free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Hiburan, Seni dan Budaya

Jelang Hari Tari Sedunia, Kampung Budaya Polowijen Kenalkan Topengan Jaranan Bantengan

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Festival Kampung Budaya Polowijen #8.(Foto: Istimewa).

JATIMTIMES - Jelang Hari Tari Sedunia pada 29 April 2025 mendatang, Festival Kampung Budaya #8 digelar. Festival ini biasanya diselenggarakan bertepatan dengan HUT Kota Malang. 

Pada gelaran kedelapan ini, Festival Kampung Budaya Polowijen (KBP) dijadikan momentum untuk menyatukan Topeng Jaranan Bantengan Polowijen. 

Baca Juga : Mas Ibin Luncurkan 11 Program Masa Depan di Pesta Rakyat HUT ke-119 Kota Blitar

Penggagas Kampung Budaya Polowijen Isa Wahyudi mengatakan, festival kali ini digelar dengan mengambil tagline Sewindu Nyabrang KBP. Bukan tanpa alasan karena  Polowijen dulunya kantung seni budaya dan jadi episentrum kesenian topeng Malang

"Maka kolaborasi masing-masing pelaku kesenian ini perlu diapresiasi sekaligus dielaborasi dalam satu panggung dan Gejug Gongseng adalah jawabannya," ujar pria yang akrab disapa Ki Demang itu.

Acara Festival Kampung Budaya Polowijen #8 dikemas dalam Lomba Tari Topeng Malang Topeng Grebeg Sabrang. Lomba ini mampu menyedot animo hingga jumlah peserta mencapai 100 anak dan dibagi dalam kategori A TK-SD 3, yakni kategori B SD 4-6 kategori C SMP-SMA.

Lomba ini terkesan menjadi ajang reuni dan halalbihalal antar-sanggar yang juga merupakan kantong topeng yang masih aktif sebagai kampung pelestari topeng. Beberapa di antaranya dari Kedungmonggo, Lowokpermanu, Sengreng, Pijiombo, Jatiguwi, Kanggan, Jambuwer, Jabung, Tumpang, Glagahdowo, Singosari, Lawang dan Polowijen sendiri.

Selain di antara lomba Tari Topeng tersebut, per masing-masing kegiatan Gejug Gongseng #2 dipersembahkan untuk memperingati Hari Tari Sedunia dengan tema  Topengan Jaranan Bantengan Polowijen Seduluran. Di dalamnya menampilan jaranan tik, jaranan dor dan jaranan dor selain itu juga bantengan Polowijen serta atraksi khas pencak dor yang saat ini hampir punah.

Sementara Gejug Gonseng #2, secara spesial ditampilkan oleh Kampung Budaya Polowijen. Tampil pula group kesenian Satriya Panawidjen, Putra Manunggal Nawasena Panawijen, Putra Mahkota Panawijen, Winoro Maheso Sekar Budoyo Polowijen dan Jowo Line Dance.

Selain itu, di acara festival ini dilangsungkan arak-arakan Topeng Malang ke makam Mbah Tjondro Suwono (Mbah Reni), Mpu Topeng Malang, dengan mengajak semua peserta lomba tari topeng dan performer Gejug Gongseng.

Baca Juga : Sejarah dan Historiografi Daerah Istimewa Surakarta: Peran Sunan Paku Buwono XII dalam Mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia

Arak-arakan dipandu Ki Lelono dan Ki Demang menuju ke makam dengan kostum topeng lengkap dengan suasana kebatinan yang penuh hikmat. Arak arak juga diikuti oleh ibu ibu perempuan berkebaya serta warga lainnya termasuk kelompok jaranan bantengan.

Ki Demang mengaku bahwa perlu mengenalkan kepada pelaku seni topeng, tujuannya agar jiwa dan raga dapat menyatu dalam berkesenian. Untuk itulah,  perlu mengisi batin dengan mengenal luluhur yang telah mendahului.

"Apalagi leluhur itu penemu pencetus dan merupakan Empu Topeng Malang. Maka setiap kali ada kegiatan topeng di KBP, selalu ada ritual arak arakan dan nyakar atau nyadran ke makam Mbah Reni," tuturnya. 

Hali ini semakin mengukuhkan bahwa di Kota Malang, kegiatan pelestarian adat tradisi dan ritual memang tempatnya di Kampung Budaya Polowijen. Di dalamnya juga sebagai tempat berkolaborasinya ragam kesenian tradisional yang ada.

"Di Polowijen memang menjadi tempat berkumpulnya seniman budayawan yang tanpa lelah melestarikan kegiatan adat tradisi dan pelestarian seni tradisi," pungkasnya.