JATIMTIMES - Sejumlah sumber mata air di Kota Batu mengalami penurunan debit dalam beberapa waktu terakhir. Termasuk sumber yang menjadi suplai penyaluran dari Perumdam Among Tirto Kota Batu. Akibatnya, ratusan masyarakat yang menjadi pelanggan Perumdam Among Tirto ikut terdampak.
Ada setidaknya enam sumber mata air yang digunakan Perumdam Among Tirto untuk disalurkan ke warga. Yakni Sumber Darmi, Sumber Kasinan, Sumber Torongbelok, Sumber Gemulo, Sumber Banyuning dan Sumber Ngesong.
Baca Juga : Pendidikan di Barak Militer untuk Anak Bermasalah, Sosiolog Beri Kritikan
Pjs Direktur Perumdam Among Tirto Ikhwan Hadi mengatakan, penurunan debit air terjadi pada keenam sumber mata air. Rata-rata mengalami penurunan sekitar lima liter per detik. Namun, dirinya menilai hal itu tak membawa dampak besar pada masyarakat. Sebab, pasokan air kepada masyarakat masih cenderung aman.
Dari data yang dihimpun, penurunan sumber mata air terbanyak di Sumber Darmi yang ada di Desa Oro-Oro Ombo. Debit air Sumber Darmi yang semula mencapai 42 liter per detik mengalami penurunan sekitar 10 liter per detik. Artinya, kini debit air di sana menjadi 32 liter per detik.
"Menurunnya debit air itu disebabkan beberapa faktor. Salah satunya perubahan iklim," jelasnya saat dikonfirmasi, belum lama ini.
Musim kemarau panjang hingga alih fungsi lahan turut jadi pemicu debit air berkurang. Sebab, kemampuan tanah untuk menyerap air hujan menurun dan mengurangi air yang dihasilkan.
Lebih lanjut, Kasi Perencanaan dan Pengembangan Teknik Perumdam Among Tirto Kota Batu Wahyudin mengungkapkan, penyebab lain menurunnya debit air di sumber mata air juga disebabkan oleh maraknya pengeboran air tanah. Tetapi, dirinya enggan menyebut adanya praktik tersebut di wilayah itu. "Yang jelas dikelola pihak swasta. Kami tidak tahu pasti," kata dia.
Wahyudin menambahkan, pertumbuhan penduduk yang kian meningkat menjadi faktor pendukung. Maraknya perubahan alih fungsi lahan yang kini banyak dimanfaatkan penduduk sebagai lahan wisata, pertanian hingga permukiman. Sehingga, yang semula hutan memiliki banyak kadar air akan menghasilkan penurunan debit air karena tanah tidak menyerap air.
Perubahan kondisi yang berdampak pada penurunan tidak terjadi dalam jangka waktu pendek. Wilayah sumber mata air akan mulai terdampak dalam jangka waktu 1,5-2 tahun jika faktor itu terjadi secara terus-menerus. Sementara perlu waktu serupa untuk mengembalikan kondisi seperti semula.
Baca Juga : Polres Batu Bekuk Residivis Spesialis Jambret Malang Raya, Satu Pelaku Masih Buron
"Sumber Darmi ini aliran bawah tanahnya ada kaitannya dengan Bendungan Selorejo. Sehingga, penurunan debit air bisa dipantau dari level air di sana. Apabila air surut, maka potensi debit air di Sumber Darmi juga ikut mengalami penurunan," jelas Udin, sapaannya.
Faktor lain yang menjadi pemicu adalah masih diberlakukannya keran umum untuk warga. Udin menyebut, setidaknya ada enam keran umum yang digunakan sekitar 478 rumah di Desa Oro-Oro Ombo. Dikarenakan keran umum tidak ada standar meteran dari PDAM, Perumdam tidak bisa mengontrol. Udin mengaku penurunan debit air di Sumber Darmi mulai dirasakan terhadap aliran air yang diterima para pelanggan.
"Mungkin sekitar 800-1.000 rumah tangga di Desa Oro-Oro Ombo yang terdampak akibat fenomena tersebut. Itu mengapa saat ini Perumdam Among Tirto tak menambah pelanggan baru tahun ini," bebernya.
Ia menyebut Perumdam tengah melakukan upaya efisiensi kepada para pelanggan. Yang semula air menyala selama 24 jam nonstop, dikurangi hingga beberapa jam saja. Hal tersebut bergantung dengan lokasi rumah dari sumber mata air. "Kami atur agar setiap rumah masih bisa merasakan air bersih," tegasnya.