jatim: MPLS Wajib Terbuka ke Orang Tua dan Bebas Perploncoan
Ia berharap sekolah-sekolah di Jatim bisa lebih kreatif dalam menyusun materi MPLS yang berorientasi pada penguatan mental, spiritual, serta etika sosial pelajar. Dengan begitu, pelaksanaan MPLS bukan sekadar pengenalan fisik sekolah atau aktivitas simbolik lainnya.
Legislator asal Dapil Malang Raya ini juga menekankan pentingnya pendidikan karakter yang berakar pada nilai-nilai Pancasila. Ia menilai, Pancasila harus menjadi acuan dalam menyusun materi MPLS khususnya pada aspek pendidikan karakter.
“Saya pikir Pancasila sudah mengakomodir semua aspek pendidikan karakter. Butir-butir Pancasila harus dikupas tuntas dalam MPLS agar anak-anak tidak hanya menerima materi normatif semata,” jelasnya.
Pendadaran materi penguatan karakter menjadi penting bagi masa-masa awal sekolah. Apalagi, para siswa dalam pergaulan sehari-hari banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman di sekolahnya.
Terkait hal ini, ia juga menyoroti maraknya isu pergaulan bebas yang kini semakin mengkhawatirkan, terutama di kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, dan daerah lain di Jatim. Ia menilai tantangan moral remaja kini sangat berbeda dibanding era 70-80-an.
Baca Juga : Antisipasi Penutupan Jalur Kumitir, Dishub Jember Mulai Lakukan Koordinasi Antar Kabupaten
“Anak-anak kita sekarang berada pada fase zaman yang berbeda jauh dengan orang tua mereka. Pendekatannya harus kontekstual. Maka dari itu, MPLS ini jangan lagi diisi dengan perpeloncoan, itu sudah tidak relevan,” tegasnya.
Puguh juga menyerukan agar semua pihak, baik guru, kepala sekolah, hingga orang tua, memastikan bahwa MPLS berjalan bebas dari kekerasan, perundungan, atau perpeloncoan. “Ini bukan zamannya lagi. Kita harus jadi pelindung dan pembina, bukan penekan mental anak-anak,” tandasnya.