JATIMTIMES - Belakang ini muncul sosok santri yang diduga menjadi korban pemukulan oleh oknum pengasuh pondok pesantren (Ponpes) di Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Video berdurasi sekitar tiga menit tersebut kemudian viral di media sosial.
Video klarifikasi tersebut seolah dibuat untuk membantah adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan seorang santri mengalami luka parah. Di mana, sebelum adanya video klarifikasi tersebut, juga sempat beredar rekaman video saat terjadinya penganiayaan.
Baca Juga : Fun Trip untuk Anak Yatim, Ajak ke Museum Penerbangan TNI AL dan Beri Perlengkapan Sekolah
Pada rekaman video kejadian pemukulan yang diduga dilakukan oleh oknum pengasuh ponpes tersebut, juga menunjukkan luka yang disebut dialami oleh korban yang merupakan salah satu santri dari oknum pengasuh ponpes tersebut. Terlihat, luka yang dialami santri tersebut cukup parah. Bahkan juga nampak sejumlah memar hingga nyaris membusuk pada beberapa luka di kakinya.
Beberapa hari setelah ramai diberitakan hingga bukti video dugaan penganiayaan viral, muncul video klarifikasi di media sosial. Secara umum, sosok santri yang saat itu nampak didampingi oleh kedua orang tuanya mengklaim video pemukulan yang juga viral tersebut ialah dirinya. Namun, lukanya tidak parah lantaran hanya mendapatkan pukulan "kasih sayang".
Pada awal klarifikasi yang disampaikan menggunakan bahasa jawa tersebut, terdengar sang perekam video menanyakan apakah memang benar video yang sempat viral tersebut adalah dirinya. Pertanyaan tersebut kemudian dibenarkan oleh ibu dari santri tersebut.
Meski membenarkan jika yang dipukul adalah anaknya, namun sang ibu membantah jika lukanya sampai memar-memar. "Iya, betul (dipukul), tapi sikil'e (kakinya) bersih kok," ujar sang ibu.
Sang perekam video kemudian meminta agar santri tersebut menunjukkan kakinya. Ketika mengangkat sarungnya, terlihat kaki dari santri tersebut tidak ada luka sama sekali. Sebaliknya, hanya terlihat bekas luka lama yang sepintas bukan merupakan luka pemukulan yang baru terjadi. "Iku borok ta mari di gepuk (itu bekas luka atau memar habis di pukul)," tanya sang perekam video.
Mendapat pertanyaan tersebut, santri dan kedua orang tuanya yang ada pada video klarifikasi tersebut kompak menjawab jika bekas luka lama tersebut bukan karena penganiayaan. "Benar ya mas, itu (di video viral) bukan kakinya samean (anda)," tegas sang perekam video yang kemudian dibenarkan jika memang bukan kakinya oleh santri pada rekaman klarifikasi tersebut.
Perekam video kemudian menanyakan kenapa bisa sampai santri tersebut di pukul oleh ustaz di ponpes. "Karena saya melanggar peraturan pondok, keluar malam-malam tidak izin, lalu ustaz mencari," ucap santri.
"Kok iso sampek bengi-bengi metu pondok, berarti yo samean seng rodok metel (kok bisa malam-malam kekuar pondok, berarti ya memang anda yang bandel)," ucap perekam video yang kemudian di sambut gelak tawa oleh kedua orang tua santri pada video klarifikasi tersebut.
Perekam video kemudian menyimpulkan, pukulan yang dilakukan oleh ustaz di ponpes tersebut ialah wujud mendisiplinkan. Bukan penganiayaan.
"Berarti intinya mas ini (santri) di pukul ustaz, itu kan pukulan cinta, itu kan karena (santri) melanggar. Intinya video yang di pukul itu mas'e (santri). Tapi kakinya yang luka-luka itu bukan kakimu," ucap perekam video dengan menggunakan bahasa jawa.
Lanjut, perekam video kemudian menanyakan apa motif di balik tersebarnya video penganiayaan yang ia klaim hoaks tersebut. "Aku dewe yo gak paham. Dadi intine iki klarifikasi, memang bukan sikil'e samean (saya sendiri tidak tahu apa motifnya. Jadi intinya ini klarifikasi bahwa video yang beredar bukan kakinya santri). Berarti itu video bohong, video hoaks," beber perekam video.
"Memang mas'e di gepuk ambek ustaz, tapi sikil'e gak sampek koyo ngono (memang santri ini di pukul oleh ustaz, tapi kakinya tidak sampai terluka)," imbuhnya.
Perekam video juga menyebut, pemukulan yang dilakukan ustaz kepada santrinya tersebut ialah wujud kasih sayang. Selain itu, pemukulan juga dilakukan untuk menjamin keselamatan santri.
"Intinya, ustaz ini kan (melakukan) pukulan cinta mas, karena ustaz kan juga tidak ingin santri keluar, melanggar. Dari pada nanti kalau di luar pondok terjadi apa-apa kan yang susah ya ustaznya, mas," tuturnya dengan bahasa jawa.
Seolah setuju dengan kesimpulan tersebut, sang ibu dari santri yang mengklaim di pukul oleh ustaz tersebut juga menyebut jika video penganiayaan adalah hoaks. "Berarti iki fix, uwong seng gak seneng, seng kepingin menghancurkan pondok (kalau menurutku, ada orang yang tidak suka dan ingin menghancurkan pondok)," ucap sang ibu dari santri pada video klarifikasi tersebut.
Bukannya merasa kecewa, sang ibu justru tidak mempermasalahkan jika anaknya di pukul oleh ustaz. "Lek aku seh biasa, biasa anakku di gepuk, wong ancen'e anak'e nakal (Kalau aku biasa saja kalau anakku dianiaya, karena memang anakku nakal)," tuturnya.
Alih-alih mempermasalahkan adanya pemukulan, sang ibu justru menyayangkan adanya video penganiayaan yang sempat viral tersebut. "Tapi lapo kok anakku di sebar-sebarno gawe menghancurkan pondok. Ketoro nek iku atine bosok (Kenapa video anakku saat dipukul di viralkan untuk menghancurkan pondok. Kelihatan kalau itu dilakukan oleh orang yang hatinya busuk)," ujarnya.
Berangkat dari video klarifikasi tersebut, JatimTIMES kemudian menelusuri kebenarannya. Hasilnya, sosok yang ada di video klarifikasi tersebut ternyata bukanlah santri yang dimaksud. Yakni bukan santri yang dianiaya atau dipukul hingga memar dan lukanya nyaris membusuk.
Baca Juga : Inafis Polres Malang Selidiki Kebakaran Pembangunan di Ponpes An-Nur 3 Bululawang
Sebagaimana diberitakan, santri yang membuat laporan penganiayaan ke Polres Malang tersebut berinisial ADR. Santri yang kini berusia 14 tahun tersebut berasal dari Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Wartawan kemudian menelusuri keberadaan ADR di kediamannya. Sayangnya, yang bersangkutan sedang tidak ada di rumah.
Wartawan kemudian menanyakan kepada para tetangga dari keluarga ADR tersebut. Hasilnya, para tetangga dari ADR kompak membantah jika sosok yang ada di video klarifikasi tersebut adalah santri yang melayangkan laporan dugaan penganiayaan oleh pengasuh ponpes ke Polres Malang.
Bantahan tersebut disampaikan oleh tiga narasumber. Yakni mulai dari para tetangga yang tinggal di sekitar rumah korban, hingga tokoh masyarakat di tempat tinggal ADR.
Bantahan tersebut disampaikan para warga saat JatimTIMES menunjukkan rekaman video klarifikasi. "Bukan, ini bukan anaknya (santri ADR)," ucap para warga yang enggan disebutkan namanya dalam pemberitaan ini.
Tidak hanya itu, JatimTIMES juga menunjukkan video viral terkait luka memar yang dialami korban. Hasilnya, para warga menyebut jika luka tersebut memang yang dialami oleh korban.
"Kalau lukanya memang seperti itu, tapi itu (pada video viral) adalah luka setelah beberapa hari usai dipukul. Kalau yang barusan di pukul lukanya ada banyak, memar-memar. Luka yang terlihat infeksi pada video itu yang terparah," ujar warga.
Bantahan video klarifikasi tersebut tidak hanya disampaikan oleh warga. Namun, juga disampaikan oleh tetangga korban yang pertama kali menjemput ADR usai kabur dari pondok lantaran diduga dianiaya oleh pengasuhnya.
Bantahan yang sama juga disampaikan oleh kuasa hukum dari korban. Di mana, pengacara yang telah mendapatkan kuasa dari orang tua korban tersebut memastikan jika video klarifikasi yang kini viral itulah yang justru hoaks.
Di sisi lain, JatimTIMES juga mengkonfirmasi pihak kepolisian Polres Malang. Dari hasil penyidikan, diduga korban penganiayaan lebih dari satu orang. Sehingga mencuat spekulasi, bahwa sosok yang ada di video klarifikasi tersebut memang benar korban selanjutnya selain yang telah membuat laporan di kepolisian.
Seperti apa kelanjutannya, berita selanjutnya bisa di simak hanya di JatimTIMES.com.
Diberitakan sebelumnya, seorang pengasuh ponpes berinisial B diduga menganiaya santrinya dengan cara memukul berulang kali menggunakan rotan. Akibatnya, korban yang merupakan salah satu santri dari terduga pelaku berinisial ADR (14) asal Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang tersebut mengalami sejumlah luka serius di bagian kakinya.
Peristiwa dugaan penganiayaan yang kini juga viral di media sosial tersebut terjadi saat malam takbiran Idul Adha pada awal Juni 2025 lalu. Korban dipukul lantaran ketahuan keluar dari area ponpes untuk mencari makan karena tak diberikan jatah makan sehingga kelaparan.
Hingga akhirnya, pada 20 Juni 2025, kasus tersebut dilaporkan ke Polres Malang dan kini telah masuk tahap penyidikan. Langkah tersebut menyusul hasil visum yang menunjukkan adanya sejumlah luka cukup parah yang dialami korban.
Polisi dalam waktu dekat ini diagendakan bakal memeriksa sejumlah saksi tambahan. Pemeriksaan saksi-saksi tersebut ditujukan guna melengkapi ketentuan gelar perkara. Jika memenuhi unsur tindak pidana, polisi bakal segera menetapkan pelaku yang merupakan pengasuh ponpes tersebut sebagai tersangka.
Hingga saat ini, JatimTIMES masih berupaya untuk mengkonfirmasi sejumlah pihak terkait. JatimTIMES juga membuka ruang kepada sejumlah pihak mulai dari sosok yang ada di video klarifikasi hingga pihak ponpes, untuk memberikan keterangan pers.