free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Bukan Sembarangan, Ini Syarat Agar Bisa Menjadi Pengganti Paus Fransiskus

Penulis : Mutmainah J - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Paus Fransiskus. (Foto @franciscus)

JATIMTIMES - Paus Fransiskus telah berpulang untuk selama-lamanya pada Senin (21/4/2025). Setelah kepergiannya, pertanyaan soal siapa yang akan menjadi penerus pemimpin umat Katolik dunia selanjutnya mulai bermunculan.

Sejumlah nama kardinal pun mulai mencuat dan dianggap menjadi calon kuat penerus Paus Fransiskus.

Baca Juga : Gelar Rapat Paripurna RPJMD 2025, Wali Kota Madiun Maidi Siapkan Langkah Strategis Pembangunan Kota

Beberapa nama ini bakal menorehkan sejarah jika terpilih menggantikan Paus Fransiskus lantaran berasal dari Kawasan Asia hingga Afrika.

Namun, pemilihan Paus tidak sesederhana itu. Terdapat sejumlah rangkaian dan persyaratan yang harus dipenuhi agar menjadi seorang Paus. 

Diketahui, selama lebih dari 800 tahun, proses pemilihan Paus baru merupakan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad dan sebagian besar tidak berubah. Proses ini dimulai dengan kematian atau pengunduran diri Paus yang sedang menjabat, yang memicu pertemuan rahasia para kardinal yang dikenal sebagai konklaf kepausan.

Dilansir dari Republic World, pertemuan rahasia para kardinal berlangsung setelah kematian atau pengunduran diri seorang Paus. Semua rincian pemungutan suara dirahasiakan.

Para kardinal yang membocorkan informasi dapat dikucilkan. Kapel Sistina akan dibersihkan dari alat penyadap sebelum dan sesudah konklaf.

Syarat untuk Menjadi Seorang Paus

Agar memenuhi syarat, kandidat harus laki-laki dan beragama Katolik yang sudah dibaptis. Meskipun sebagian besar Paus pernah menjadi kardinal sebelum pemilihan, itu bukanlah persyaratan yang ketat. 

Paus dipilih oleh 120 kardinal yang berusia di bawah 80 tahun pada saat Paus sebelumnya meninggal atau mengundurkan diri. Ada 138 kardinal yang memenuhi syarat untuk memilih dari total 252 kardinal di seluruh dunia.

Mayoritas dua pertiga diperlukan agar seorang kandidat dapat terpilih menjadi Paus. Jika tidak ada kandidat yang muncul, pemungutan suara akan terus berlanjut, yang sering kali berfokus pada kandidat teratas.

Jika tidak ada yang muncul dengan cepat, pemungutan suara dilanjutkan. Konklaf mempersempit pilihan menjadi dua pesaing teratas.

Pemilihan Paus terlama berlangsung selama tiga tahun pada abad ke-13. Selama proses berlangsung, tiga orang kardinal meninggal. Surat suara ditulis dengan tulisan tangan yang disamarkan dan dibakar dalam api kecil di dalam kapel setelah setiap pemungutan suara.

Setelah seorang kandidat memenangkan dua pertiga suara, Dekan Kardinal bertanya apakah mereka bersedia menerima jabatan tersebut. Jika mereka setuju, Paus baru akan memilih nama kepausan. 

Vatikan membuat tiga jubah kepausan dalam berbagai ukuran, dan Paus memasuki Ruang Air Mata yang berdekatan dengan Kapel Sistina untuk mengenakan pakaian barunya. Akhirnya, paus baru diperkenalkan kepada publik dari balkon Basilika Santo Petrus. Proses yang sangat ritualistik ini terus terjadi di Gereja Katolik.

4 Calon Kuat Penerus Paus Fransiskus

Baca Juga : Kembali Berulah, Residivis Ini Dibekuk Polisi Usai Bobol Outlet Minuman di Kalidawir Tulungagung

Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat nama kardinal yang digadang-gadang kuat bakal menjadi penerus Paus Fransiskus sebagai pemimpin umat Katolik hingga Vatikan.

• Luis Antonio sang "Fransiskus dari Asia"

• Peter Turkson penasihat Paus

• Peter Erdo dari Hungaria

• Pietro Parolin dari Italia

Kandidat lainnya

Selain keempat kardinal di atas, sejumlah pihak juga menyebut beberapa nama-nama berikut ini yang dianggap tak kalah cocok menjadi pemimpin baru umat Katolik.

Kardinal Jose Tolentino Calaca de Mendonca muncul sebagai kandidat kuat lainnya mengganti Paus Fransiskus yang berasal dari kaum progresif Gereja. Kardinal asal Pulau Madeira, Portugal, ini ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai kepala departemen untuk budaya dan pendidikan.

Dari Italia, muncul nama Kardinal Matteo Zuppi yang merupakan Uskup Agung Bologna, sebagai calon kuat penerus Paus Fransiskus. Ia juga dianggap sebagai sosok progresif dan dekat dengan Paus Fransiskus.

Masih di kawasan Eropa, Kardinal Mario Grech asal Malta, yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode para Uskup, juga dianggap memiliki peluang cukup baik untuk menduduki posisi tertinggi di Gereja Katolik ini.

Grech juga dikenal dekat dengan Paus Fransiskus, namun memiliki kecenderungan konservatif, menjadikannya kandidat kompromi yang dapat diterima berbagai kalangan.

Dari Afrika, ada nama Kardinal Robert Sarah asal Guinea yang juga turut digadang-gadang menjadi kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Ia dikenal karena kritiknya terhadap ideologi gender dan penolakannya terhadap radikalisme Islam.