JATIMTIMES - Sebuah kunjungan singkat dari tim Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) ke UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang pada Jumat (11/7/2025), membuka kembali ruang-ruang sejarah yang lama terlewat. Dan pada saat yang sama, kunjungan ini juga menawarkan peta baru dalam lanskap komunikasi digital kampus Islam.
Kunjungan ini bukan sekadar “studi tiru” seperti istilah yang lazim dipakai dalam agenda formal. Lebih dari itu, perjalanan 12 orang tim UINSA ini adalah upaya untuk memahami bagaimana narasi sebuah institusi dibentuk melalui konten, dan bagaimana sejarah bersama bisa menjadi titik tolak kolaborasi yang lebih relevan.
Baca Juga : ARTSUBS 2025 di Balai Pemuda Surabaya Siap Pamerkan Seni Kontemporer
Dipimpin oleh Dr. Muhammad Khodafi, M.Si., rombongan UINSA tiba di ruang media UIN Maliki Malang dan langsung diajak menyelami dinamika kerja tim humas kampus. Bukan hanya soal konten yang rapi, melainkan bagaimana setiap video, desain, hingga podcast disusun dengan rasa, bukan hanya tugas.
Lebih lanjut, Dr. Muhammad Khodafi mengungkapkan, bahwa kunjungan ini memiliki makna khusus karena secara historis, UIN Maliki Malang pernah menjadi bagian dari UINSA, yang dahulu dikenal sebagai IAIN Sunan Ampel.
“Di momen ulang tahun UINSA yang ke-61 ini, kami mendapat amanah dari pimpinan untuk menelusuri kembali jejak sejarah UIN Malang, yang dulunya tumbuh dari akar institusi kami,” ujarnya.
Lebih dari sekadar mengenang masa lalu, kunjungan ini juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan kepada tim media UINSA bagaimana UIN Maliki Malang mengelola konten kreatif secara visioner dan inspiratif, sesuai dengan arah pengembangan institusi.
“Bagi kami, ini bukan hanya tentang nostalgia. Kami ingin belajar bagaimana UIN Maliki Malang membentuk identitas digitalnya, serta melihat sejauh mana hubungan historis yang kita miliki masih bisa dikembangkan melalui pendekatan komunikasi yang lebih segar dan relevan,” tambahnya.
Salah satu hal yang paling menarik perhatian tim UINSA adalah studio podcast UIN Maliki Malang. Ruang kecil itu justru menjadi jendela besar tentang bagaimana kampus menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup. Tidak menggurui, tidak kaku, dan tidak melulu tentang kegiatan.
Mereka melihat langsung bagaimana konten dibangun dari perencanaan naratif, disesuaikan dengan target audiens mahasiswa, lalu dibungkus secara kreatif agar tidak tenggelam di tengah arus media sosial yang bising.
Bagi tim media UINSA, pengalaman ini menjadi cermin: bahwa mengelola informasi kampus bukan lagi soal menyampaikan, tapi soal menghubungkan dengan empati, konteks, dan gaya yang terus berkembang.
Baca Juga : Resmi Dibuka, 686 Atlet se Indonesia Bertarung di Piala Presiden of Shoto-Kai
M. Fathul Ulum, Koordinator Humas UIN Maliki Malang sekaligus alumni kampus tersebut, berbagi cerita personal. Ia adalah saksi hidup transformasi UIN Maliki Malang dari sebuah cabang Fakultas Tarbiyah hingga menjadi universitas Islam mandiri yang kini dikenal luas.
“Yang membuat saya selalu terikat adalah kenyataan bahwa UINSA dan UIN Maliki Malang bukan dua kampus yang benar-benar terpisah. Kita berasal dari cerita yang sama. Tinggal bagaimana sekarang kita menulis bab berikutnya bersama-sama,” ungkapnya.
Bagi Ulum, kerja-kerja media kampus bukan hanya soal branding atau eksistensi digital. Ini adalah kerja kebudayaan. Dan ia percaya, sejarah bersama bisa menjadi bahan bakar untuk membangun narasi yang lebih berdampak.
Di penghujung agenda, tim dari UINSA terlibat dalam diskusi interaktif yang disambung dengan kunjungan langsung ke studio podcast. Mereka menyaksikan bagaimana konten digital dikembangkan secara profesional dengan sentuhan kreatif yang khas.
Pertemuan ini bukan sekadar ajang berbagi praktik baik, melainkan langkah awal menuju kerja sama yang lebih solid antara dua kampus Islam besar di Jawa Timur, khususnya dalam membentuk ekosistem media kampus yang inovatif dan berdaya pengaruh.