JATIMTIMES - Puluhan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kampung UMKM Rejoso Kota Batu berhenti beroperasi. Salah satu penyebab banyak di antara mereka gulung tikar lantaran kurangnya pendampingan dari pemerintah setempat.
Kondisi itu dibenarkan oleh Koordinator Kampung UMKM Rejoso Tunik. Ia menjelaskan, kampung UMKM di Kecamatan Junrejo itu kian memprihatinkan. Mulanya, ada sekitar 80 UMKM yang aktif di sana. Namun, kini hanya 60 UMKM yang aktif berproduksi. "Sekitar 20 UMKM sudah berhenti beroperasi," ujar Tunik saat dikonfirmasi, belum lama ini.
Baca Juga : Perkuat Legalitas Tempat Ibadah, Pemkot Surabaya Gelar Ikrar Wakaf Massal
Tunik menyebut, kondisi itu sebelumnya dipengaruhi pandemi COVID-19 menyebabkan keadaan ekonomi para pelaku usaha kian terpuruk. Semakin lama, angka kunjungan ke kampung wisata juga kian menurun. Sehingga, para pelaku usaha sulit mencari untuk dan memilih menutup usahanya.
Ia juga menyampaikan jika masih ada beberapa pelaku usaha besar yang tidak mau kalah saing dengan pelaku usaha di Kampung wisata UMKM. Dikatakannya, para pelaku UMKM yang masih bertahan mengandalkan promosi menggunakan platform media sosial. "Seperti saat ini, banyak UMKM yang sudah berhasil menembus pasar internasional karena jerih payahnya sendiri," katanya.
Ia mencontohkan, penjual karya seni mengirim berbagai kerajinan ke Portugal, Belanda hingga Jepang. Namun, UMKM yang memiliki keterbatasan memanfaatkan teknologi hanya memasarkan produk di kampung saja. Itu mengapa pendapatan mereka kurang bisa diandalkan.
Tunik menyebut, kurangnya pendampingan dari pemerintah juga menjadi persoalan ketidakmampuan UMKM di Kampung Rejoso untuk bertahan. Pelatihan yang hanya bersifat formalitas membuat pelaku usaha sulit berkembang. "Kami sebenarnya butuh diajarkan secara teknik, bukan hanya sekadar materi," ungkapnya.
Baca Juga : Puguh DPRD Jatim Ajak Warga Malang Optimalkan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara
Dia berharap ke depannya Kampung Rejoso ini bukan sekadar menjual produk saja. Melainkan, wisatawan dapat belajar cara pembuatannya dan setelahnya bisa membawa hasil produknya sebagai buah tangan. Itu berkaca dari berbagai daerah lain yang sudah memaksimalkan potensi kampung wisata.