free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Ketemu Bule Siapa Takut: STIE Malangkucecwara Bina UMKM Kajoetangan Lewat Pelatihan Bahasa Inggris

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pelatihan bahasa Inggris yang dilakukan tim dosen STIE Malangkucecwara dengan menyasar para pelaku UMKM di Kampoeng Kajoetangan Heritage (ist)

JATIMTIMES - Sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari Kampoeng Heritage Kajoetangan, tampak antusias mengikuti pelatihan Bahasa Inggris yang digelar oleh tim pengabdian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara, Kamis, (18/6/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang rutin dilakukan STIE Malangkucecwara dalam mendorong kemajuan UMKM.

Menurut Imama Zuhroch B.Sc,. M.Com, salah satu dosen yang terlibat dalam pengabdian, pelatihan ini digagas berdasarkan aspirasi langsung dari para pelaku UMKM di kawasan heritage tersebut.

Baca Juga : Sopir Truk Demo Aturan Zero ODOL di Malang, Jalan Trisula Karangkates Sempat Lumpuh

"Beberapa waktu lalu kami berdialog dengan pengurus UMKM. Dari situ kami tahu bahwa banyak dari mereka merasa canggung, bahkan takut, saat berinteraksi dengan turis asing. Terutama ketika harus menggunakan Bahasa Inggris," ungkapnya.

1

Berangkat dari keresahan itu, muncullah ide pelatihan bertajuk “Ketemu Bule Siapa Takut”. Tujuannya sederhana namun krusial: membekali para pelaku UMKM dengan kemampuan dasar berbahasa Inggris agar mereka lebih percaya diri saat memperkenalkan dan menjual produk mereka kepada wisatawan mancanegara.

"Minimal mereka tahu cara menyapa, memperkenalkan diri, menawarkan produk dan hal-hal dasar yang penting agar tidak minder ketika bertemu turis," tambah Imama.

Pada pelatihan perdana ini, sekitar 22 pelaku UMKM hadir, jumlah yang lebih sedikit dibanding biasanya karena bersamaan dengan agenda lain. Namun semangat peserta tetap tinggi. Sebagian dari mereka sebelumnya sudah memiliki pengetahuan dasar Bahasa Inggris, namun belum cukup percaya diri untuk mempraktikkannya secara langsung.

Imama menilai bahwa pendekatan berbasis kebutuhan seperti ini sangat efektif. Jika pelatihan ini mendapat respon positif, bukan tidak mungkin akan dilanjutkan dengan sesi lanjutan.

"Kalau memang dibutuhkan untuk praktik-praktik berikutnya, dua kali, tiga kali, insya Allah kami siap mendampingi," tegasnya.

Dalam konteks kompetisi bisnis, Imama mengakui bahwa UMKM di Kajoetangan belum bisa bersaing secara langsung dengan brand-brand besar yang kini mulai masuk ke kawasan tersebut. Namun, ia menekankan bahwa posisi dan karakter UMKM lokal memang berbeda.

"Mereka ini bukan sekadar berjualan, tapi juga bagian dari kehidupan di Kajoetangan. Mereka sudah lama tinggal di sana, mereka bagian dari suasana heritage yang menjadi daya tarik utama kawasan ini," jelasnya.

Baca Juga : Wali Kota Blitar: Mahasiswa PMII Hanya Dihalau, Aspirasi Sudah Disampaikan dan Diajak Makan

Ia menambahkan, para wisatawan yang datang ke Kajoetangan tidak selalu mencari merek besar. Banyak di antara mereka justru tertarik pada produk-produk tradisional, yang autentik dan memiliki nilai budaya.

“Produk seperti jamu, gorengan, ontbijtkoek khas Belanda yang pernah kami latihkan pembuatannya masih mereka produksi hingga kini. Memang masih sistem pre-order, tapi sudah ada kemajuan,” ujar Imama.

Meski belum siap bersaing dalam skala besar, kehadiran pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam proses pemberdayaan. Tim pengabdian STIE Malangkucecwara ingin agar para pelaku UMKM ini tetap berkembang, namun dengan tetap menjaga keunikan lokal dan identitas mereka.

"Mereka mulai dari nol, dengan segala keterbatasan. Tapi yang penting, mereka sudah berani melangkah. Sudah berani memunculkan produk mereka dan membuka diri terhadap perubahan,” tuturnya.

Ia juga mencatat bahwa tren baru mulai terlihat. Kini mulai bermunculan kafe-kafe lokal yang memadukan sentuhan kekinian dengan bahan dan cita rasa tradisional. Sebuah langkah adaptif yang menarik dan patut diapresiasi.

Dalam kegiatan pengabdian ini, Imama tidak sendiri. Ia didampingi oleh tim pengabdian dari STIE Malangkucecwara lainnya, yakni Dr. Setyawan, Dr. Nunung Nurastuti, Dra. Triana Murtiningtyas, MM, dan Dr. Kadarusman, semuanya terlibat aktif dalam proses pendampingan dan pengembangan UMKM di wilayah tersebut.