JATIMTIMES - Aksi off-bid massal atau mematikan aplikasi secara serentak yang dilakukan driver ojek online (ojol) di beberapa wilayah di Indonesia pada Selasa (20/5/2025) tidak berdampak di Kota Malang. Pada sejumlah titik di jalan raya, masih ditemukan ojol yang membawa penumpang. Bahkan, masih banyak ojol yang menunggu order di jalanan.
Yusuf (28) salah satu driver ojol di Kota Malang mengaku masih mengaktifkan aplikasi miliknya meski ada aksi off-bid massal. Menurut Yusuf, dapur di rumahnya lebih penting ketimbang ikut dalam aksi tersebut.
Baca Juga : Demo Ojol Kepung Surabaya Seharian, Ini Tuntutan Hingga Respon Aplikator
“Ya gimana lagi, kebutuhan di rumah masih banyak. Ada susu anak yang harus terpenuhi, ada beras yang harus dimakan. Belum cicilan motor yang tetap harus terbayarkan,” kata Yusuf.
Yusuf sendiri mengaku bahwa aksi mematikan aplikasi tidak diinformasikan pada komunitas ojol di Kota Malang. Ia justru mengetahui dari media sosial.
“Tidak ada aksi seruan nyata, hanya bersliweran di grup-grup Facebook dan grup WhatsApp,” tambah Yusuf.
Di sisi lain, Yusuf mengeluhkan adanya order fiktif yang diduga dilakukan oleh sesama rekan ojol yang pada hari ini mematikan aplikasi mereka. Ia menyayangkan adanya hal tersebut, menurutnya kebutuhan individu setiap orang berbeda-beda.
“Ada tadi mas teman yang narik terkena order fiktif. Mungkin karena hari ini tetap narik,” keluh Yusuf.
Terpisah, driver ojol lain, Ahmad (50) yang setiap hari menunggu order di Alun-alun Kota Malang juga tetap mengaktifkan aplikasinya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah.
“Saya kepala keluarga. Kalau tidak narik apa yang buat di rumah,” ujar Ahmad.
Namun, jika ada aksi nyata untuk menggelar semacam demontrasi di Kota Malang, ia berjanji akan ikut turun ke jalan demi memperjuangkan haknya meskipun saat ini status ojol hanya sebagai mitra. Jika hanya aksi off-bid seperti saat ini, ia lebih memilih untuk tetap mengaktifkan aplikasi.
“Saya menghormati rekan ojol yang saat ini mematikan aplikasi mereka. Tapi aksi ini kayak kucing-kucingan. Seruannya matikan aplikasi, tapi banyak driver yang masih on bid,” jelas Ahmad.
Baca Juga : Gelar Hearing dengan UKPBJ, Komisi C Dorong Pemkab Jember Blacklist Rekanan Nakal
Baik Yusuf maupun Ahmad berharap ada perhatian dari pemerintah maupun pihak perusahaan penyedia jasa layanan ojol ini kepada para driver seperti mereka. Salah satu kebijakan seperti menurunkan potongan harga yang saat ini mencapai 20 persen setiap orderannya.
“Sebenarnya keberatan kalau potongan sampai 20 persen. Tapi mau gimana lagi, kita hanya mitra,” ujar Ahmad yang juga diamini Yusuf.
Berbeda dengan kedua driver ojol di atas, Yasin (46) lebih memilih mematikan aplikasi sebagai aksi solidaritas kepada sesama rekan ojol lainnya. “Sebagai bentuk dukungan penuh, saya hari ini off-bid,” kata Yasin.
Ia menilai pihak penyedia jasa layanan ojol ini semakin sewenang-wenang menerapkan potongan biaya kepada driver. Menurutnya, hal itu bertentangan dengan regulasi Kepmenhub KP No 1001 Tahun 2022 terkait potongan biaya aplikasi maksimal 20 persen.
“Semakin kesini semakin besar. Potongannya terkadang melebihi 20 persen,” keluh Yasin.
Ia berharga, adanya aksi demo ini bisa memenuhi tuntutan para rekan driver ojol yang lain. Salah satunya terkait dengan skema slot ataupun hemat yang dinilai merugikan para driver ojol.
"Sistemnya dikembalikan ke skema reguler saja. Tidak dipilah-pilah seperti skema slot maupun hemat seperti saat ini," tutupnya.